Again

1.3K 147 28
                                    

Gavin baru saja masuk ke dalam rumah dengan wajah lesunya. Samar-samar ia mendengar suara tangisan dari dalam rumah.

Gavin berhenti di balik pintu rumah, duduk lalu mengusak wajahnya frustasi. Suara tangisan Marsha semakin membuatnya tak karuan.

Gavin tau kesalahannya dan ini sangat fatal. Dan di saat frustasi begini, Gavin hanya meminta satu hal. Semoga Marsha tak kembali mengurung diri untuk menghindarinya.

Brakk

Gavin hampir saja terjungkal ke depan karena dorongan pintu.

"MARSHAA?!!"

Itu Nathan yang baru pulang, mungkin bundanya sudah menelpon dan menyuruh si sulung itu pulang.

Belum sempat berdiri, pintu sudah kembali terbuka. Dan kini si kepala rumah tangga yang muncul, juga dengan ekspresi khawatirnya.

"Ngapain kamu disitu? Marsha dimana?"

"Di dalam"

"Temui ayah di ruang kerja setelah makan malam.."

Gavin mengangguk mengiyakan. Lalu menyusul Garendra ke ruang keluarga. Sudah ada bunda dan Nathan disana, sedang menenangkan simungil yang masih tampak sesenggukkan di pelukan Nathan.

Gavin mendekat dan memilih duduk di sofa tunggal. Serena menatap anaknya khawatir, si bungsunya itu tampak menyedihkan. Hanya diam. Tak bersuara, tak menyapa, dan hanya menatap kosong ke arah Marsha.

"Kamu mandi ya sayang. Biar Marsha bunda yang urus, jangan khawatir. Oke?"

Gavin tersentak kaget begitu Serena menepuk kepalanya dan berbicara kepadanya. Tetapi melihat tatapan khawatir bundanya malah semakin membuat Gavin sedih dan frustasi. Ia sudah menyakiti kedua malaikatnya.

"Gavin salah bunda.."

"No... Ini bukan salah kamu sayang, bunda tau itu. Sekarang kamu mandi dulu, dan jelasin nanti setelah makan malam yaa?"

Ujar Serena sembari mengusap lembut wajah frustasi putranya. Gavin mengangguk lalu berdiri. Mendekat ke arah Marsha dan memberi kecupan di kepala gadis itu dan berlalu ke kamarnya.

Beberapa saat kemudian, seluruh anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan. Marsha juga sudah ada disana. Gadis itu sudah tampak segar dan tak menangis lagi. Hanya saja masih menghindari tatapan Gavin dan memilih duduk di samping Nathan.

Mereka menikmati makan malam dalam diam dan terasa aneh. Karena biasanya akan ada keributan disana. Tapi si pembuat onar sedang bersedih jadi meja makan itu tampak damai.

Puk puk

"Iissh, mata Marsha jangan nakal dong.."

Hingga suara bisik-bisik si gadis mungil itu terdengar. Menepuk kedua matanya bergantian sambil mendumel tak jelas.

"Kenapa sayang? Kok matanya di pukul? Sakit loh..!" seru Garendra sembari menarik tangan Marsha dari matanya.

"Marsha kesal ayah! Mata Marsha nakal!"

"Nakal kenapa?"

"Emmm.. Itu.. Nakal..~~"

"Kenapa hem? Sini bisikin ke telinga ayah aja.."

Marsha akhirnya berdiri dan mendekat ke telinga Garendra.

"Mata Marsha nakal, mau liat Gavin terus. Tadi lirik-lirik teruss, kan Marsha lagi marah sama Gavin. Gak boleh lirik lirik kan Yah?"

Bisikan kesal itu membuat Garendra terkekeh diikuti yang lain. Karena bisikan Marsha itu terdengar seperti orang bicara pada umumnya.

Gavin yang mendengar itu pun tak bisa untuk tak menarik bibirnya tersenyum. Bahkan matanya juga ikutan tak mau beralih dari si mungil itu.

Hei, nona absurd!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang