"Gavin, Marsha mau dibawa kemana?"
"Ke kampus sayangku.."
"Hihii, sayang ku.. Marsha jadi pacar Gavin, hihiii.."
"Hei, kenapa bisik-bisik begitu?"
"Hihi, tidak apa pacar! Hihiii, Marsha cuma ingat kalau Gavin sekarang jadi pacar Marsha, heheeuu.."
"Senang jadi pacar Gavin?"
"Senang!!!"
"Memangnya gak malu jadi pacarnya bapak galak?"
"Gak malu, yang penting Gavin tampan! Heheeuu.."
Astagaa, Gavin tak pernah membayangkan jika Marsha akan semakin bertambah menggemaskan begini. Dibayangan Gavin, Marsha mungkin hanya akan bertambah manja bukan seperti ini.
Marsha menggemaskan dengan segala tingkah lakunya sejak pagi tadi. Gadis itu terbangun cepat. Saat Gavin di kamar mandi, Marsha menyiapkan baju yang akan Gavin kenakan. Katanya ia mau jadi pacar yang bisa di andalkan. Kemeja biru dan celana jeans hitam yang robek di bagian lutut dan di tambah jaket jeans berwarna biru juga. Tidak terlalu payah, tapi memakai kemeja ke kampus bukan gaya Gavin. Tapi ia tetap mengenakannya.
Lalu Marsha juga menyiapkan isi tas Gavin. Dengan memasukkan asal buku-buku yang ada di meja. Juga memasukkan beberapa bungkus camilan dan permen yang ada di laci. Jadilah tas Gavin mengembang dan penuh dengan camilan. Padahal Gavin ke kampus hanya mengambil lembar nilainya semester ini. Jadi sebenarnya tidak perlu bawa buku lagi. Tapi Gavin tetap membawa ranselnya itu.
Dan sekarang, gadis itu bertingkah menggemaskan kembali di dalam mobilnya. Bernyanyi lagu absurdnya sedari tadi dan mencuri-curi melihat ke arah Gavin.
"Kenapa lirik-lirik begitu?" tanya Gavin akhirnya.
"Hihi, Marsha cuma mau lihat wajah tampan pacar Marsha kok, hehee.."
Astaga, kaliaan tolong Marsha cepat!! Gavin mau menerkam gadis itu sekarang!
Gavin berusaha menahan diri dan fokus menyetir. Sementara Marsha kembali bersenandung pelan dengan kaki yang bergoyang di bawah. Lalu tangan gadis itu bergerak pelan ke arah tangan Gavin yang ada di persneling mobil dengan menjalankan dua jarinya.
Tapi setelah jari itu sampai di tangan Gavin, jari itu hanya mencolek sedikit tangan Gavin dan cepat tertarik kembali ke tempat.
"Hihii, jari Marsha kena tangan pacaar..."
Meski berbisik, tapi Gavin bisa mendengar suara Marsha sejak tadi. Si tampan itu hanya bisa menggigit pipi dalamnya menahan gemas.
Lalu Marsha kembali bergerak. Kali ini kaki kanannya yang bergeser pelan dan menyetuh pelan kaki kiri Gavin.
"Hihi, sekarang kaki Marsha yang kena kaki pacar, heheee.."
"Aduh, Marsha lupa tanya Ayah!!"
"Lupa apa sayang?"
"Loh, kok Gavin dengar? Marsha kan ngomong sama tangan Marsha?? Dan ini rahasia tau!"
"Oh? Sekarang main rahasia-rahasia an sama Gavin?"
"Iyaa! Soalnya Marsha lagi diskusi sama tangan Marsha, mau pegang Gavin lagi apa enggak? Tapi Gavin gak boleh tau, nanti kalau Gavin tau terus gak mau di pegang kan gak seru!!"
"Terus?"
"Terus, jari Marsha kan udah kena tangan Gavin. Kaki Marsha juga udah kena kaki Gavin, terus sekarang Marsha gak tau mau pegang apa lagi?'
"Terus apanya yang lupa?"
"Marsha lupa tanya Ayah, apa Marsha sudah di bolehkan cium Gavin apa tidak ya? Kalau sudah boleh pacaran berarti boleh dicium juga Gavin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, nona absurd!
Teen Fictionini hanya cerita tentang Marsha, si gadis mungil dengan 'bapak' posesifnya. Marsha tidak peduli apapun asal Gavin ada bersamanya. Marsha tidak peduli diejek manja, gadis aneh atau apapun itu asal Gavin tetap disampingnya. Dan Gavin, si 'bapak' pos...