Gavin dan Marsha menghabiskan liburan mereka dengan menjelajahi semua wisata yang ada di Singapura. Mulai dari Universal Studio dimana Marsha merengek menaiki semua wahana permainan, tapi akan berteriak histeris jika sudah menaiki wahana dan pada akhirnya Gavin harus merelakan sepatunya terkena muntahan Marsha.
Dilanjutkan dengan mengunjungi Garden by the Bay atau yang popular disebut taman Avatar itu. Marsha begitu semangat bertemu dengan mahluk-mahluk menggelikan seperti ulat-ulat kecil yang berkeliaran dijalan. Tanpa takut atau geli, gadis itu bahkan memekik senang saat tangan mungilnya menyentuh ulat-ulat kecil itu membuat Gavin yang melihatnya saja bergidik ngeri.
Tidak hanya disitu saja, mereka juga mengunjungi tempat - tempat wisata lainnya. Tidak ada kata istirahat bagi Marsha, gadis itu begitu lincah dan cepat bergerak, berlari kesana-kemari membuat Gavin hanya bisa menghela nafas kelelahan.
Malam ini keduanya akan kembali ke Indonesia karena liburan sekolah mereka juga sudah berakhir. Gavin memilih penerbangan malam agar Marsha bisa tertidur lebih dahulu dan Gavin bisa membawa gadis itu tanpa histeris seperti waktu keberangkatan mereka kemarin.
Gavin dan Marsha sudah berada didalam pesawat sekarang, beruntung tadi petugas bandara mempermudah Gavin untuk membawa Marsha yang dalam keadaan tidur. Pesawat sudah bergerak stabil dan Marsha masih tertidur di pangkuan Gavin. ia tak ingin membuat tidur Marsha tak nyaman jika tidur di kursi pesawat.
"Vin..." Marsha menggeliat di pangkuan Gavin dengan mata yang masih terpejam. Entah gadis itu mengigau atau memang sudah terbangun.
"Vin.." mata Marsha terbuka lebar, memandang sekeliling dan berakhir menatap sendu Gavin.
"kenapa Marsha ada disini Vin? Gavin yang bawa Marsha kesini? Marsha mau pulang Vin, Marsha gak mau disini. Pulangin Marsha Vin, Marsha gak mau disini" racau Marsha dalam tangisnya. Ia sudah tak mau membuka matanya lagi, Marsha menyembunyikan wajahnya di dada Gavin. Tubuhnya bergetar ketakutan. Gavin kembali merasa bersalah melihat Marsha yang masih begitu ketakutan.
"sstt.. ini kita mau pulang sayang. Marsha tenang ya, Gavin akan peluk Marsha sampai kita sampai nanti. Kita akan baik-baik saja, Marsha percaya sama Gavin kan?".Marsha menggeleng membuat Gavin merasa begitu jahat terhadap gadis mungil itu.
Para penumpang lain menatap heran keduanya, bahkan para pramugari sudah mendekati mereka menanyakan keadaan Marsha yang terlihat begitu ketakutan dalam pelukan Gavin. Gavin kembali mengeratkan pelukannya, mengelus punggung Marsha lembut berusaha memberi ketenangan bagi gadis yang masih meracau tak jelas itu.
Seorang pramugari memberi segelas air kepada Gavin. Gavin menerima sambil menggumamkan terimakasih.
"Sha, minum dulu ini" Gavin mencoba mengangkat wajah Marsha yang masih menempel kuat didadanya.
"Sha. Marsha.." Gavin menggoyangkan lengan Marsha pelan. Marsha hanya menggeleng sambil meracau tak jelas hanya kalimat tak mau dan Marsha takut yang terdengar diracauannya.
Para penumpang dan pramugari menatap sedih kedua remaja itu, ingin membantu tapi tak tau harus berbuat apa.
"Dia baik-baik saja kok, hanya shock. Terimakasih, kalian boleh kembali" bukan maksud Gavin mengusir atau menolak perhatian mereka. Hanya saja jika dikerubungi banyak orang akan membuat Marsha semakin takut dan bisa-bisa dia histeris nantinya. Gavin tak ingin itu, sudah syukur Marsha tak histeris seperti waktu keberangkatan mereka kemarin.
Gavin yakin bisa menyembuhkan trauma Marhsa. Lihat saja, ini masih kedua kalinya Marsha naik pesawat tapi Marsha sudah tak sehisteris waktu pertama kalinya. Mungkin pengaruh gadis itu baru bangun tidur atau karena sudah berada dalam pesawat, Gavin tak ingin memikirkan itu. Yang terpenting, trauma Marsha sudah berkurang sedikit.
![](https://img.wattpad.com/cover/179336802-288-k692108.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, nona absurd!
Teen Fictionini hanya cerita tentang Marsha, si gadis mungil dengan 'bapak' posesifnya. Marsha tidak peduli apapun asal Gavin ada bersamanya. Marsha tidak peduli diejek manja, gadis aneh atau apapun itu asal Gavin tetap disampingnya. Dan Gavin, si 'bapak' pos...