"GAVIIIINN...HELP ME!!!!".
Pagi-pagi Gavin harus merelakan telinganya terusik dengan teriakan Marsha, entah apa yang diperbuat gadis itu kali ini. Gavin baru saja masuk ke rumah Marsha untuk memastikan Marsha udah sarapan atau belum, tapi ia malah disambut dengan teriakan membahana Marsha.
"Kenapa Sha?"
Gavin masuk ke kamar Marsha. Disana terlihat gadis itu sedang duduk di kasurnya masih dengan baju tidur teddy bear dan rambut acak-acak khas bangunnya.
"Gaviiin.. hiks... lihat tangan Marsha" rengek Marsha sambil mengulurkan kedua tangannya dengan air mata yang mengalir di kedua pipinya. Gavin memeriksa kedua tangan Marsha, tidak ada yang salah disana kecuali ada dua bentolan yang agak merah.
"Kamu digigit nyamuk?" Tanya Gavin dan Marsha mengangguk sambil memajukan bibirnya, merengek.
"Sini olesan minyak angin" Gavin meraih tangan Marsha dan mengolesinya minyak angin. Tidak ada yang harus dikhawatirkan, entah mengapa Marsha harus menangis.
"Emang sakit, kok masih nangis?"
"Tangan Marsha habis digigit nyamuk Vin, nanti Marsha berubah jadi zombie, Marsha gak mau jadi zombie, huaaaa.."
Gavin mengernyit mendengar rengekan Marsha, apa nyamuk sekarang menyebar virus zombie?
"Gavin jauh-jauh dari Marsha. Marsha gak mau gigit Gavin nanti terus ikutan jadi zombie juga. Marsha sayang sama Gavin, Marsha gak mau Gavin ikutan jadi zombie. Huaaa.... Marsha gak mau jadi zombie, Marsha gak kuat pisah alam sama Gavin.... Gavin pergi aja dari sini cepat!! Sebelum Marsha berubah jadi zombie !! Pergi Gavin..!!"
Marsha mendorong tubuh Gavin agar keluar dari kamarnya. Tapi Gavin dengan tubuh besarnya tidak bergerak sedikit pun, Marsha memberengut kesal karena tak bisa mendorong Gavin.
"Ayok turun, sarapan" Gavin menarik tangan Marsha, mengabaikan hayalan absurd Marsha.
"Gak mau Gavin, nanti pasti Marsha jadi zombie. Gak butuh sarapan, pokoknya Gavin pergi aja dari sini, cepat!!"
Gavin menghela nafasnya. Lagi.
"Gak ada zombie Sha, gigitan nyamuk gak bakal ngubah kamu jadi zombie. Kalau pun ada, nanti kasih obat biar virus zombienya mati" Seperti Gavin ikut terjebak di hayalan Marsha.
"Emang ada obatnya?"
"Ada, tenang aja"
"Oke kalau gitu, ayok kita makan. Nanti kalau Marsha berubah jadi zombie, Gavin cepat-cepat kasih Marsha obatnya yaa..?"
"Iya-iya, ayo.."
Marsha akhir bergerak turun dari kasur dan mengikuti Gavin berjalan menuruni tangga dan menuju dapur.
"Tadi malam Marsha nonton film zombie, seram Vin tapi seru juga. iihh, mereka gigit gigitan gitu. Zombienya juga seram-seram, iihh Marsha jadi merinding..."
Sepertinya Gavin kini tau penyebab kelakuan Marsha kali ini. Ah, ia akan mengotrol tontonan Marsha mulai saat ini.
Gavin mulai menyiapkan sarapan untuk Marsha. Gadis itu hanya duduk dimeja makan menatap sendu dua bentolan kecil hasil gigitan nyamuk ditangannya.
Marsha tinggal sendiri dirumah besarnya. Benar-benar sendiri. Hidup sebatang kara. Kedua orangtuanya sudah meninggal sejak Marsha umur 8 tahun akibat kecelakaan pesawat. Marsha tidak punya keluarga lain, Ayah dan Ibunya berasal dari panti asuhan yang tidak memiliki orangtua. Beruntung kedua orangtuanya itu bekerja sangat keras hingga memiliki perusahaan sendiri yang kini dikembangkan oleh keluarga Gavin atas seijin kedua orangtua Marsha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, nona absurd!
Teen Fictionini hanya cerita tentang Marsha, si gadis mungil dengan 'bapak' posesifnya. Marsha tidak peduli apapun asal Gavin ada bersamanya. Marsha tidak peduli diejek manja, gadis aneh atau apapun itu asal Gavin tetap disampingnya. Dan Gavin, si 'bapak' pos...