"Marsha tadi kan telat, kalian tidak dihukum?" tanya Shinta sambil menatap penasaran Marsha yang sibuk menghabiskan bekalnya.
Mereka saat ini berada dikantin mengisi energi setelah melewatkan upacara dan dua jam pelajaran Fisika yang menguras energi mereka. Gabriel bahkan melewatkan perdebatan dengan Marsha seperti biasa. Ia sangat kelaparan karena pagi tadi terlambat bangun dan tidak sempat sarapan. Salahkan kembarannya yang tidak mau berbaik hati membangunkannya.
"Tidak, Marsha kan cantik dan Gavin juga tampan jadi tidak dihukum"
"Gak ada hubungannya geblek. Yang benar tuh, guru-guru bosan menghukum kalian karena telat terus. Aku aja bosan lihat kalian telat terus..."
"Marsha tidak ajak bicara Gabby, kenapa Gabby bersuara?"
"Aku kan gak bisu, makanya ada suaranya.."
"Gabby, kata orang diam itu emas. Coba Gabby diam biar nanti berubah jadi emas, terus Marsha jual dan Marsha jadi kaya raya nanti, hahahaa..."
"Marsha, jangan tertawa seperti itu. Ketawa Marsha mirip orang-orang jahat yang disinetron. Mengerikan tapi bikin kesal"
"Uuhhh, Shinta memang pintar. Gabriel jadi sayang.."
Dan sebuah pukulan mendarat dikepala Gabriel. Gabriel mendesis pelan dan menatap si pemukul yang juga memberinya tatapan membunuh. Rangga memberi tatapan mengancamnya seakan membunuh Gabriel jika berani menggoda pacarnya lagi. Gabriel mendelik ngeri, teman-teman posesifnya begitu mengerikan. Ia mengutuk mulutnya yang kadang tak terkontrol itu.
"Oh iya, Leo dimana?" tanya Daniel mengabaikan kakak kembar beda tiga menitnya yang sekarang meringkuk mendekatinya karena takut terkena pukulan Rangga lagi.
"Tidak masuk"
Keenamnya kompak menoleh kearah siswa perempuan yang baru melewati meja mereka dengan santainya. Anna kebetulan lewat hendak membeli roti dan tidak sengaja mendengar pertanyaan Daniel. Dan ia berbaik hati menjawab karena dapat dipastikan tidak ada yang tau keberadaan Leo diantara mereka berenam karena mereka tidak ada yang sekelas dengan Leo.
"Dia menjawab pertanyaan aku?" tanya Daniel kurang yakin.
"Iya kali.." Rangga menjawab ragu.
"Leo memang tidak masuk, aku baru tanyain. Katanya kurang enak badan.."
Jawaban Gavin hanya diangguki yang lainnya tanda mengerti. Kecuali si gadis otak absurd yang kini memikirkan perkataan Gavin.
"Gavin? Badan Leo kurang enak? Memang siapa yang makan badan Leo?"
"Maksud Gavin, Leo sakit Marsha. Bukan kurang enak kayak makanan.." dan Shinta menjawab dengan polosnya.
"Oohh, Marsha pikir Leo dimakan terus yang makan bilang badan Leo kurang enak karena dipandang saja Leo kurang enak, hehe.."
"Issh, Marsha pikirannya aneh. Memangnya manusia mana yang enak dipandang? Yang dipandang enak itu makanan Marsha. Manusia itu kan tampan dan cantik, bukan enak.."
"Hihi, itu karena Marsha suka makanan Shinta. Makanya semuanya harus enak..."
"Nanti kita jenguk Leo yaa.."
"Woahh, Marsha mau Shinta. Marsha dari dulu penasaran gimana rasanya jenguk teman yang sakit, hihi.. nanti Marsha bawain apa untuk Leo yaa? Shinta bawa apa nanti untuk Leo?"
"Shinta mau bawa buah saja. Mama kemarin bawa buah waktu jenguk temannya dirumah sakit.."
"Tapi kan Leo tidak dirumah sakit Shinta.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, nona absurd!
Novela Juvenilini hanya cerita tentang Marsha, si gadis mungil dengan 'bapak' posesifnya. Marsha tidak peduli apapun asal Gavin ada bersamanya. Marsha tidak peduli diejek manja, gadis aneh atau apapun itu asal Gavin tetap disampingnya. Dan Gavin, si 'bapak' pos...