Marsha, Danny dan Bubbletea

1.1K 131 43
                                    

Pagi ini Marsha kembali di tinggal Gavin. Marsha malas bangun cepat sementara Gavin harus ke kampus pagi sekali. Jadi Marsha kembali ditinggal dan Daniel harus merelakan bensinnya untuk menjemput Marsha.

"Danny, hari ini Danny masuk kuliah?" tanya Marsha sembari menggigit roti bakar di tangannya.

"Nanti sore, kenapa cantik?"

"Danny kenapa gak kayak Gavin?"

"Kayak Gavin? Emang gimana?"

"Gavin belajar terus setiap hari, perginya pagiiii sekali terus pulangnya malaaaamm sekali. Apa Danny gak belajar di kampus? Danny suka bolos yaa?"

"Ya enggak dong, Danny jadwal kuliahnya banyak sore. Dan Gavin jadwalnya lebih banyak dari Danny, makanya harus kuliah dari pagi sampai sore..."

"Huhh! Gavin sok pintar kuliah banyak-banyak.. Apa Gavin mau ngalahin otak jenius Marsha??"

"Aaahh, Marsha tau!! Berarti selama ini Gavin itu cemburu sama Marsha?! Karena Marsha punya otak jenius jadi disayang semua orang. Jadi Gavin jadi cemburu, makanya Gavin belajar banyak-banyak biar jenius trus disayang semua orang! Gitu??!"

"Ugh, apa Marsha juga harus kuliah? Nanti kalau Gavin jadi jenius terus disayang semua orang, terus Marsha siapa yang sayang? Huueee.."

Daniel meringis dengan celotehan si mungil itu. Asal saja mengaitkan semua yang nyangkut di otaknya.

"Enggak gitu cantik, Gavin belajar banyak biar bisa kerja terus dapat uang banyak terus nikahin kamu.."

"Nikah? Gavin jadi suami Marsha gitu?"

"Iyalah, kamu gak mau?"

"Tapi Gavin kan udah ada pacar, pasti nanti nikahnya sama pacar jeleknya itu. Bukan sama Marsha. Terus nanti Marsha disayang sama siapa? Hueeee..."

Daniel memakirkan mobilnya di depan fakultas Gavin lalu cepat-cepat menelpon si pawang gadis absurd itu.

Tak sampai lima menit, Gavin terlihat menuruni tangga dengan buru-buru dan ekspresi khawatirnya. Salahkan Daniel yang mengatakan jika Marsha menangis kesakitan.

"Sha? Sayang? Kamu kenapa?"

Marsha segera melompat ke gendongan Gavin. Untung Gavin kuat.

"Gaviiinn, hueeee.."

"Iya iyaa, Gavin disini. Kenapa hem?"

"Danny bilang kalau Gavin kalau Gavin nanti nikah sama pacar Gavin yang jelek itu, hiks.. Kalau Gavin nikah, terus yang sayang Marsha siapa? Hueeee... Gaviiin.."

Gavin segera menoleh ke arah Daniel. Daniel hanya menggeleng bermaksud mengatakan kalau bukan ia pelakunya. Daniel sabar, sudah dibantuin sekarang di fitnah lagi. Untung abang kembarnya sabar.

"Sstt, Gavin gak akan nikah sama siapa pun. Udah diam, nanti jelek kalau nangis teruss.."

Marsha mengangguk dan perlahan menghentikan tangisannya.

"Masuk jam berapa?"

"Tadinya jam 4, tapi kayaknya gak jadi..."

"Boleh titip Marsha seharian ini? Nanti sekitar jam 6, bunda udah pulang. Jadi nanti antar ke rumah aja..."

Daniel mengangguk. Dirinya ikhlas jadi pengasuh Marsha seharian ini. Daripada digangguin kakak kembarnya di rumah.

"Gavin belajar lagi?" tanya Marsha lirih sambik menatap sedih Gavin.

Gavin hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Meski dalam hati ia juga merasa sangat merindukan si mungil. Dadanya terasa sesak setiap melihat si mungil menatapnya sendu seperti ini. Tapi ia harus melakukan ini.

Hei, nona absurd!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang