Gavin mendesah frustasi. Bayangan bulan madu yang indah nan menyenangkan yang ia rencanakan pupus sudah.
Si mungil merengek.
Setelah kemarin menerima ceramah dari sang bunda karena tangisan menggelegar Marsha. Gavin dituduh pria mesum oleh istrinya hingga sekarang.
Nathan dan Garendra bahkan sudah lelah menertawakan Gavin sejak kemarin.
Marsha sekarang menjauh dari Gavin dan menempeli sang ayah. Setiap melihat Gavin, si mungil itu akan berteriak mesum ke arahnya dan lalu bersembunyi.
Gavin kesal. Sebenarnya ia tak apa dikatai mesum, karena Marsha yang mengatakannya. Tapi apa gadis itu harus menjauhinya? Gavin kan paling tidak bisa tidak menyentuh istrinya barang sebentar pun.
Astaga, Gavin yang malang.
Malam kedua setelah pernikahan, Gavin lalui dengan tidur sendiri di kamarnya. Sendirian tanpa Marsha. Istrinya itu menolak tidur bersama Gavin dan malah menyelip diantara Serena dan Garendra.
Pagi hari pun, Marsha masih menolak mendekat. Entah sampai kapan istrinya itu menjauh. Gavin pastikan bulan madu mereka gagal untuk waktu dekat ini.
Pupus sudah harapan Gavin untuk menaklukkan Marsha sebelum seminggu pernikahan mereka.
"Gavin?"
Gavin yang sedang bermain koleksi robotnya menoleh kearah pintu kamarnya.
"Kenapa Bun?"
"Lohhh, sudah jadi suami kok masih main robot?"
"Memangnya tidak boleh?"
"Boleh.." jawab Serena terkekeh dan memilih duduk di samping putra bungsunya itu.
"Kapan rencana berangkat bulan madunya?"
"Harusnya besok atau lusa bunda, tapi Marsha masih marah. Jadi ditunda dulu sampai Marsha mau baikan.."
"Ayah besok mau ke Jepang, selama seminggu. Dan sepertinya bunda harus ikut, kamu tau kan bagaimana ceroboh ayah mu kalau sendiri? Bunda gak tenang, makanya mau dampingin ayah kesana. Mau tunggu bunda pulang dulu baru berangkat bulan madu nya?" Tanya Serena hati-hati. Takut putranya tidak setuju atau bahkan marah. Padahal Gavin tak pernah marah kepadanya sekalipun. Makanya Garendra menyuruh istrinya yang berbicara dengan Gavin.
"Tak apa bunda. Gavin juga tak tau kapan Marsha mau baikan.."
"Apa mau bunda yang bicara dengan Marsha?"
"Tidak usah bunda, Gavin bisa atasin kok.."
"Ya sudah, bunda mau packing dulu.."
"Iya bunda.."
Serena beranjak keluar dari kamar Gavin meninggalkan putra bungsunya yang sedang galau itu.
Serena bisa memastikan ke Jepang pagi sekali, jadi Marsha pasti tak bisa menempeli mereka lagi.
Nathan beserta keluarga kecilnya juga akan menginap di rumah mertuanya. Ada acara keluarga.
Jadi hanya tinggal Gavin dan Marsha di rumah. Kalau sudah begitu, bagaimana Marsha bisa menjauh dari Gavin. Pasti gadis itu dengan cepat kembali menempel kepada Gavin besok.
***
"Bunda berangkat ya sayang.. Baik-baik dirumah, jangan diamin Gavin lagi. Dia bukan mesum, tapi itu buat tunjukin kalau Gavin sayang sekali pada Marsha. Jadi jangan marahan lagi yaa??"Nasihat Serena saat memeluk tubuh mungil Marsha yang mengantar mereka ke bandara pagi ini.
"Iya bunda.. Sebenarnya Marsha gak marah, tapi malu..~"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, nona absurd!
Teen Fictionini hanya cerita tentang Marsha, si gadis mungil dengan 'bapak' posesifnya. Marsha tidak peduli apapun asal Gavin ada bersamanya. Marsha tidak peduli diejek manja, gadis aneh atau apapun itu asal Gavin tetap disampingnya. Dan Gavin, si 'bapak' pos...