Sayang Gavin

3K 175 7
                                        

Kecelakaan pesawat yang dialami oleh kedua orangtua Marsha membuat gadis itu merasa ketakutan yang luar biasa setiap diajak naik pesawat. Gavin dan keluarganya mengerti akan hal itu. Hingga ketika liburan ataupun hal lain yang berhubungan dengan perjalanan panjang mereka lebih memilih jalan darat atau laut jika bersama Marsha. Oleh karena itu Marsha sedari kecil belum pernah naik pesawat.

Sudah sedari mereka tiba dibandara tadi, Marsha merengek pulang dan tak ingin melanjutkan rencana liburan mereka. Tapi Gavin tak ingin membatalkannya, bukan bermaksud jahat atau ingin memaksa kehendak. Tapi Gavin juga ingin membantu Marsha mengurangi rasa takut dan trauma sedikit demi sedikit.

Gavin dengan sabar membujuk gadis itu dan mencoba menenangkannya. Marsha yang ketakutan hebat bukanlah hal yang mudah diatasi. Gadis itu akan menangis keras dan akan berhenti jika sudah tertidur. Marsha meronta hebat tadi, memukuli Gavin yang mencoba menenangkannya hingga membuat keadaan bandara heboh.

"Marsha mau pulang, Marsha gak mau naik pesawat. Nanti Marsha kayak mama papa, Marsha gak mau. Marsha mau pulang Gavin. Gavin jahat mau celakain Marsha. Marsha benci Gavin, Gavin jahat" Marsha sambil menangis memukuli dada Gavin yang berusaha memeluk gadis itu.

"Gavin jahat, hiks. Marsha mau pulang Gavin" lirih Marsha yang mulai melemah didekapan Gavin. Gavin lalu mengangkat tubuh Marsha kedalam gendongannya dan membawanya masuk kedalam pesawat.

"Marsha tutup mata aja ya. Gak usah takut, Gavin disini buat jagain Marsha. Kita akan baik-baik aja sayang" bisik Gavin masih menenangkan gadis digendongannya.

Dengan telaten Gavin duduk dikursi pesawat dan meletakkan tubuh Marsha dikursi sampingnya. Gavin meraih headphone dan memasangnya ditelinga Marsha dan memainkan musik kesukaan Marsha. Ia lalu memasangkan seatbelt untuknya dan Marsha karena pesawat akan lepas landas.

Tubuh Marsha bergetar ketika pesawat mulai bergerak, Gavin meraih tangan gadis itu dan mengenggamnya berusaha memberi ketenangan bagi Marsha. Pesawat sudah bergerak stabil, Marsha membuka matanya dan menatap Gavin disampingnya.

"Vin.." lirih gadis itu masih meneteskan air matanya. Ketakutan masih terlihat jelas diwajahnya meski tubuhnya sudah tak bergetar sehebat tadi.

"sstt, udah aman kok. Berhenti menangis yaa" ucap Gavin lembut sambil mengusap wajah Marsha yang basah akibat airmatanya. Gavin lalu melepas seatbelt Marsha dan menarik Marsha kepangkuannya.

"maafin Gavin ya. Marsha sekarang tidur, jangan berpikir macam-macam Gavin jagain Marsha disini. Okey?". Marsha mengangguk pelan lalu meletakkan kepalanya ke cekukan leher Gavin.

"Maafin beruang bodoh mu ini sayang" lirih Gavin sambil mengeratkan dekapannya. Gavin meraih selimut dan menyelimuti putri tidur dipangkuannya itu.

Marsha tertidur selama dipesawat, bahkan saat Gavin memindahkan tubuhnya ke kursi karena pesawat hendak mendarat. Gavin dengan sabarnya kembali menggendong gadis itu turun dari pesawat hingga ke mobil jemputan yang sudah dipesan Gavin sebelumnya. Hingga sampai di hotel pun, Marsha masih tertidur dengan pulasnya.

Gavin baru selasai mandi dan melihat Marsha yang baru bangun dari tidurnya. Gadis masih duduk ditempat tidur dengan mata terpejam. Lalu menggaruk telinganya sambil mengerucutkan bibirnya. Gavin terkekeh pelan, betapa menggemaskannya gadis absurd itu.

"kita dimana Vin?" Marsha yang sudah sepenuhnya sadar dari tidurnya pun memandang sekitarnya. Tampak pintu balkon terbuka dengan pemandangan gedung-gedung tinggi yang tampak cantik dengan lampu yang menyala.

Marsha melangkah mendekati balkon dan bersandar di tembok. Matanya berbinar menikmati pemandangan cantik didepannya. Gavin mengikuti Marsha dan kini berdiri disamping gadis itu.

Hei, nona absurd!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang