Gavin membuka matanya begitu merasakan pergerakan disampingnya. Marsha masih tertidur, tapi gadis itu bergerak gelisah. Tampaknya ia bermimpi buruk. Kening gadis itu berkerut dan air mata yang mengalir di wajahnya.
Gavin tampak begitu khawatir, ia sudah mengecek suhu tubuh Marsha yang kini sudah stabil. Gavin hendak membangunkan Marsha sebelum suara lirih Marsha membuatnya tertegun.
"Gaviinn, hiks.." Marsha sedang mengigau dalam tidurnya.
"Aviinn, jangan tinggal Sha. Avin punya Sha, jangan tinggal Sha. Sha takut Avin" Gavin tertegun mendengar igauan Marsha. Sudah lama ia tak mendengar nama panggilan Marsha ketika mereka kecil dulu. Entah apa yang sedang gadis itu mimpikan hingga ia tampak setakut ini. Gavin segera memuluk Marsha dan membisikkan kata-kata penenang.
"Avin disini sayang, Avin gak ninggalin Sha" Gavin mengeratkan pelukannya sambil mengecup kepala Marsha lembut. Dan Marsha kembali tenang dalam tidurnya.
Gavin memandangi wajah lelap Marsha yang tampak menggemaskan meski hanya diterangi cahaya malam. Gavin enggan bergerak menyalakan lampu kamarnya, hanya cahaya bulan dan lampu taman dari luar yang memberi sedikit penerangan di kamarnya.
"Gavin, bangunin Marsha. Makan malam dulu sayang" suara Bundanya terdengar dari luar kamar Gavin.
"iya Bunda"
"cepat ya, Bunda tunggu dibawah" Gavin tak menjawab lagi, segera ia bangunkan putri tidur di pelukannya itu. Sekitar 10 menit kemudian,Marsha tampak menggeliat dan segera membuka matamya. Marsha menatap Gavin didepannya dengan tatapan heran dan tampak terkejut, Gavin mengernyit bingung dibuatnya.
"Gavin? kamu masih hidup? Ya Tuhan, kamu masih hidup ternyata. Marsha pikir gak bakal ketemu Gavin lagi, hikss. Terimakasih Tuhan sudah menyelamatkan Gavin, Marsha janji akan terus jaga Gavin biar ia gak ditipu sama nenek sihir jelek itu lagi" Gavin semakin menatap bingung Marsha yang sibuk menyerocos itu.
"huhuhu, Gavin hidup lagi. Gavin jangan tinggalin Marsha lagi yaa, Marsha gak mau ditinggal Gavin lagi" isak Marsha sambil memeluk Gavin yang masih bingung itu, entah drama apalagi yang sedang gadis itu mainkan, pikirnya.
"Marsha kepalanya masih sakit gak? Masih pusing?" Tanya Gavin mengabaikan drama absurd Marsha. Marsha menggeleng lalu tersenyum lebar menandakan jika ia sudah baik-baik saja. Gavin segera membawa Marsha ke meja makan untuk makan malam bersama keluargannya.
"Bunda cantik" teriak Marsha lalu berlari memeluk Serena yang sedang menyiapkan makan malam. Serena segera membalas pelukan Marsha dengan erat.
"kamu sudah sehat sayang?" Tanya Serena lembut sambil mengelus kepala Marsha. Marsha mengangguk semangat dan tersenyum manis kepada Bundanya.
"Mar..shaa.." suara gugup terdengar dari belakang Marsha. Marsha membalikkan tubuhnya dan melihat Nathan yang tampak gugup didepannya.
"abaangg.." pekik Marsha semangat hendak memeluk Nathan, tapi Nathan dengan cepat berlari dan bersembunyi dibelakang ayahnya yang baru turun dari tangga. Garendra mengernyit bingung melihat Nathan yang bersembunyi dibelakangnya dan Marsha yang sepertinya sedang mengejar Nathan.
"kamu ngerjain Marsha?" Tanya Garendra kepada putra sulungnya itu. Nathan menggeleng dan tatapan matanya yang masih ketakutan mengikuti pergerakan Marsha. Marsha hanya menatap bingung Nathan, ia bingung mengapa Nathan menghindarinya. Gavin menghampiri Marsha dan menyuruh gadis itu untuk segera ke meja makan.
"Marsha gak bakal ingat yang dia lakuin sama abang, ia begitu Cuma kalau sakit doang. Marsha kebiasaan sejak kecil begitu bang, abang gak usah takut kayak anak perawan yang mau diperkosa gitu" jelas Gavin menatap datar abangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, nona absurd!
Novela Juvenilini hanya cerita tentang Marsha, si gadis mungil dengan 'bapak' posesifnya. Marsha tidak peduli apapun asal Gavin ada bersamanya. Marsha tidak peduli diejek manja, gadis aneh atau apapun itu asal Gavin tetap disampingnya. Dan Gavin, si 'bapak' pos...