Ini hari ke lima Marsha liburan di Jepang dan sejak kemarin, gadis itu tak mau keluar kamar. Dirinya hanya terdiam di ranjangnya sambil memeluk bantal bersarung kemeja Gavin. Entah bagaimana ceritanya kemeja itu ada di kopernya.
Garendra dan juga Serena sudah berulang kali membujuk anak itu agar keluar kamar dan melanjutkan acara liburan mereka dan berkunjung ke tempat wisata lainnya. Namun Marsha tetap menolak, gadis itu sudah terlalu rindu dengan bapak posesifnya hingga tak ingin melakukan apa-apa.
Bahkan bujukan sang ayah yang biasanya selalu ampuh dan selalu Marsha turuti pun kali ini tak berlaku.
"Marsha mau jalan-jalan kalau ada Gavin"
Begitu katanya, dan sepasang suami-istri itu mendadak menyesal membawa kabur Marsha. Nyata nya gadis itu bahkan tak bisa bertahan lebih dari 2 hari untuk tidak melihat Gavin.
"Tapi sayang, Gavinnya masih kerja loh. Jalan sama ayah sama bunda dulu yaa? Nanti ayah traktir es krim yang banyak deh"
"Gak mau ayah. Ayah bohong sama Marsha. Kemarin bilangnya Gavin bakal sampai, tapi sampai sekarang belum ada, hiks... Ayah tukang bohong, kemarin juga bilang mau traktir makan es krim yang banyak, tapi kenapa malah bunda yang bayarin? Hiks, terus sekarang bilang lagi mau traktir es krim, hikss..Marsha kan juga mau makanan lain, bukan cuma es krim, hikss... ayah jahat. Ayah tukang bohong, huaaaaa...."
"Hikss.. ayah.. Marsha rindu Gavin, hikss..."
Garendra merasa hatinya seperti tertimpa alat berat, sakit dan sesak ketika Marsha berkata dirinya jahat dan tukang bohong.
"Maafin ayah sayang, besok kita pulang dan ketemu Gavin yaa.."
"Benar yah? Hiks.."
"Benar sayang. Sebentar, ayah telpon abang dulu yaa"
"Kenapa bukan Gavin aja yah?"
"Besok biar kasih kejutan sama Gavinnya, mau?"
Dan Marsha dengan cepat menganggukkan kepalanya. Tidak terlalu mempedulikan skenario sang ayah, yang penting dirinya bertemu dan bisa memeluk Gavin sepuasnya.
"Sayang? Kamu mau kita pulang atau Gavin yang ke sini?"
"Pulang saja ayah"
"Gak nunggu Gavin aja?"
"Nanti Gavin tidak datang-datang seperti kemarin lagii.. hiks, Marsha rindu Gavin, ingin cepat-cepat ketemu Gavin. Marsha rindu peluk Gavin, rindu pegang Gavin, rindu tidur dengan Gavin, rindu cium Gavin, rindu di sentuh Gavin, rindu di elus Gavin, rindu cium bibir Gavin jugaa, huaaa.."
Astaga, Garendra tidak pernah berpikir akan mendengar kalimat vulgar seperti ini dari bibir polos putri kesayangannya. Ingatkan ia untuk menghajar Gavin nanti.
"Ya sudah. Kamu tidur ya sayang, ayah mau pesan tiket untuk kita pulang. Mau tidur sendiri atau ayah keloni?"
"Marsha tidur sendiri aja. Ada Gavin kok" Jawab Marsha sambil memeluk bantal bersarung kemeja Gavin.
Garendra tersenyum lalu mengecup kening Marsha dan membawa sang istri keluar dari kamar Marsha.
"Sayang, Gavin pergi ke Jerman." Serena tersentak mendengar perkataan suaminya.
"Ke Jerman? Mau ngapain yah? Ada kerjaan di sana?"
Serena merasa khawatir dengan si bungsu yang pergi tanpa memberi tahunya. Karena pergi kemana pun, Gavin pasti akan memberitahunya dulu.
"Tadi ayah hubungi abang, katanya Gavin pergi mau nyusul kita liburan. Anak itu sangat kacau saat kita tinggalkan. Kata Nathan, Gavin berkeliling kemarin mencari Marsha. Dan dari laporan Erik, keadaan Gavin juga sangat buruk di kantor..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, nona absurd!
Teen Fictionini hanya cerita tentang Marsha, si gadis mungil dengan 'bapak' posesifnya. Marsha tidak peduli apapun asal Gavin ada bersamanya. Marsha tidak peduli diejek manja, gadis aneh atau apapun itu asal Gavin tetap disampingnya. Dan Gavin, si 'bapak' pos...