Gavin itu Punya Marsha!!!

1.4K 152 36
                                    

Gavin baru saja menyerahkan laporan proyek yang ia kerjakan kepada dosennya. Ini lah proyek terakhirnya untuk semester ini. Sebentar lagi akan ujian semeter dan Gavin harus fokus ke sana.

"Gavin?"

Gavin berhenti menuruni tangga mendengar namanya di panggil. Ada Dinda sedang tersenyum manis kepadanya. Gavin hanya diam tanpa berekspresi sedikit pun sembari menunggu si kakak kelas itu bicara.

"Aku jadi besok seminar proposalnya, kamu datang ya?"

Gavin masih diam lalu mengangguk pelan dan segera berlalu dari sana.

Dinda yang melihat anggukan Gavin tadi tersenyum lalu menjerit tertahan. Menatap kepergian Gavin dengan wajah meronanya.

Gavin berjalan cepat menuruni tangga, tak peduli orang-orang sekitar yang menatapnya kagum. Yang di otaknya sekarang adalah bagaimana caranya agar ia bisa cepat keluar dari kampus dan menjemput si mungil di restoran bunda.

Si mungil memilih ikut bunda tadi pagi karena sedang ingin minum yogurt yang ada di kulkas restoran bunda. Entah lah, padahal di kulkas rumah juga masih banyak yogurt.

Gavin akhirnya berhasil memakirkan mobilnya di parkiran restoran bunda setelah melewati jalanan macet tadi. Maklum sudah sore dan banyak kendaraan yang berlalu lalang.

"Hihii, abang tampan kok makan sendiri aja? Mau Marsha temanin gak??"

Gavin mengernyit begitu mendengar nada centil itu. Entah abang tampan mana lagi yang di dekati si genit satu itu.

Begitu Gavin masuk, ia bisa melihat interaksi dua manusia beda gender di meja kasir sana. Si gadis penjaga kasir dengan senyum-senyum genitnya dan seorang pria dengan senyuman tampan nya. Gavin berdecak, merasa dongkol melihatnya.

"Ekhem!"

"Oh? Gaviiinn??!"

Seru Marsha semangat lalu bergegas turun dari kursi kasir dan berlari melompat ke gendongan Gavin.

"Gavin Gavin Gavin Gaviiinn!! Hihii.."

Dan hanya dengan seruan dan cekikikan itu, Gavin sudah luluh. Senyum si tampan itu langsung melebar dan melupakan rasa dongkolnya tadi.

"Huaaaa, Marsha terbaaang...!!"

Gavin mengangkat tubuh mungil itu lebih tinggi lalu berlari mengelilingi restoran. Untung saja sudah sepi, hanya ada dua meja yang terisi dan para pelayan ditambah si abang tampan yang masih berdiri di meja kasir sana.

Para pelayan tertawa melihat sepasang manusia itu. Mereka memang paling semangat jika Marsha berkunjung. Aura positif dan semangat gadis itu selalu menular ke mereka. Rasa lelah dan jenuh akan berkurang jika mendengar tawa gadis itu.

Bukan hanya pelayan, para pelanggan tak jarang menanyakan tentang si mungil itu. Bagaimana tidak, Marsha si absurd tetaplah absurd dimana pun berada. Kadang berlarian di dalam restoran sambil tertawa karena berhasil mengerjai pekerja. Atau bernyanyi dan berjoget tak jelas di meja kasir. Gadis itu juga rajin melayani pelanggan, menanyakan pesanan dengan nada imut dan menggemaskannya.

"Astagaa, Gaviin! Awas Marsha nya jatuh nak!!"

Serena bahkan sampai keluar dari ruangan mendengar keributan di depan.

"Hahahaa, bundaaaa!! Marsha terbang loh kayak kecoaa, huaahaha.."

"Udah udaah, Marsha baru makan nanti dia gumoh lagi.."

Gavin akhirnya berhenti di depan sang bunda dengan nafas yang tersendat. Lumayan juga menggendong si mungil itu sambil berlari.

"Kok berhenti? Ooh, bunda mau ikut juga ya? Mau terbang jugaa? Gaviin!! Ayo terbang lagi, ada penumpang baru!! Sebentar ya penumpang, supirnya lagi isi nafas.."

Hei, nona absurd!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang