"Hei putri tidur, ayo bangun.."
Marsha melenguh pelan, matanya enggan terbuka dan mulutnya bergerak seperti mengunyah sesuatu. Gavin terkekeh pelan melihatnya, pemandangan Marsha yang sedang tidur merupakan salah satu favoritnya.
Dengan pelan tangannya terangkat menyisihkan rambut diwajah Marsha. Gavin teringat kembali akan gumaman Marsha tadi malam sebelum gadis itu terlelap. Dan Gavin tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum lalu kemudian terkekeh pelan. Ia seperti orang kurang waras yang tertawa sendiri tanpa sebab.
"uughh, Gavin?"
Gavin menghentikan tawanya dan menunggu Marsha tersadar sepenuhnya.
"Hoaamhh, good morning papa bear..."
"Selamat pagi Bintangnya Gavin.."
Marsha tersipu malu saat mendengar nama tengahnya lalu terkikik pelan.
"Jawabnya pakai bahasa inggris juga harusnya, kan Marsha pakai bahasa inggris.."
"Nanti kalau pake bahasa inggris terus memangnya Marsha ngerti?"
"hehe, tidak juga sihh.."
"Dasar, ayo bangun. Bunda dari tadi nyariin loh, katanya putri cantiknya hilang dari kamar tadi malam.."
"Uuups, Marsha lupa kalau tadi malam kabur dari kamar bunda. Marsha sama bunda dulu yaa, dadah Gavin.."
Marsha beranjak bangun dan berjalan keluar kamar Gavin. Tapi Marsha teringat sesuatu saat membuka pintu lalu ia berbalik menghadap Gavin yang masih terbaring dikasur sambil menatap Marsha.
"Gavin?"
"Kenapa? Mau tidur lagi?" Marsha menggeleng pelan.
"Eemmm, Gavin masih marah sama Marsha?"
Gavin terdiam sejenak, ia hampir lupa jika kemarin ia marah dan membentak Marsha. Rasa bersalah kembali muncul membuat Gavin mengutuk dirinya sendiri. Apalagi melihat tatapan Marsha sekarang yang terlihat takut dan ragu untuk bersuara.
"Mau peluk Gavin tidak?"
"Hah?"
"Sini.."
Dengan ragu Marsha melangkah pelan dan memeluk badan besar Gavin. Dalam hati ia masih bertanya perihal Gavin yang masih marah atau tidak kepadanya.
"Maafin Gavin bentak kamu kemarin yaa..."
"Gavin tidak marah sama kamu, Gavin marah sama diri sendiri karena tidak bisa menjaga kamu dengan baik. Gavin lalai karena membiarkan orang lain menyentuhmu. Gavin marah melihat kamu kesakitan saat dipeluk si brengsek itu. Maafin Gavin yaa.."
Marsha mengangguk cepat lalu mengeratkan pelukannya dan Gavin melakukan hal yang sama.
"Tapi Gavin tidak usah bicara kasar begitu, nanti Marsha aduin sama bunda loh. Kata bunda kan gak boleh bicara kasar, itu jahat tau. Dan Gavin bilang brengsek tadi, itu kasar nanti Marsha aduin ke bunda.."
"Kamu barusan bilang juga loh.."
"Aahh, Marsha kelepasan.. aduh, nanti bunda marahain Marsha bagaimana? Gavin jangan kasih tau ke bunda yaa, nanti Marsha juga gak bilang-bilang ke bunda kalau Gavin bicara brengsek tadi.."
"Aduuhh.. Marsha kelepasan lagi.." Gavin tertawa pelan lalu mencubit kedua pipi gembil Marsha.
"Sudah turun sana, sepertinya perut kamu butuh asupan"
"Ahh, Gavin tau saja. Marsha mau ke bunda dulu minta makan.."
"Habis itu cepat siap-siap yaa, nanti kita telat sekolah.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, nona absurd!
Ficção Adolescenteini hanya cerita tentang Marsha, si gadis mungil dengan 'bapak' posesifnya. Marsha tidak peduli apapun asal Gavin ada bersamanya. Marsha tidak peduli diejek manja, gadis aneh atau apapun itu asal Gavin tetap disampingnya. Dan Gavin, si 'bapak' pos...