Waktu berlalu begitu saja dan keadaan juga tidak banyak yang berubah. Marsha masih dengan otak absurdnya dan Gavin juga masih keposesifan dan overprotektifnya.
Si kembar Gabriel dan Daniel juga masih bucin Marsha, jadi belum berniat mencari kekasih. Sementara pasangan Rangga Shinta makin lengket bahkan sudah bertunangan seminggu setelah kelulusan mereka dari SMA.
Leo dan Anna juga masih bersama, meski beberapa bulan yang lalu hampir putus karena Leo ketahuan jalan dengan adek kelas. Dan itu karena kalah taruhan dengan teman sekelasnya.
Nathan juga masih betah menjomblo membuat Bunda menjodohkan banyak wanita dengan Nathan. Tapi abang kesayangan Marsha itu selalu berhasil kabur dari perjodohannya.
Begitulah, tak banyak yang berubah.
Sekarang kedelapan remaja yang baru lulus SMA itu sedang mendaftar ulang di salah satu universitas.
Sebenarnya hanya lima orang yang akan menjadi mahasiswa disana. Ada Gavin dan Leo yang memilih masuk di fakultas ekonomi dan bisnis. Lalu si kembar yang memilih fakultas teknik meski beda jurusan. Dan ada Anna di fakultas Seni.
Sementara Rangga dan Shinta akan kuliah di luar kota karena Rangga akan mengurus cabang perusahaan Ayahnya disana sambil kuliah. Dan Shinta akan menemani tunangannya ini.
Dan si nona absurd kita, si pemeran utama kita lebih memilih untuk tidak memaksakan otaknya bekerja lebih keras lagi. Gadis itu dengan bangga mengumumkan bahwa ia tak akan kuliah.
"Marsha udah sekolah sejak TK A sampai kelas 3 SMA, nanti kalau Marsha kuliah otak Marsha jadi setress terus nanti setruk juga gimanaa? Terus kuliah juga lama, nanti Marsha gak lulus lulus terus gak nikah nikah dong sama Sehun oppa. Marsha gak oke!!!"
Begitu jawab si nona mungil itu setiap ditanya kenapa tak mau kuliah. Gavin dan keluarga pun tak memaksa. Bahkan Gavin senang Marsha tak kuliah. Bukan jahat atau tak memikirkan masa depan Marsha. Tapi Gavin tak mau Marsha terlalu memaksa dirinya terus belajar. Lagipula Gavin sudah menyiapkan jaminan untuk masa depan Marsha.
"Gavin, kenapa orang-orang itu berbaris disitu? Apa sedang bagi-bagi sembako? Atau bagi-bagi makanan gitu ya? Wooahh, rame.. Marsha mau ikut ahhh"
"Eehh, Sha. Itu bukan bagi-bagi makanan sayang. Itu mau daftar ulang, kita juga ikut antri di belakang. Ayo.." Gavin menarik tas punggung Marsha mencegah langkah gadis itu yang hendak berlari menerobos antrian.
"Ooh, mau daftar ulang. Marsha gak ikut ah, Marsha kan gak ikut daftar ulang. Nanti kalau Marsha ikut antri, terus ditanya-tanya, terus Marsha ketahuan jeniusnya, terus dipaksa kuliah. Iiihh.. Marsha mah gak mau, gak level Marsha sama kuliah. Marsha mau cari makan aja.."
"Gak, kamu gak boleh pergi jauh-jauh. Nanti nyasar, tunggu Gavin sebentar lagi yaa?"
"Panas Gaviin...~~ Marsha lapeeer, Marsha mau makaann, Marsha boleh pergi cari makan ya Gaviiin.. pleaseeuuuu~~~"
Marsha menangkup wajahnya dengan kedua tangannya sembari mengedip-edipkan matanya ke Gavin.
Gavin menghela nafas dan mengalihkan matanya ke segala arah.
"Aarrggh, sakit bego!!" teriak Daniel lalu memukul kepala Gabriel yang baru saja menggigit lengannya.
Gabriel hanya tercengir bodoh. Gabriel kan hanya mencoba menahan diri untuk tidak mencubit kedua pipi gembul Marsha, jadi ia menggigit lengan Daniel. Daripada nanti ia kebablasan sampai mencium pipi Marsha lagi kan bahaya.
"Gaviin iih!! Mata kemana itu? Lagi lihat orang cantik ya?! Gavin mau cari pacar disini ya? Gavin gak mau lihat Marsha lagi ya?!! Marsha benci Gavin! Gavin jahat!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, nona absurd!
Novela Juvenilini hanya cerita tentang Marsha, si gadis mungil dengan 'bapak' posesifnya. Marsha tidak peduli apapun asal Gavin ada bersamanya. Marsha tidak peduli diejek manja, gadis aneh atau apapun itu asal Gavin tetap disampingnya. Dan Gavin, si 'bapak' pos...