TDSB | 🍍38. DELLION AND AXCELIUM🍍

10.8K 841 3.2K
                                    

Jangan lupa Follow Mammaooo, makasih buat yang udah follow 😘

⛔ Wajib komen tiap paragraf. *maksa pokoknya 😎

⛔ Komen 'hadir' di sini buat absen.

⛔ Isi Bab ini akan sangat panjang, jadi pastikan kamu dalam posisi yang nyaman.😉

Happy reading!

🍍🍍🍍🍍🍍🍍🍍

Seorang perawat laki-laki baru saja selesai mengantikan perban Adrian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang perawat laki-laki baru saja selesai mengantikan perban Adrian. Setelah membereskan peralatannya, pria sebaya Aline itu pamit pergi. Menyisakan Adrian sendiri. Kekehan geli keluar dari bibir pucatnya saat me-reka kembali ingatan tentang pertemuan pertamanya dengan Aline.

Flash back on

"Kau menyeringai padaku?! Kau menantangku?! Kau tidak takut mati?! Bocah sialan!"

Saat pertama kali mendapati seseorang menyeringai dan menantangnya lewat tatapan mata, Adrian marah besar. Harga dirinya terinjak-injak. Adrian bersumpah tidak akan memafkan bocah bermake up tebal di depannya ini.

Menyeringai padanya saja sudah sangat fatal. Apalagi menantangnya lewat tatapan jelas sangat tidak sopan. Ditambah fakta pelakunya adalah seorang gadis kecil yang usianya masih tiga belas tahun, membuat Adrian semakin marah. Sial, harga dirinya jelas terluka.

"Jawabanku adalah tidak Tuan Tua Bangka. Aku tidak takut mati. Kalau aku takut mati, aku tidak di sini untuk menyelamatkan putra manjamu itu. Dasar Tua Bangka, sudah tua tidak tau terimakasih."

Adrian melotot garang. Saat yang lain sudah gemetar ketakutan, Aline satu-satunya orang yang dengan berani tertawa lantang.

Menurut Aline, ekspresi Adrian saat marah sangat lucu. Aline jadi tidak bisa berhenti tertawa setiap kali meningingat kenangan itu.

Begitu pun dengan Adrian, ingatan berharga itu selalu berhasil membuat sudut bibirnya tertarik ke atas. Seperti saat ini.

"Dia memang berbeda. Pantas saja putraku tergila-gila padanya," tutur Adrian pada angin lalu.

Adrian mengambil potongan buah yang tadi dipotong Alena sebelum pamit ke kamar mandi. Tiba-tiba ia jadi mengingat kembali perbincangan dengan Aline pagi tadi.

"Aline," panggil Adrian setelah jeda cukup lama. Mengetahui cinta putranya belum terbalaskan membuatnya ikut sedih.

"Iya," mata Aline dan mata Adrian bertemu. Keduanya saling menatap dengan pikiran masing-masing.

The DEVIL'S Se(Xy)Cret BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang