TDSB |🍍PROLOGUE🍍

24.2K 811 456
                                    

"Apa yang ingin kau dengar, Tuan Axcellion yang terhormat!?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Apa yang ingin kau dengar, Tuan Axcellion yang terhormat!?"

Aline tidak bisa diam lebih lama lagi atau harga dirinya akan semakin disamaratakan dengan tanah. "Penyangkalan yang sia-sia atau permohonan untuk segera dikirim ke neraka?"

Tawa Agler meledak diiringi tapukan tangan yang cukup keras. Luar biasa sekali. Sangat tidak disangka kalau ternyata sekretaris anggun Jordan Smith adalah Queen C-sang gadis pemburu yang tidak takut mati.

"Kau teramat menarik untuk dikirim ke neraka begitu saja, Aline Scarlett William." Tawa Agler lenyap tergantikan dengan tatapan mengintimidasi. Pasukan oksigen langsung menipis ketika Agler kembali ke mode serius.

"Lalu, apa rencanamu? Menjadikanku anjing yang setia?" tanya Aline dengan sebelah alis terangkat.

"Itu pun kalau kau tidak masalah turun kasta dari ratu menjadi anjing pemburu." Agler tersenyum mengejek.

"Entahlah." Aline terlihat acuh. "Mungkin aku bisa menjadi anjingmu, tapi tidak untuk setia padamu. Jika kau berniat memeliharaku sebagai pemburu, maka kau harus siap menjadi buruanku." Aline balik menyeringai.

Menyaksikan keberanian Aline, Agler mengetatkan rahang. Sial! Harga dirinya terluka.

"Aline Scarlett William-" jeda, hingga hening menyelimuti.

Manik biru gelap Agler dan permata hijau Aline bertemu, pandangan mereka terkunci selama dua menit. Suasana semakin mencengkam membuat penghuni ruangan eksekusi tak berani berkutik. Bahkan Khiel yang paling cerewet kali ini membatu.

Kalau boleh jujur, Agler tidak pernah menyebut nama lengkap seseorang lebih dari satu kali. Karena jika sampai itu terjadi, orang tersebut akan segera mati.

Tapi, kali ini berbeda. Agler sendiri tidak mengerti bagaimana otakknya bekerja sehingga nama Aline menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk terus di ulang, terus dan terus.

"-Kau benar-benar mengujiku," ujar Agler penuh penekanan. Rahangnya mengeras dan giginya bergelatuk. Selanjutnya menghunus Aline dengan tatapan paling mematikan.

Dor! Dor! Dor!

Aline mematung tak percaya, melihat dua anak buah Agler mati dalam genangan darah di lantai.

"Bagaimana jika aku menembak orang-orangmu seperti itu, Aline Scarlett William?"

Aline mengikuti arah pandang Agler. Matanya melotot ketika mendapati Jordan terikat di sebuah kursi. Tubuhnya penuh luka sayatan, kaos putihnya basah oleh darah.

"Agler kumo-Arghh!" Jordan menjerit kesakitan, kalimatnya tidak bisa ia selesaikan.

"Sudah kubilang tutup mulutmu atau kau akan menerima satu sayatan setiap kali kau buka suara." Agler menginterupsi. Matanya menatap penuh peringatan pada Jordan.

"Bajingan! Lepaskan Jordan. Dia tidak punya hubungan dengan semua ini!"

"Kau yakin? Atau kau lupa jika Jordan memiliki peran penting untuk semua nama yang kau pakai Aline Scarlett William Irene Miranda Jean Abela Marina Sofia Atena Roseline?

Aline bungkam.

Tentu saja Jordan berperan besar.

Setelahnya, Agler ternyum kecil membuat Aline berfirasat buruk. "Satu lagi, tidakkah kau penasaran bagaimana nasib dua orang yang membantumu kabur, Mi.ran.da?"

Bodoh! Bagaimana Aline melupakan mereka.

"Jangan sentuh mereka! Uhuk! uhuk!"

Belum hilang nyeri di dadanya kerena batuk, dada Aline kembali sesak ketika layar proyektor mamantulkan dua gambar. Gambar pertama menampilkan Louis yang amat tidak berdaya. Gambar kedua memperlihatkan Max dan bocah kecil yang Aline yakini adalah putrinya. Mereka sedang tertawa tanpa menyadari ada sinar merah di masing-masing kepala.

"Jadi, siapa dulu yang harus kukirim ke neraka?" Tanya Agler santai. Senyum menangnya terbit saat melihat rahang Aline mengeras.

Ah, inilah yang Agler tunggu sejak tadi.

"Apa yang kau inginkan? Kau akan mendapatkannya setelah membebaskan mereka." Aline menatap tepat di manik hitam Agler, berusaha meyakinkan pria itu bahwa ucapanya yang tidak main-main.

Agler tersenyum senang, sebelum akhirnya suara Jordan merusak kesenangnnya. Ah, si tua itu...

"Aline jangan...arrrggghh!" Jordan menjerit, pisau tajam milik Khiel kembali mengiris lengannya.

Ingat, Satu sayatan untuk satu suara. Bahkan, kali ini justru ditambah dengan siraman air cuka. Rasanya, Amjim bangettt!

"Cepat katakan apa yang kau inginkan, Bajingan!?" desis Aline penuh penekanan. Dia harus cepat, kalau tidak Jordan akan semakin tersiksa.

"Be mine, and everything gonna be okay."

Aline meneguk salivanya susah payah. Menjadi milik iblis bernama Agler berarti sepenuhnya Aline akan berada di bawah kuasa lelaki itu. Tidak akan ada kata 'bebas' lagi dalam hidupnya.

"Bagaimana kalau aku menolak?"

Agler menyeringai licik. Sedetik kemudian sebuah kepala menggelinding di lantai. "Kepala mereka akan menjadi bayarannya."

What the hell!

Haruskan Aline menyerah?

Haruskan Aline menyerah?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana prolognya?

Udah siap ketemu Aline Agler?

Masih semangat untuk lanjut bab satu?

Dijawab ya gengs 😘

🔥🔥🔥

Sampai jumpa😘😘

Sampai jumpa😘😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The DEVIL'S Se(Xy)Cret BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang