BAB TIGA

1.8K 140 2
                                    

SELAMAT IDUL FITRI!
Bolehlah kasih THR berupa vomment, hehe...

Oh, iya, BTW, ada cerita baru SPIN-OFF LIYL, tentang Septi, di profil. 

Bolehlah mampir ke sana. :)

***

REYNALD PRATAMA memainkan rambut panjang Liliana yang tengah bersandar di dadanya. Libur berhari Minggu kali ini mereka habiskan di kediaman Dewo. Sudah tiga hari ini ayah Liliana mengusut tugas ke Kalimantan dan ibunya ikut serta. Meninggalkan dia berdua dengan neneknya yang sekarang tengah tidur siang.

"Mas Ray sama Mas Rey beneran belum pernah ketemu langsung sama Vanessa?"

Pertanyaan Liliana membuat gerakan Reynald terhenti. Lelaki itu memindahkan tangannya memeluk perut sang kekasih. "Iya, belum pernah. Angel selalu melarang karena takut kami kepincut sama Vanessa. Tapi, dilihat dari fotonya memang cantik, sih, ya."

Liliana langsung memutar kepala, menyipit tajam pada kekasihnya. "Seriusan puji-puji cewek lain di depan aku?!"

Menghela napas, Reynald pun melanjutkan, "Tapi lagi, lebih cantikan kamu sama Angel. Mana mungkin Mas suka sama adiknya Angel—yang berarti adik Mas juga, kan...?"

Liliana mengerut samar, tapi tetap menerima penjelasan Reynald. Dia kembali bersandar nyaman dengan mata tertuju pada layar televisi yang menayangkan drama barat kesukaannya. Kamar besar super mewah yang dilengkapi televisi serta AC dan sofa bed dekat jendela, didominasi oleh warna biru laut, membuat Reynald ikut betah menghabiskan waktunya di sana.

"Li, jangan tidur, ya." Reynald memperingatkan karena Liliana sering ketiduran jika bersandar di dadanya seperti ini. "Satu jam lagi Mas mau jemput Angel."

"Kan bisa sama sopir aja pulangnya, Mas. Angel suka gitu, deh. Gangguin orang pacaran." Liliana berdecak kesal, menatap Reynald dengan manja. Kebiasaan sejak kecil—menjadi anak tunggal—selalu dimanja membuatnya tidak bisa mengendalikan diri jika sudah merajuk. "Atau, sama Mas Ray juga bisa."

"Ray belum ada kabar, sih. Semalam nginap di apartemen. Ponselnya sejak tadi nggak bisa dihubungi." Reynald menyambar ponsel, mengecek apakah pesannya sudah terkirim atau masih belum.

"Jangan-jangan...," Liliana menyipit, suaranya bernada serius, "Mas Ray udah punya pacar?"

"Ck. Orang serius kayak Ray mau punya pacar? Taruhan apa, nih, kalau beneran?" Reynald yang tahu bagaimana sifat kembarannya tentu saja tidak terpengaruh dengan ucapan Liliana. Apalagi Raymond memang tidak pernah bercerita apa pun. Tidak seperti dirinya yang langsung membawa Liliana ke rumah dan mengenalkannya sebagai kekasih. Selain karena sudah saling mengenal keluarga, juga karena perasaan yang terlihat jelas tanpa paksaan.

"Ish. Terus kenapa coba bisa nggak aktif ponselnya? Belum lagi semalam nginapnya di apartemen." Liliana masih mencoba peruntungan untuk meyakinkan Reynald. "Tempo hari aku pernah lihat Mas Ray sama cewek. Nggak tahu, sih, ceweknya siapa. Nggak jelas wajahnya. Soalnya lagi makan di mobil, terus kacanya juga gelap."

"Teman kampusnya kali. Ray pasti cerita kalau punya cewek. Ada yang minta nomor aja dia cerita, apalagi ada yang jadi pacar." Reynald meletakkan kembali ponselnya ke nakas. "Udah, nggak perlu pusingin Ray. Mas cemburu, loh...."

Liliana mengulum senyum, lalu kembali berbalik menatap layar televisi. Adegan bermesraan di depan sana membuat detak jantungnya berpacu lebih cepat. Meski sering berpelukan dan sekali-kali bercumbu, tetap saja membuatnya gugup jika melihat hal seperti itu. Reynald tidak pernah melakukan lebih daripada menciumi dan meraba. Meski sudah mengatakan rasa percaya pada lelaki itu, tetap saja Reynald tidak mau melakukan lebih. Setidaknya jangan sekarang, kata lelaki itu padanya.

THE ORDINARY LOVE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang