BAB DUA PULUH LIMA

1.3K 93 2
                                    

AKHIRNYA KITA SAMPAI DI PENGHUJUNG BUKU I THE ORDINARY LOVE!

***

Tiga hari pertama di Singapura, Raymond dan Reynald langsung berkunjung ke perusahaan dan mulai berinteraksi dengan karyawan di sana. Mereka belum memulai untuk turut andil sebagai bagian dari pimpinan, masih terlalu cepat untuk masuk, dan harus mencoba dari bawah terlebih dahulu. Mungkin setingkat di bawah pimpinan utama, atau bahkan karyawan biasa. Tama memang tidak memastikan mereka harus di posisi mana asal yang pasti tetap berpartisipasi di perusahaan.

Seperti yang sudah direncanakan, hari ini kedua pasangan pengantin baru itu menghabiskan waktu dengan rekreasi di Pantai Palawan. Sebuah kawasan pantai yang terbilang sepi dan pribadi dibandingkan pantai-pantai lain yang ada di Singapura. Pasir putih dan air yang jernih sangat menyejukkan mata. Setiap sudut di kawasan pantai merupakan tempat yang bagus untuk berfoto. Raymond sudah menyewa penginapan terdekat sehingga mereka tidak perlu khawatir untuk kemalaman.

Sementara Reynald dan Liliana menikmati sensasi berjalan di atas jembatang goyang, Raymond dan Vanessa memilih untuk menikmati pemandangan dari atas Gardu Pandang. Cuaca yang sangat cerah memungkinkan mata melihat daerah Batam yang tidak begitu jauh dari Singapura. Vanessa berselonjor setelah menikmati pemandangan dan mengabadikan beberapa momen dengan kamera yang dibawa Raymond. Kakinya terasa penat setelah menaiki tangga kayu menuju puncak Gardu Pandang ini. Raymond ikut berselonjor tepat di samping kaki Vanessa dan menarik kedua tungkai itu ke atas pahanya. Dipijatnya dengan lembut sambil mengulum senyum melihat gurat lelah—namun tetap—penuh antusiasme di wajah sang istri.

Begitu kembali ke tepi pantai, Reynald dan Liliana sudah basah bermain air. Menjelang sore dan matahari sudah tidak terlalu menyorot posisi mereka. Raymond melirik Vanessa yang terlihat sangat ingin bergabung di air, namun terlihat ragu karena menggunakan gaun selutut yang tentunya akan menjiplak tubuhnya begitu basah. Untuk berganti pakaian pun harus berjalan terlebih dahulu sekitar lima menit menuju stasiun pantai.

"Nggak apa-apa. Lagian nggak ada pengunjung lain." Raymond menarik Vanessa mendekati yang lain. Dia—yang memang menggunakan celana pendek selutut—menggendong Vanessa dan mendudukkannya di atas batu karang. Untungnya mereka ke sana bukan pada hari libur, jadi memang bisa dikatakan tempat itu—yang memang sudah pada dasarnya sepi—sangat sepi.

"Vanes, sini! Bisa berenang nggak?"

Liliana sudah beranjak sedikit ke tengah. Perempuan itu juga mengenakan gaun, namun dilapisi legging yang tentunya tidak membuatnya khawatir jika air membuat gaun itu menjiplak tubuh. Sedangkan Vanessa hanya menggunakan short sebagai lapisan di dalam bawahannya.

"Bisa, Kak. Cuma belum pernah di pantai." Vanessa meringis. Bahkan saat ini dia memegang lengan Raymond sangat erat. Niatnya hanya bermain di pinggiran, tapi suaminya malah membawa dia agak ke tengah.

"Nggak apa-apa. Gendong belakang aja sama Mas Ray," kata Liliana lagi. "Aku juga mau, dong, Mas, digendong belakang sampai ke tengah." Dia mendekat pada Reynald yang sibuk memotret mereka.

"Bentar, Mas taruh dulu kameranya."

"Bawa aja, Mas. Kan tahan air." Liliana tidak sabaran mengadu keromantisan mereka di sana.

Raymond berbalik, menunggu Vanessa mengalungkan lengan ke lehernya. Sebenarnya tanpa berenang pun mereka bisa berjalan karena pinggiran pantai lumayan dangkal. Hanya saja karena ini perdana dia ke pantai tanpa Mario—yang akan selalu siaga di sampingnya—pun membuatnya sedikit cemas. Namun, melihat kesungguhan di wajah Raymond, dia pun percaya bahwa lelaki itu pasti bisa seperti sosok ayahnya. Lelaki itu pasti akan melindunginya dalam apa pun.

***

"Aw!"

Reynald terkekeh mendengar pekikan Liliana. Sejak menikah, lelaki itu suka sekali menampar bokong seksi istrinya. Terutama saat mereka tengah bercinta. Maka begitu melihat perempuan itu membelakanginya, tengah serius menyiapkan makan malam, timbullah keisengan untuk mengejutkannya dengan tamparan di bokong. Tidak kuat, namun tetap berhasil membuat Liliana memekik.

THE ORDINARY LOVE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang