BAB DUA BELAS

1K 110 12
                                    

Halo!
Awal bulan kerjaan benar-benar dikasih banyak. Hm. Semoga besok aku bisa update lagi, deh. :)

Selamat membaca!

***

REYNALD MELIRIK KEMBARANNYA yang sudah sebulan ini tampak aneh. Sebelumnya memang Raymond tidak banyak bicara. Di rumah pun sekenanya saja. Pun di kampus tidak terlalu acuh dengan sekitar. Namun, akhir-akhir ini lebih diam. Terkesan menghindar. Dia sudah mencoba bertanya apakah ada masalah dengan Vanessa, tapi lelaki itu mengatakan semuanya baik-baik saja.

Seperti sore ini, setahu Reynald, anak SMA sudah selesai dengan ujian kenaikan kelas. Namun, kekasih dari saudara adik tirinya itu masih di rumah dan sibuk memainkan ponsel. Tengah berbalas pesan dengan seseorang yang tidak dia ketahui. Beberapa kali terlihat Raymond mengepalkan tangan dan mengurut pangkal hidung. Reaksi yang sangat jarang dia lihat dari segusar apa pun keadaan yang dilewati kembarannya.

"Ray," panggil Reynald, yang mulai ikutan tidak nyaman dengan tingkah kembarannya.

"Hm."

"Ada masalah apa, sih? Jujur aja. Udah sebulanan ini aneh banget tahu, nggak?!"

Raymond melirik sekilas, lalu menggeleng. "Aku nginap di apartemen malam ini. Tolong bilangin sama Mama-Papa, ya, Rey." Dia lekas berdiri dan menuju kamar untuk mengambil kunci mobil dan beberapa keperluan lainnya.

Begitu Raymond sudah pergi dengan mobilnya, Reynald langsung menelepon Angelica yang pergi ke mal dengan Liliana sejak siang tadi. Beberapa kali menelepon, adik tirinya itu tidak menjawab. Pun dengan Liliana. Menghela napas, dia mengaktifkan sebuah aplikasi untuk mencari tahu keberadaan kembarannya saat ini. Dari layar, peta menunjukkan bukan jalan menuju gedung apartemen mereka. Melainkan jalan menuju Tangerang. Firasat lelaki itu mulai tidak enak. Buru-buru dia mengambil kunci mobil dan melesat menuju kediaman Hadiwijaya. Memastikan bahwa kekasih kembarannya ada di sana atau ikut serta.

Vanessa—yang tengah menontoh sebuah drama—dibuat heran akan kedatangan Reynald. Dia mempersilakan lelaki itu masuk, namun ditolak dengan sopan. Mendengar pertanyaan mengenai keberadaan Raymond, mau tidak mau perempuan itu ikut bingung. Setelah mengambil ponsel ke kamar, dia kembali ke beranda; mendapati Reynald sibuk melihat peta aplikasi finder di ponsel. Ada sebuah titik yang masih bergerak di sana.

"Aku coba telepon Mas Ray dulu, ya, Mas."

Reynald tersentak, lalu mengangguk. "Kalau nggak mengganggu, ya, Vanessa. Soalnya nomor Ray agak sibuk dari tadi. Mas pikir dia sama kamu," alibinya.

Vanessa menunggu nada panggil yang masih berdengung. Begitu suara Raymond terdengar, dia langsung mengulas senyum. "Mas lagi di mana?"

"Di rumah. Kenapa, Nes?"

Jantung Vanessa berdetak lebih cepat dari biasanya mendengar jawaban itu. Dia melirik Reynald yang ikut penasaran. "Lagi sibuk, ya, Mas?" tanyanya lagi, dengan nada yang mulai bergetar.

"Hm ... sedikit, sih. Lagi nyiapin tugas akhir semester. Besok aja kita jalan, ya?"

Vanessa berdeham. "Oke, Mas. Tetap jaga kesehatan, ya."

"Iya, kamu juga, Baby."

Vanessa menggenggam ponsel dengan tangan yang bergetar. Dia menatap Reynald yang menunggu penjelasan. "Mas Ray bilang lagi di rumah. Nyiapin tugas akhir semester."

Reynald merasa tidak enak melihat tatapan nanar Vanessa. Dia juga tidak tahu mengapa Raymond harus berbohong. Merahasiakan entah apa yang tengah dia lakukan di luar sana. "Maaf, ya. Mas nggak bermaksud bikin kamu berpikir yang bukan-bukan. Ehm ... Mas balik dulu. Makasih banyak, ya, Vanessa."

THE ORDINARY LOVE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang