BAB DUA PULUH EMPAT

978 96 2
                                    

Terima kasih sudah mampir. 

***

Angelica, Liliana, Vanessa dan beberapa teman kampus si kembar tengah duduk di depan ruang sidang. Sudah sejak satu jam lalu Raymond dan Reynald memasuki ruang sidang dan masih belum selesai juga. Tidak berada di satu ruangan, namun bersebelahan. Sesuai jadwal yang sudah ditentukan, kembar Pratama itu menjalani sidang skripsinya seminggu setelah pernikahan. Bermacam-macam pernak-pernik kelulusan sidang sudah mereka siapkan. Mulai dari kain nama hingga bunga serta kado-kado lainnya. Bahkan di lobi kampus sudah ada kiriman papan bunga dari para penggemar yang mengetahui jadwal sidang mereka.

Lima belas menit kemudian pintu sebelah kanan terbuka, Reynald keluar dengan wajah berseri-seri dan langsung menuju Liliana yang turut berdiri sigap. Mereka berpelukan tanpa menghiraukan dehaman penonton. Selanjutnya Angelica mendekat dan ikut memeluk saudaranya itu. Bergantian dengan Vanessa dan teman-teman kampusnya. Sementara Raymond masih di dalam ruangan, yang lain mulai memasangkan kain nama dan berfoto-foto dengan Reynald. Tidak berselang lama, pintu ruangan tempat Raymond mengikuti ujian pun terbuka. Sama seperti Reynald, sulung Pratama itu langsung memeluk Vanessa dan bahkan mengecup bibir perempuan itu tanpa peduli pekikan terkejut penonton di sana. Liliana bahkan ikut memerah melihat interaksi pasangan itu. Dia merasa beruntung karena Reynald tidak asal nyosor seperti Raymond di tempat umum—efek terlalu bahagia, mungkin.

Mereka makan siang bersama di kafe Merlin. Traktiran si kembar sebagai ucapan terima kasih atas bantuan juga kehadiran teman-teman mereka untuk menyaksikan kelulusan tadi. Menjelang pukul dua siang, Angelica dan kedua pasang pengantin baru itu langsung menuju rumah utama Pratama. Gracia dan Tama sudah menyiapkan perayaan kecil untuk putra kembar mereka.

Tama memeluk putra kembarnya dengan bangga. Berhasil lulus dengan nilai—yang sudah langsung keluar—memuaskan dan mau mendengarkan perintahnya untuk langsung menyusul gelar magister di Singapura sekaligus mengurus kantor di sana. Meskipun sudah sempat makan-makan dengan yang lain sebelumnya, baik si kembar maupun Angelica, Liliana, dan Vanessa tetap ikut memakan camilan dan kue-kue yang sudah disiapkan Gracia. Raufa yang sudah lebih dulu menikmati makanan di sana pun memilih untuk diam sambil bersandar pada Gracia yang semangat mendengarkan cerita Reynald perihal proses sidang tadi.

Liliana mengikuti Angelica membereskan piring-piring di meja ke dapur. Sementara Vanessa yang sedikit kurang enak badan dibiarkan tetap duduk di samping Raymond. Perempuan itu terserang demam sejak semalam, namun tetap bersikeras melihat Raymond ke kampus. Efek berendam terlalu lama dan lupa membalurkan minyak angin. Raymond sempat kalang kabut karena mengira istrinya itu hamil atau semacamnya, namun dokter mengatakan tidak dan hanya menyuruh Vanessa banyak beristirahat.

"Persiapan sudah, kan, Mas?"

Pertanyaan itu mengalihkan fokus Raymond dari Vanessa. Tatapan Tama tertuju padanya. "Cuma tinggal merapikan koper-koper aja, kok, Pa. Selebihnya udah beres."

Reynald sudah ditanya lebih dulu. Lelaki itu bahkan sudah berpamitan ke kamarnya untuk mengambil beberapa miniatur favorit yang akan dibawa ke Singapura besok lusa. Sebelum mendaftar kuliah di Singapura—yang baru akan buka satu setengah bulan lagi—dan memantapkan tinggal di sana, Tama menyuruh mereka untuk berlibur sebentar ke negara Singa itu beberapa waktu sambil memantau perusahaan. Sekaligus menunggu jadwal wisuda bulan depan.

***

Reynald terbangun tengah malam. Dia melirik Liliana yang tidur menghadapnya, memeluk lengan kirinya erat, lalu melepasnya pelan-pelan. Turun dari ranjang, matanya terpaku pada pigura di nakas, pada potret Buana yang tersenyum lemah memeluk sosok dirinya dan Raymond waktu masih bayi. Di samping pigura itu ada dua pigura lainnya, berisi foto dirinya dan Liliana saat berada di pelaminan dan juga foto Buana sendirian. Tangan Reynald terulur dan mengusap foto Buana dengan mata yang mulai berair.

THE ORDINARY LOVE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang