BAB DUA PULUH

1K 122 0
                                    

Bolehlah tekan bintang dulu. Hehe...

***

PERSIAPAN PESTA PERTUNANGAN kembar Pratama sudah rampung sekitar sembilan puluh lima persen. Mulai dari gedung dan dekorasinya hingga rangkaian prasmanan dan daftar tamu. Hanya tersisa proses menyebar undangan saja. Semuanya diurus oleh ketiga pihak keluarga secara bersamaan. Khusus untuk urusan pakaian, mereka memercayakan Veronika yang sudah ahlinya dalam hal tersebut. Terlebih untuk Vanessa, putrinya yang selalu dia banggakan, harus terlihat sangat memesona dalam hal apa pun.

Media belum mengendus kapan tepatnya hari pertunangan yang sebenarnya akan berlangsung dua hari lagi itu. Tama meminta mereka merahasiakannya dari wartawan mana pun sampai undangan benar-benar disebar. Bahkan bagi wartawan-wartawan yang berada di bawah naungan manajemennya sekalipun. Pertunangan termasuk acara sakral bagi mereka. Orang-orang di luar lingkungan keluarga besar hanya boleh tahu setelah undangan disebar.

Kedua pasangan yang akan berpesta dua hari lagi itu baru saja selesai mencobakan baju yang akan dikenakan nanti. Berbeda dengan Reynald dan Liliana terang-terangan antusias dan terkesan begitu tertarik dengan baju yang telah disiapkan, Raymond dan Vanessa justru berdiri canggung dan hanya melempar pandang seolah saling kode. Beberapa kata yang keluar hanya perihal kecocokan baju dan ukuran lainnya. Terlihat jelas ada rasa tidak nyaman di hati Vanessa saat Liliana dan Reynald ikut mengamatinya saat mencobakan baju untuk pesta lusa. Meski begitu, dia tetap bisa melihat ada raut puas di wajah Raymond walau tanpa kata.

Veronika menahan Raymond dan Vanessa saat mereka akan pulang. Melihat situasi yang tidak memungkinkan untuk ikut tinggal, Reynald dan Liliana pun berpamitan. Pasangan itu mengikuti Veronika menuju ruang kerja pribadinya. Asisten Veronika meletakkan tiga botol minuman segar yang baru saja diambil di kulkas, lalu berpamitan untuk berjaga di depan dengan pekerja lainnya.

"Dari tadi Mama perhatiin kalian diam-diaman. Ada masalah?"

Vanessa melirik Raymond yang balas meliriknya dengan alis terangkat. "Enggak ada masalah, kok, Ma."

"Terus?" tanya Veronika lagi, dengan tatapan menyelidik. "Kalian sudah mau tunangan, lho. Nggak main-main lagi. Nggak sampai dua bulan bakal menikah."

Senggolan di kakinya membuat Raymond kembali melirik Vanessa dengan alis terangkat. Menghela napas, dia pun menatap Veronika dan berkata, "Nggak ada masalah, kok, Ma. Cuma agak canggung aja. Soalnya ada Rey sama Lili. Vanes semalam sempat bilang maunya berdua aja pas cobain baju, tapi Rey sama Lili maksa barengan." Sudah sejak semingguan ini Raymond diminta Veronika dan Mario untuk memanggil mereka dengan sebutan 'Mama' dan 'Papa'.

"Yakin?" Veronika masih memberikan tatapan menyelidik.

"Iya, Ma," jawab anak perempuannya. "Vanes maunya nggak ada Mas Rey sama Kak Lili. Tapi, nggak mungkin juga bilang langsung. Apalagi kata Mas Ray udah janjian sebelumnya." Dia melirik Raymond sekilas, lalu melanjutkan, "Seriusan, nggak ada masalah apa-apa, kok."

Veronika mengangguk. "Oke. Terus bajunya gimana?"

"Udah oke, Ma. Vanes suka—"

"Bagian dadanya bisa dinaikin dikit nggak, Ma? Terlalu ke bawah," potong Raymond. "Maksudnya, iya, bajunya bagus banget. Cocok sama Vanes. Tapi, belahan dadanya ... agak kelihatan."

Vanessa mengerut samar. "Nggak ada kelihatan, kok. Udah pas. Kata Mama emang gitu model gaunnya, Mas. Sama kayak punya Kak Lili tadi."

"Punya Lili emang udah pas juga, tapi nggak kelihatan belahan dadanya. Sedangkan punya kamu agak kelihatan." Raymond menjelaskan dengan sabar. Mana mungkin dia rela tubuh seksi kekasihnya menjadi tontonan orang-orang. Bahkan saat memosting foto mereka di sosial media saja dia harus memilih yang benar-benar menutupi keindahan tubuh itu. Setidaknya hanya akan terbuka untuk dirinya.

THE ORDINARY LOVE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang