BAB TUJUH BELAS

1K 110 0
                                    

***ANGELICA TERMENUNG di kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

ANGELICA TERMENUNG di kamar. Meski hanya samar-samar, dia tetap bisa mendengar pertengkaran di bawah tadi. Raymond yang paling dia kagumi dibandingkan Reynald, nyatanya mampu berbuat sebejat itu pada Vanessa, adiknya. Saudara tiri yang selalu dibanggakannya karena mampu menjaga dirinya, sebab dia tahu betapa mesumnya Reynald jika sudah bersama Liliana, kini terbukti jauh lebih mesum daripada itu. Sosok yang dia inginkan pada calon kekasihnya dengan kemiripan sifat dan sikapnya nanti. Namun, semua itu seketika buyar.

Tiga jam sudah berlalu, Raymond sendiri masih berdiam di kamar dengan badan yang sakit-sakit. Usai dibantu naik ke kamar, Reynald langsung pergi meninggalkannya. Tadi kembarannya itu beralasan akan mengantarkan Liliana ke kampus, namun sampai sekarang masih belum kembali. Dalam benaknya, dia sudah tahu betapa besar rasa kecewa keluarganya. Dia sudah memantapkan diri sebelum memberikan pengakuan tersebut. Namun, tetap saja penerimaan dan perlakuan yang dia takutkan itu terjadi. Dia bingung ingin bercerita kepada siapa lagi setelah ini—untuk mengurangi beban yang dipikulnya karena rasa bersalah.

Seminggu usai perbuataan bejat itu dilakukan, Raymond sangat ingin mengakui pada Vanessa bahwa dia sengaja melakukan itu. Namun, lagi-lagi rasa takut untuk ditinggalkan membuat dia menahannya. Setidaknya sampai perempuan itu nanti meminta untuk dinikahi karena hamil—karena jebakan bejatnya itu. Tapi, lagi-lagi sampai sekarang, setelah tiga minggu berlalu dan tanda-tanda kehamilan perempuan itu belum juga tampak. Dan juga, maksud lain Raymond memberikan pengakuan berselang sehari dari keinginan Reynald disampaikan pada orang tua mereka, dia pun menginginkan hal yang sama. Setidaknya bisa dinikahkan dengan pesta besar sekaligus untuk berdua berpasangan. Namun, sepertinya gambaran itu masih sangat abu-abu melihat reaksi Tama yang sangat emosi bahkan sampai menyuruh Raymond pergi dari hadapannya.

Raymond meringis saat hendak turun dari ranjang. Ada ketukan dan dia harus membukanya karena memang pintu itu dikunci setelah Reynald berpamitan. Gracia berdiri dengan raut yang sudah lebih lunak dari sebelumnya. Perempuan itu membawa nampan berisi makanan. Di belakang Gracia berdiri seorang dokter keluarga yang sudah ditelepon beberapa saat lalu untuk datang memeriksa keadaan si sulung. Menghela napas, sedikit lega, Raymond pun bergeser dan kembali ke ranjang.

"Nggak ada yang fatal, kok. Ini saya resepkan obat pereda nyeri sama salap biar ruam-ruamnya cepat hilang. Bibirnya mungkin nanti bakalan sariawan. Rajin-rajin saja minum air putih sama kumur-kumur dengan cairan yang mengandung antibiotik, ya."

Gracia mengucapkan terima kasih pada dokter Bimo. Lelaki paruh baya itu berpamitan. Usai mengantar ke bawah, Gracia kembali ke kamar Raymond. Putra sulung Pratama itu tengah memicing dengan posisi yang sama saat ditinggalkan usai diperiksa. Menghela napas, dia pun duduk di pinggir ranjang dan mengusap kepala Raymond.

"Papa masih marah banget, ya, Ma?" tanya lelaki itu pelan sekali.

"Siapa yang nggak bakal marah tahu anaknya berbuat bejat, Ray?" Gracia balik bertanya. "Wajar saja Papa marah. Butuh waktu untuk memaafkan. Meski akan sulit sekali untuk melupakan."

THE ORDINARY LOVE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang