MENUJU ENDING!
:)
***
Reynald Pratama : Segampang itu kamu bercerita ke orang lain, Li. Mas kecewa banget sama kamu. Fine, kalau 'menenangkan diri' versi kamu adalah dengan mencari orang baru, Mas bisa terima. Asal kita bisa selesaikan semua dengan baik-baik karena kita memulainya juga dengan baik.
Liliana melempar ponselnya hingga membentur dinding kamar. Sejak pagi dia tidak memegang benda itu hingga tidak tahu bahwa Reynald sudah berkali-kali menghubungi untuk mengabarkan kedatangannya. Lalu, membaca pesan seperti itu, sudah bisa dipastikan bahwa suaminya ada di sana saat dia dan Orion berbicara. Dia tidak menyangkal bahwa sampai detik ini, belum ada keputusan apa pun yang bisa diberikan. Selama tiga minggu ini pula dia merasa lebih bebas meski gosip-gosip masih terus berseliweran. Dia merasa kembali menjadi dirinya yang dulu sebelum menikah.
Namun, dari semua kebebasan itu, tentu saja sekali-kali dia akan teringat pada Reynald dan Renaldi. Hanya saja ingatan itu tidak begitu kuat untuk menariknya kembali. Dia lebih ingin untuk kembali menikmati masa muda seperti yang seharusnya dia lakukan dulu. Meski kerap mendapat sindiran tajam dari Mulya, Liliana tetap bungkam. Dia merasa tidak mengabaikan anak dan suaminya. Dia hanya butuh waktu untuk menikmati kebebasan dan kedua lelaki itu harus paham kondisinya.
Egois, memang. Liliana tidak mengelak saat ada yang mengatakan hal demikian.
Namun, membaca pesan yang masuk, entah mengapa hatinya terombang-ambing. Dia tidak mau berpisah dari Reynald, namun juga tidak mau harus terkekang. Liliana bimbang. Tidak ada tempat untuknya bercerita. Angelica pun kini menjaga jarak karena marah. Hanya Anggara yang tetap setia mendengar meski tidak memberikan respons begitu baik. Hingga di tengah kekalutan dan emosi yang membumbung tinggi, Liliana kembali memungut ponsel—yang layarnya sudah sedikit retak, tapi tetap bisa berfungsi, lalu mengetik sebuah pesan singkat dengan air mata yang mengalir deras.
***
"Rey sama Lili sepakat untuk bercerai."
Tama menoleh secepat pernyataan itu terdengar dari putranya. Ruang keluarga yang semua ribut mendadak hening. Angelica mematikan suara robot milik Raufa, lalu menggesernya ke lantai. Kedua mata perempuan itu berkaca-kaca melihat kerapuhan Reynald.
"Dibawa istirahat dulu, ya, Mas. Baru juga datang dari Singapura siang tadi, pasti masih capek." Gracia mengusap bahu Reynald, menyalurkan kekuatan lewat sentuhan hangatnya.
"Lili yang mau." Reynald kembali bersuara, lirih dan sedikit bergetar. "Apa yang bisa Rey pertahanin kalau Lili sendiri nggak mau bertahan, Ma? Lili bahkan nggak peduli sama anak kami. Kalau dia cuma mau menenangkan diri, apa tiga minggu masih belum cukup? Apa dia nggak ingat udah punya anak? Punya suami? Kenapa malah curhat ke cowok lain. Rey udah sabar tiga minggu ini, Ma."
"Rey..."
"Tadi siang Rey langsung ke sana," potong Reynald, tidak membiarkan Tama ikut menenangkannya. "Lili menolak semua panggilan Rey, tapi menerima cowok itu datang ke rumah dan bercerita banyak tentang kami. Apa masalah pernikahan segampang itu buat diceritain ke orang lain, Pa? Rey udah diam, menolak ikut komentar saat gosip makin memanas. Rey pikir, barangkali Lili nggak mau ambil pusing sama gosip karena itu nggak benar; bahwa Lili dalam waktu dekat pasti balik ke kami, tapi nyatanya nggak, Pa." Reynald menyodorkan ponselnya, menampilkan pesan yang dikirimkan Liliana padanya sore tadi.
Liliana Sari Dewo: Maaf, Mas. Aku merasa lebih bahagia tiga minggu belakangan. Aku lebih bebas. Bisa melakukan apa pun yang aku mau. Aku merasa lebih hidup. Nggak mesti ngurusin urusan keluarga, anak, dan suami. Memang seharusnya aku sebebas ini di usia sekarang, kan? Kita bisa mulai urus semuanya besok, Mas.
![](https://img.wattpad.com/cover/268229048-288-k645844.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ORDINARY LOVE (✓)
RomancePRATAMA #2 Baca Lost Inside Your Love dulu biar paham. :) Raymond dan Reynald Pratama adalah 'si kembar konglomerat' yang menjadi idola para remaja semenjak muncul di televisi juga majalah remaja beberapa tahun lalu. Sifat keduanya jauh berbeda; Ra...