BAB XI

413 59 0
                                    

HOLA!
ANGEL BALIK, NIH!

BTW, JANGAN LUPA BACA HEARTLESS JUGA, YA! :)

***

Ketukan di pintu kamar membuat tidur Angelica terganggu. Dia baru bisa tidur lelap menjelang pukul sebelas malam tadi usai diantar ke kediaman Hadiwijaya. Demi kenyamanan dari kerubungan wartawan dan merelakskan pikiran dari gosip-gosip lain yang bermunculan, Gracia menyarankan agar putrinya itu menginap di kediaman Mario untuk beberapa waktu ke depan. Selain itu, berada di sana juga tipis kemungkinan akan diincar wartawan.

Angelica menutup mulut karena menguap, lalu turun dari ranjang menuju pintu. Mario—yang sudah rapi dengan pakaian kantor—mengulas senyum melihat putri sulungnya itu masih mengantuk. "Mau sarapan bareng, Kak?" tawarnya, sambil mengusap kepala Angelica lembut.

"Belum lapar, Pa. Angel sarapannya nanti aja nggak apa-apa, kan?" Salah satu kebiasaan saat sedang periode bulanan Angelica adalah sarapan menjelang siang; brunch. Tidak bangun subuh dan bisa kebablasan tidur sampai pukul sembilanan.

"Oke. Kalau gitu Papa sama yang lain sarapan dulu, ya. Nanti Kakak bisa ambil sarapan di kulkas. Papa mau langsung berangkat sama Tante Vero habis ini. Ngantarin Vian dulu ke sekolah." Mario kembali mengusap kepala Angelica sebelum berbalik.

"Ehm, Pa, nanti pacar Angel mau datang ke sini boleh, ya?"

Mata Mario menyipit tajam mendengarnya. "Ngapain pacarnya ke sini?"

"Ada urusan penting. Soalnya belum bisa ketemuan di luar." Angelica menggaruk belakang lehernya dengan kikuk. "Nggak bakalan macam-macam, kok. Mas Pram cowok baik. Sahabatnya Mas Ray sama Mas Rey. Mama udah kenal juga. Kalau Papa mau, nanti bisa kenalan juga."

Mario mengangguk pelan. "Ya, sudah. Jangan lama-lama ketemuannya, ya. Papa sama Tante Vero pulang agak sore. Vian pulang sekolah langsung ke butik Mamanya. Kakak nggak apa-apa sendirian di rumah, kan?"

Mario ke bawah setelah mendengar dehaman Angelica. Perempuan itu menutup pintu kamarnya dan kembali ke atas ranjang. Rasa kantuknya meluap begitu teringat janji temu dengan Pramudya pukul sembilan nanti—masih ada dua jam lagi. Dia mengecek WhatsApp dan menemukan beberapa pesan dari Liliana dan Raymond.

Liliana D Pratama

Hari Ini

Jangan lupa doa sebelum ketemu Mas Pram. Siapa tahu nanti khilaf ehem-ehem.

Wajah kuning langsat Angelica sontak merona membacanya. Dia membalas pesan itu dengan rutukan dan makian. Cerita-cerita lama Liliana perihal dunia pacaran kembali terngiang di kepalanya. Membuat otaknya berkelana ke mana-mana. Bukan sekali-dua kali pula dia ikut membayangkan melakukan aktivitas berciuman atau bahkan make out seperti yang dilakukan sahabatnya dengan Reynald, namun Pramudya tidak pernah melayangkan kode akan berbuat demikian. Agaknya, Pramudya sangat lurus dan berbeda dengan kedua saudara tirinya. Menghela pelan, dia pun beralih pada pesan selanjutnya.

Raymond Pratama

Hari Ini

Mau dibeliin apa? Mas pulang besok lusa. Dipercepat karena Vanessa kangen banget sama Mamanya.

Setelah membalas dengan beberapa permintaan, Angelica pun meletakkan kembali ponselnya ke atas nakas. Dia bergegas mandi dan bersiap-siap menyambut Pramudya dengan berdandan secantik.

***

Usai mengantar Prisilia pulang ke rumah, Pramudya pun bertolak ke kediaman Hadiwijaya yang sudah dituliskan Angelica dalam pesan semalam. Sebelumnya dia sudah memberi tahu perempuan itu bahwa dirinya sudah dalam perjalanan. Berhubung Prisilia masih dalam masa libur—izin—sekolah untuk pemulihan psikologis, dia pun merasa sedikit tidak tenang jika harus meninggalkan adik perempuannya itu sendirian. Namun, setelah tahu cerita sebenarnya dari Johan mengenai kisruh dalam keluarga mereka, Pramudya pun paham dan mulai menaruh kembali rasa percayanya pada lelaki itu.

THE ORDINARY LOVE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang