BAB XIV

429 63 0
                                    

Halo, makasi udah membaca sampai sejauh ini!

:)

***

Pramudya mengabaikan tatapan para mahasiswa yang kentara sekali penasaran akan dirinya—atau mungkin statusnya yang merupakan kekasih dari seorang idola remaja. Belum selesai permasalahan para artis yang terus saja membawa-bawa nama Angelica, kini ditambah pula dengan pemberitaan mereka yang digadang-gadang menjadi couple kekinian.

"Mahasiswa viral udah datang, nih. Gila. Beruntung banget bisa jadi pacarnya seorang Angelica Pratama." Edo berdecak kagum sambil mengintip profil Angelica di sosial media. "Udah cantik banget, sopan, baik, nggak sombong lagi."

Pramudya hanya melirik tidak acuh. Memilih untuk fokus pada paper yang akan mereka presentasikan sebentar lagi.

"Sejak kapan lo pacaran sama Angelica ini, Pram?" Gara ikut menimbrung dari kursi belakang yang memang lumayan rapat posisinya. "Eh, tapi, kalau gue intip dari sosmed lo, kayaknya udah setahunan, ya. Ini, lo mulai posting foto cewek—yang harusnya kita ngeh dia ini Angelica, ya—sekitar delapan bulan lalu. Gila. Hebat lo, Pram, bisa sembunyiin cewek lo dari orang-orang."

"Mana ada gue sembunyiin anak orang, Bang. Dilaporin ke polisi yang ada." Meski dengan nada datar, maksud ucapan Pramudya tentu saja bercanda. Namun, tidak ada yang menangkap hal itu sebagai candaan.

Krik. Krik.

His bad.

Donita mendengkus melirik kedua lelaki yang terlalu penasaran akan hubungan Pramudya dan Angelica. "Udahlah, Do, Ra, nggak usah bahas masalah pribadinya Pram."

Pukul sepuluh kurang seperempat kelas pun berakhir. Pramudya mengecek ponsel dan mendapati dua pesan dari Angelica.

Angelica CP

Hari Ini

Nanti jadi jemput aku, Mas? Aku keluar pukul 10. 

Otw. Mungkin agak telat.

Singkat. Padat. Jelas. Seperti biasa.

Usai berpamitan dengan anak kelas, Pramudya langsung menuju parkiran dan memacu mobilnya menuju kampus Angelica. Di tengah perjalanan, dia sempatkan berhenti di depan stand minuman kesukaan kekasihnya itu dan memesan dua varian rasa berbeda. Setidaknya yang satu ini sudah dia lakukan sejak pertama kali berpacaran tanpa harus diberi kode terlebih dahulu.

Begitu sampai di kampus Angelica, mereka langsung bertolak ke lokasi pemotretan. Asisten Angelica sudah menunggu beserta kru untuk pengambilan gambar sebuah brand yang mana dialah ambassador-nya. Jadwal yang lumayan padat dan membuat Pramudya mengkhawatirkan kesehatan kekasihnya.

Pramudya mengamati kekasihnya yang tengah berpose di depan kamera. Sudah hampir jam makan siang dan kamera masih terus membidik sang kekasih. Tanpa disadari, ada tarikan di sudut bibir lelaki itu melihat betapa menawannya seorang Angelica. Benar-benar seperti malaikat. Dia keluarkan ponsel dan ikut membidik beberapa kali tanpa sepengetahuan siapa pun.

"Oke. Cukup. Kita lihat dulu hasilnya," ucap fotografer yang sejak tadi ikut bergerak aktif di berbagai posisi mengikuti gerakan sang model.

Angelica menerima kipas mini portable dari asistennya, lalu mengikuti fotografer menuju meja—tempat laptop yang sudah terhubung dengan kamera tadi—untuk melihat hasil foto-foto barusan. Dia selalu bangga akan kemampuannya. Meski beberapa kali pernah merasa tidak percaya diri, menurutnya itu adalah manusiawi. Semua orang pasti pernah begitu.

THE ORDINARY LOVE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang