BAB EMPAT

1.6K 129 4
                                    

Selamat membaca!

***

TEPUKAN DI BAHU membuyarkan lamunan Angelica. Di sampingnya, Liliana mengerutkan kening dengan tatapan bertanya. Jarang-jarang dia mendapati sahabatnya seperti orang linglung. Sementara yang ditatap, mengedikkan bahu dan kembali fokus pada layar televisi di depan mereka.

"Kenapa, sih, An?" Liliana tidak nyaman melihat sahabatnya tidak seperti biasanya.

Angelica menggeleng. "Nggak kenapa-kenapa, kok."

"Please, deh, An. Sama aku masa rahasia-rahasian segala? Nanti aku kasih tahu Mas Rey, lho...," ancam Liliana dengan gelagat sangat meyakinkan.

PTS sudah berakhir kemarin. Saat ini sekolah tengah mengadakan class meeting dan tidak terlalu wajib untuk hadir. Karena itulah, Angelica dan Liliana memilih untuk menghabiskan waktu di rumah saja sampai waktu pengambilan rapor tiba. Dan sekarang, keduanya tengah berada di kamar besar Liliana karena keduanya sudah berencana siang ini pergi ke mal.

"Angelica...."

Perempuan muda itu mendesah pelan, lalu menatap Liliana yang masih penasaran. "Aku cantik nggak, sih, Li?"

"Siapa yang berani-beraninya bilang kamu nggak cantik?" Mendengar pertanyaan itu tentu saja membuat Liliana heran sekaligus geram. "Buta kali, ya, mata orang yang berani bilang kamu nggak cantik."

"Atau, aku terlalu manja?" lanjut Angelica, mengabaikan respons berlebihan Liliana.

"Hm, biasa aja, sih. Kalau anak tunggal atau anak perempuan satu-satu kayak gitu kan normal-normal aja, An. Emang kenapa, sih? Siapa orang asing yang beraninya bilangin kamu anak manja?"

Angelica menggeleng. Kembali mengingat pasangannya saat pemotretan kemarin. Seorang model yang sudah jauh terkenal dan lebih dulu terjun ke dunia hiburan daripada dirinya. Dia tidak akan memungkiri bahwa itulah pertama kalinya dia merasa tertarik pada seorang lelaki asing yang baru bertemu. Namun, lelaki bernama Nauval itu langsung menjauh setelah sesi pemotretan selesai. Bahkan lelaki itu terang-terangan menampilkan rasa tidak suka dan bahkan langsung berujar, "Kalau bisa sendiri, kenapa harus meminta tolong? Jangan terlalu manja!" padanya. Padahal saat itu Angelica hanya meminta bantuan asistennya dengan sopan untuk mengambilkan minuman dingin karena minuman sebelumnya sudah tidak terlalu dingin. Harusnya saat itu Angelica marah, tapi dia hanya terdiam mengamati Nauval merapikan pakaiannya dan menghilang di balik ruang istirahat.

"An! Astaga, kayaknya emang ada yang kamu sembunyiin, nih!"

Angelica menghela napas, lalu telentang menatap langit-langit kamar. "Kayaknya aku jatuh cinta, deh, Li," tuturnya, pelan sekali.

"DEMI APA?!" Liliana memekik, langsung menarik lengan Angelica agar kembali duduk tegap. "Siapa cowok itu, An?"

"Nanti kamu ketawa kalau aku ceritain." Angelica menunduk, ragu menceritakan perasaannya yang masih baru untuk seorang Nauval.

"Enggak, ih! Kapan aku ngetawatin perasaan kamu? Sini, cerita dulu. Aku janji nggak bakal kasih tahu Mas Rey dan Mas Ray."

Meski ragu, Angelica pun mengangguk. "Kamu tahu Nauval? Itu, lho, model sekaligus pemain film yang terkenal itu."

Liliana mengerut samar, sebelum berkata, "Nauval Kharisma?"

"Iya."

"Aku kenal banget, tuh!" Liliana berseru girang. "Dulu kami lumayan dekat, sih. Waktu Papi masih jadi donatur tetap di Panti Asuhan Malaika, aku sering main sama Mas Nauval."

"Serius?!"

"Iya." Liliana kemudian menyambar ponsel di atas nakas kanan. "Malahan aku punya nomor ponselnya. Dulu dia sering, sih, kirim pesan gitu. Tapi, sejak aku udah pacaran sama Mas Rey, mungkin dia segan, jadi udah jarang aja komunikasi. Cuma dia masih sering nge-like postingan instagramku, kok."

THE ORDINARY LOVE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang