Gila....
Aku pikir bakalan gabisa pegang laptop, ternyata nggak sepadat itu juga jadwal untuk hari ini. Hehe... Bisalah untuk revisi sama update.InsyaAllah 2 bab lagi tamat.
Selamat membaca!
***
Liliana takut. Selama hidupnya, baru kali Mulya marah besar bahkan sampai tidak mau berbicara dengannya. Perempuan itu mengaku salah karena terbawa suasana berjauhan dari Reynald untuk melupakan permasalahan mereka. Bertemu dengan Orion pun baru dua kali dalam dua minggu belakangan. Niatnya hanya untuk melepas jenuh dengan cara keluar jalan-jalan dan makan bersama. Namun, siapa mengira ada penggemar Reynald yang menjatuhkan 'bom waktu' untuk masalah yang sudah mereka sembunyikan dari orang luar.
Memang betul baik dirinya maupun Reynald belum ada yang buka suara. Namun, sialnya saja para pakar telematika dan psikolog dadakan yang katanya ahli membaca raut wajah itu, malah membuat suasana makin gaduh. Gosip-gosip makin bermunculan. Panggilan Reynald yang sudah berkali-kali masuk pun tidak berani dia menjawabnya.
Sebuah pesan masuk, mengalihkan fokus Liliana dari layar televisi yang masih memutas gosip praduga hubungannya dengan Reynald.
Orion Restaluhu : Sori, gue nggak tahu kalau lo emang lagi ada masalah sama Rey.
Liliana tidak membalas. Dia kembali bergelung di kasur. Jejak air mata masih sangat jelas di sarung bantal. Sejak semalaman dia menangis dan terus dirundung penyesalan. Anggara yang biasa membelanya pun memilih ikut bungkam seperti Mulya.
Ketukan di pintu membuat Liliana buru-buru menyeka air mata yang kembali menetes. Dia beranjak dan menatap asisten rumah tangga yang tampak khawatir di depannya.
"Ada Non Angel di bawah, Non Lili," kata perempuan paruh baya itu sedikit ragu. Semua orang pasti sekarang sudah menonton pemberitaan di televisi. "Barusan Bibi minta tunggu di ruang tamu saja dulu, Non."
Liliana mengangguk. "Tolong minta Angel ke atas aja, ya, Bi. Makasih sebelumnya."
Tidak lama berselang, Angelica mengetuk pintu kamar Liliana. Dia masuk seperti biasa seolah tidak tahu menahu persoalan yang sudah terjadi. Seperti yang sudah diamanatkan Reynald dan Tama, tentunya. Dia datang sebagai sahabat, bukan adik dari seorang Reynald.
"Lesu banget. Udah makan, Li?"
Liliana tahu itu hanya pertanyaan basa-basi. Angelica punya maksud lain. Meski begitu, dia tetap mengangguk pelan. "Udah, kok. Kapan balik dari Prancis?"
"Kemarin lusa." Angelica memberikan dua paper bag berisi oleh-oleh yang memang sudah disiapkan sejak semalam. "Mata kamu kayak zombie, deh, Li."
Liliana menyimpan oleh-oleh tersebut di atas meja belajarnya, lalu kembali duduk di ranjang. "Gosip itu nggak benar. Aku nggak ada hubungan apa pun sama Orion," ujarnya tanpa menghiraukan perkataan Angelica sebelumnya. "Kemarin itu cuma kebetulan ketemu lagi di jalan, terus sekalian makan bareng. Emangnya salah cuma makan siang bareng?"
"Aku datang ke sini bukan untuk bahas itu, kok, Li." Angelica mengusap pipi Liliana yang kembali dibahasi air mata. "Aku cuma pengen tahu kabar kamu. Semua chat dan telepon nggak kamu respons. Aku khawatir, tahu nggak?"
"Ujung-ujungnya kamu juga bakal bahas itu, kan?" tanya Liliana, sarkastis. "Aku cuma pengen ada jarak. Bukan bermaksud untuk selingkuh kayak di gosip itu. Aku juga nggak ada niat mau telantarin Re di Singapur. Aku cuma—kamu tahu nggak, sih, An, aku capek. Rasanya jenuh banget. Harusnya ini masih masa-masanya aku bebas. Bukan malah ngurusin suami, anak, rumah tangga. Harusnya aku masih kuliah, travelling sana-sini, hangout sama banyak teman. Bukan terkurung di apartemen buat ngurusin rumah tangga. Aku masih muda."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ORDINARY LOVE (✓)
RomancePRATAMA #2 Baca Lost Inside Your Love dulu biar paham. :) Raymond dan Reynald Pratama adalah 'si kembar konglomerat' yang menjadi idola para remaja semenjak muncul di televisi juga majalah remaja beberapa tahun lalu. Sifat keduanya jauh berbeda; Ra...