Angelica beserta rekan sesama model—dan juga beberapa perwakilan dari agensinya—mengunjungi kediaman Nauval untuk melayat. Dini hari tadi istri dari seorang aktor kenamaan tanah air itu mengembuskan napas terakhirnya di rumah sakit. Komplikasi pasca melahirkan berujung pada penguretan dan pengangkatan rahim, lalu berujung pada infeksi karena kelalaian salah seorang tim medis, jadilah nyawa Raisa melayang. Tepatnya setelah dua minggu menjalani perawatan intensif.
Rumah duka dipenuhi oleh pelayat juga wartawan yang sudah melakukan siaran langsung maupun rekaman saja. Angelica memisahkan diri dari rombongan. Memilih untuk duduk di sebelah kanan rumah yang lumayan sepi. Matanya tertuju pada Nauval yang tengah menggendong Leon di dekat jasad Raisa. Sama-sama tidak memiliki kerabat dan hanya diwakili oleh keluarga di panti asuhan. Betapa sepinya hidup seorang Nauval selama ini. Angelica tidak bisa membayangkan betapa sedihnya hati lelaki itu. Baru saja merasakan kebahagiaan, namun sudah kembali diambil oleh Yang Kuasa.
".... Bisalah didekatin sama anakmu itu, lho, Jeng Nala. Si Lisa, kan, juga suka bantu-bantuin di panti asuhan. Lumayan dekat juga sama almarhumah sebelumnya. Kan, siapa tahu bisa nyantol terus berjodoh."
"Ah, mana maulah anakku, Jeng Nia. Meskipun sudah duda, tetap saja Nauval itu mantan dari sahabatnya."
"Ah, kan, sudah mantan dari sahabatnya. Pisahnya juga bukan bercerai, tapi karena maut. Lagian nggak kasihan Jeng Nala sama Leon yang masih kecil itu? Lisa, kan, senang sama anak-anak, bisa banget jadi ibu sambung, tuh."
Wanita paruh baya yang disapa Nala itu tidak lagi membalas. Dia hanya menggeleng menanggapi celotehan tetangganya. Niat hati melayat, namun malah disuguhi obrolan yang terlalu dini dibicarakan saat seperti ini. Melihat tanggapan itu, mau tidak mau Angelica ikut menghela napas. Begitu banyak ibu-ibu yang ingin anaknya menjadi pengganti dari almarhumah istri Nauval. Bukan bermaksud jahat, tapi dia pun terbesit melakukan hal yang sama. Ingin menggantikan posisi Raisa karena hatinya mengatakan sulit untuk beralih.
Di tengah rumah, Nauval berdiri dari posisinya dan beranjak menuju lantai dua. Putranya yang masih bayi menangis. Entah angin mana yang membawa, Angelica mengikuti langkah lelaki itu setelah mengamati sekitar. Dia memperhatikan ketelatenan Nauval membuai lengannya untuk mendiamkan Leon. Botol susu sudah dihadapkan ke mulut mungil itu, tapi Leon masih juga menangis. Dia ingin membantu menenangkannya, tapi ragu untuk masuk. Tangis Leon pun makin keras, wajah mungil itu merah padam. Nauval menoleh ke pintu saat terdengar ketukan pelan di sana. Melihat Angelica berdiri dengan ragu, dia pun mengabaikannya. Kembali berusaha menenangkan putranya.
"Boleh aku coba gendong?" tanya Angelica pelan. "Aku udah biasa sama anak-anak, kok." Memang benar, sepupu tirinya, Ambun, baru saja melahirkan anak ketiga dan sudah berusia lima bulan. Dia beberapa kali berkunjung dan menggendong anak perempuan itu di tangannya. Dia pun tidak ragu untuk menawarkan bantuan tersebut.
Nauval melirik ragu. Namun, begitu tangis Leon semakin menjadi dan dia makin panik, tangannya pun terulur untuk memberikan Leon pada Angelica. Dengan lembut, Angelica membuai lengannya dan mengusap pipi Leon sambil bibirnya berucap, "Sst ... cup ... cup ... cup." Tangan Angelica kemudian menyentuh bokong Leon dan kembali menatap Nauval.
"Kayaknya Leon harus ganti kain. Mungkin udah basah." Angelica meletakkan Leon di tepi ranjang. Tangannya dengan telaten membuka lilitan juga popok kain yang memang sudah berat. Dia menerima uluran Nauval dan kembali memasangkan popok juga kain lilit baru. "Biasanya harus dicek tiap satu atau dua jam. Harus diganti."
"Terima kasih," kata Nauval. Lelaki itu menghela napas pelan karena Leon akhirnya diam dengan botol susu yang sudah kembali diangsurkan ke mulutnya. "Biasanya pengasuh yang bantuin, tapi lagi cuti sejak kemarin karena pulang kampung ada urusan mendesak."
![](https://img.wattpad.com/cover/268229048-288-k645844.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ORDINARY LOVE (✓)
RomancePRATAMA #2 Baca Lost Inside Your Love dulu biar paham. :) Raymond dan Reynald Pratama adalah 'si kembar konglomerat' yang menjadi idola para remaja semenjak muncul di televisi juga majalah remaja beberapa tahun lalu. Sifat keduanya jauh berbeda; Ra...