17

514 127 39
                                    





Sowon mengerjap dengan lemah, dia menatap gadis manis yang kini tersenyum begitu lebar. Matanya memanas karena melihat apa yang dilakukan olehnya saat ini. Menelan ludahnya dengan susah payah, Sowon menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.

"Ka-kau?"

Sinb tersenyum. "Ya, ini aku ... "

"Bagaimana mungkin?"

Sinb menghembuskan napas pendek, ia lantas merentangkan kedua tangannya dan berputar bahagia di hadapan Sowon.

"Sowon eonie~ Yerin eonie~ Eunha eonie~ Yuju eonie~ Sinb~ Umji~" Sinb bersenandung ria, menghampiri Sowon dan meraih kedua tangan Sowon.

Terkejut, Sowon malah menghempas Sinb dan membuat Sinb berhenti berbahagia.

"Kenapa?"

"Ti-tidak, ini tidak mungkin."

"Kau sudah mengingatku?"

Sowon menggelengkan kepalanya. "Ka-kau ... Bagaimana kau ... Bagaimana bisa kau di sini?"

"Untuk kalian semua, untuk bersama kalian semua."

"Maksudku—"

"Sowon eonie, berhenti membenciku. Jangan membuat dirimu merasa bersalah nantinya, karena itu akan membuatku sakit hati juga."

Tes!

Air mata Sowon menetes begitu saja, membuat Sinb terkejut dan langsung saja mengusapnya. Sinb mencebikan bibirnya sebal, sementara Sowon menggelengkan kepalanya karena masih tidak habis pikir.

"Jangan menangis ... " mohon Sinb.

Sowon menggelengkan kepalanya. "Kumohon ... Kumohon jangan menemuiku lagi. Jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi. Pergilah, pergilah karena aku tidak mengenalmu."

"So-sowon eonie."

"Tidak ... Aku, aku tidak mengenalmu. Aku tidak tahu siapa dirimu, ak-aku, aku tidak tahu siapa dirimu."

Brukh!

Tubuh Sowon ambruk, ia mencengkram kuat-kuat rambutnya guna mereda rasa sakit itu. Seperti mendapat hantaman kuat pada bagian kepala, kini Sowon bersujud guna menetralisir rasa sakitnya.

"Tidak ... Tidak ... Tidak mungkin ... "

"Sowon eonie, bangun ... Eonie ... Aku, aku, a-aku minta maaf. Aku tidak bermaksud menyakitimu, Eonie ... "

"PERGI DARIKU KARENA AKU TIDAK MENGENAL DIRIMU!!!!" sentak Sowon tak terberantakan.

"Eonie maafkan aku ... " sesal Sinb, ia berlutut dan suaranya terdengar gemetar.

Secara perlahan Sowon mengangkat kepalanya, dia menatap Sinb yang tampak memohon penuh penyesalan di hadapannya. Mata gadis itu terpejam, kedua tangannya menyatu memohon ampun.

"Maafkan aku ... Maafkan aku ... Maaf karena aku hadir dan membuatmu sampai seperti ini ... Hukum aku sekarang, hukum aku dan buat aku menyerah, Eonie ... " mohon Sinb, suaranya bergetar khas orang menangis.

"Kau tahu?" tanya Sowon.

Sinb membuka matanya, menatap Sowon dengan tatapan sayu.

"Kepalaku selalu sakit jika kau terus memintaku untuk mengingatnya. Kau tahu? Itu sangat menyiksaku! Dan kau tahu? Aku lebih baik tidak mengingat apapun daripada aku harus merasakan sakitnya!" Sowon bicara dengan suara pelan, namun menekan.

Sinb menggapai tangan Sowon, ia pun mendekat dan memberikan dekapan penuh rasa rindu kepada Sang kakak tertua.

"Eonie ... Maafkan aku, maafkan aku ... Maaf membuatmu seperti ini ... Maafkan aku ... Aku hanya ingin akhir yang bahagia saja."

SHADOW✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang