"Unnie.."
Sowon mendongak dan langsung mengusap tangisnya, menatap sekitarnya dan ternyata ada SinB yang duduk disampingnya.
"SinB-ah" Sowon ingin memeluk SinB tapi kemudian ia mengurungkan niatnya itu karena ia sadar akan sesuatu. SinB yang melihat itu hanya bisa tersenyum pilu.
"Unnie jangan menangis lagi, air mata Unnie itu berharga jadi jangan dibuang-buang begitu" ujar SinB. Sowon sedikit tersenyum mendengarnya, kemudian ia mengangguk dan mengusap wajahnya yang masih sedikit basah.
"Ngomong-ngomong, kenapa Unnie sendirian? Siapa yang menjaga Yuju Unnie didalam?" Tanya SinB. Menelisik sekitar yang tidak ada seorang pun selain Sowon.
"Aku dan Yerin sempat bertengkar, setelah itu dia pergi entah kemana. Eunha sedang keluar sebentar, dia bilang ingin menenangkan hati dan pikirannya di suatu tempat. Kalau yang menjaga Yuju, kau bisa lihat sendiri, didalam sana ada Umji" jawab Sowon yang juga menunjuk ke sebuah kaca tembus pandang yang memperlihatkan Yuju sedang terbaring lemah didalam sana dan Umji yang tertidur sambil memeluk Yuju.
SinB berdiri, melihat kakak dan adiknya yang ada didalam sana. Tanpa sadar bibirnya menyetak sebuah senyuman.
"Umji bisa pegal-pegal nanti waktu bangun" ujar SinB yang melihat bagaimana posisi tidur adiknya, hanya duduk disebuah bangku.
Mata SinB beralih pada Yuju, tatapannya seketika berubah menjadi sendu melihat kepala Yuju yang dililit dengan perban yang cukup tebal serta alat-alat medis lainnya yang ditempelkan pada bagian tubuhnya yang lain.
"Apa kau bisa melihat berapa persentase hidup Yuju?" Celetuk Sowon menatap SinB penuh harap. SinB yang mendengarnya langsung tak bisa berkata-kata. Ia tau kalau dirinya berbeda tapi ia bukan Tuhan yang tau kapan seseorang akan mati. Dan mendengar pertanyaan Sowon, SinB juga tau betapa sedih dan putus asa-nya seorang Kim Sowon yang menyesal tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik-baik untuk menjaga adik-adiknya.
"Kenapa kau diam saja?" Tanya Sowon lagi. Langsung saja SinB berbalik kembali menatap Sowon.
"Dan kenapa Unnie bertanya hal seperti itu padaku? Aku bukan Tuhan Unnie. Unnie terima saja semuanya nanti apapun yang terjadi, meskipun dia menjadi sama sepertiku.." lirih SinB. Dirinya juga tak tau lagi apa yang harus ia lakukan, ia hanya bisa menenangkan semua saudarinya yang terus dilanda kesedihan
Sowon kembali tertunduk, hanya menunduk tak berniat untuk menangis lagi. Sudah banyak tangisan yang ia keluarkan, yang membuatnya semakin rapuh.
"Kau.. juga jangan pergi lagi ya? Unnie sudah tidak kuat, SinB-yaa"
.
.
Yerin akhirnya kembali memijakkan kakinya di rumah sakit tempat Yuju dirawat. Karena ia sempat pulang ke rumah dan mengistirahatkan tubuhnya yang lelah itu di ranjang empuk miliknya.
Yerin berpikir kalau kakaknya pasti tidak akan terurus jika tidak ada yang memerhatikannya. Yerin sebenarnya masih peduli dan menyayangi Sowon, hanya saja kemarin dia terlalu emosi karena adiknya kembali terluka karena Sowon. Tapi dibalik itu semua, Yerin juga takut Sowon akan sakit maka dari itu Yerin memutuskan untuk kembali dan menemui kakaknya itu.
Saat sampai di ruang ICU, mata Yerin langsung menangkap sosok kakaknya yang tertidur dengan posisi duduk di bangku luar ruangan milik Yuju. Tepatnya dihadapan kaca tembus pandang untuk melihat keadaan Yuju didalam sana.
Yerin melangkah menghampiri sang kakak, meletakkan tas berisi makanan yang ia bawa di samping Sowon dan Yerin sendiri berjongkok dihadapan Sowon.
"Unnie.." panggil Yerin sambil mengusap lembut tangan sang kakak yang bersedekap.
![](https://img.wattpad.com/cover/258108418-288-k915325.jpg)