16

522 123 38
                                    

Mata Sowon terus menatap lekat sang adik yang kini sudah terbangun namun matanya masih mengerjap lemah.
Tidak ada pembicaraan diantara keduanya semenjak Yerin tersadar tadi, dan Sowon pun tau kalau adiknya itu mungkin masih marah padanya karena masalah dengan SinB sebelumnya.

"Masih sakit kepalanya?" Tanya Sowon lembut namun tak ada jawaban dari Yerin, ia terus melihat kearah lain tak ingin menatap Sowon.

Sowon menghela nafasnya, ia benar-benar harus bersabar kali ini karena bagaimanapun menurutnya semua ini adalah kesalahannya, ia tak bisa menjaga Yerin dengan baik dan tak bisa menjaga emosinya juga dengan baik.

"Unnie minta maaf.." lirih Sowon dengan penuh permohonan, ia benar-benar tidak bisa kalau Yerin marah seperti ini.

Yerin berdecak, ia lalu menoleh dan menatap Sowon yang menatapnya dengan tatapan sendu.

"Untuk apa kau minta maaf kalau pada akhirnya kau akan mengulanginya lagi. Semua orang tau sikap Kim Sowon bagaimana, gadis cantik yang egois dan emosian" ucap Yerin dan itu mengenai hati Sowon, membuat Sowon semakin tertunduk sedih.

"Kau sebenarnya tidak perlu minta maaf, kau hanya perlu mengubah dirimu menjadi lebih baik lagi. Tidak ada yang marah padamu, terlebih lagi SinB, dia gadis polos dan dia juga tidak pernah marah padamu, dia malah marah pada dirinya sendiri. Kau seharusnya juga tak perlu memarahi SinB, kita semua tidak ada yang tau mana yang benar mana yang salah. Bisa saja SinB benar dan kau salah, tak sama seperti anggapanmu selama ini yang selalu memandang SinB itu yang salah, kau mungkin hanya melihat dari sebelah mata, kau belum melihat sepenuhnya" tutur Yerin lebih jelas lagi dan Sowon lebih bersalah lagi.

"Unnie.. mungkin perlu bertemu dengannya secara personal" ujar Sowon.

.

.

Eunha berjalan memasuki klinik hewan yang tempat bekerja adik bungsunya itu. Tunggu..  adik bungsunya?

"Sore-sore seperti kau belum selesai juga?" Tanya Eunha, tersirat sebuah perhatian didalamnya karena kakak mana yang mau adiknya kelelahan lalu jatuh sakit.
Eunha juga ingat bagaimana Umji sekarat dengan penyakitnya di masa itu.

Umji yang selesai menyuntik seekor anjing pun menoleh pada kelinci yang sudah berada dihadapannya.

"Ah kau Unnie rupanya. Pekerjaan ku ini sebentar lagi selesai kok, tinggal membereskan dan membersihkan klinik ini saja setelah itu aku akan pulang" jawab Umji sembari menaruh anjing tadi di kandangnya, lalu ia cuci tangan dan kembali pada Eunha.

"Unnie tumben sekali kesini, ada apa?" Tanya Umji.

Eunha menggeleng tentunya, ia tak mungkin mengatakan yang sebenarnya kalau ia ingin melihat kabar dan kondisi kesehatan adik bungsunya. Eunha tau kalau jantung baru itu belum benar-benar berfungsi dengan baik bagi Umji karena sesekali memegang dada kirinya dengan raut wajah kesakitan.
Eunha juga yakin kalau naluri dari dalam diri Umji juga mengerti, tak mungkin diri Umji bisa menerima jantung itu dengan baik.

"Unnie hanya ingin melihat dirimu, apakah itu salah?" Tanya Eunha dan Umji langsung menggeleng cepat.

"Tentu tidak Unnie. Emm tapi aneh saja, biasanya yang akan menemuiku di waktu-waktu seperti ini adalah Yuju Unnie, tapi dia menghilang sekarang" ujar Umji, melihat pintu yang tertutup rapat, tak kunjung ada orang yang membukanya.

Eunha mengangguk mengerti, ia memberikan paper bag berisi makanan yang ia bawakan untuk Umji.

"Unnie tau kau belum makan jadi ini Unnie bawakan makanan untukmu, kita makan bersama-sama ya?"

Mata Umji berbinar menatap makanan yang dibawa oleh Eunha, tentu saja Umji mau dan langsung mengangguk karena yang dibawakan Eunha adalah makanan kesukaannya.

SHADOW✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang