Berada dalam dekapan Sinb, Yuju menenangkan dirinya yang sempat berada dalam kegelapan. Mempertanyakan bahwa Umji adalah adiknya, berusaha mengingat hingga akhirnya ia pun jatuh ke dalam gelapnya dunia bawah sadar.
"Sinb yya," panggil Yuju parau.
"Ya?"
"Semua yang kau bicarakan bukan omong kosong? Kau mengatakan semuanya dengan sungguh-sungguh, bukan?"
Sinb mengangguk. "Ya, tentu saja. Aku ... Mengatakan semuanya dengan sungguh-sungguh."
Yuju meraih tangan Sinb yang mendekapnya erat, hal itu membuat Sinb reflek menuruti setiap pergerakan Yuju. Kini telapak tangan itu ditaruh tepat pada kepala Yuju.
"Kalau benar aku salah satu saudarimu, bawa aku ke masa lalu itu. Bawa aku untuk melihat semua yang terjadi."
Sinb memejamkan matanya. "Jika kau bisa melihat masa lalu itu ... Apa kau akan menerima semuanya dengan baik?"
Yuju mengangguk. "Aku berjanji, aku akan menerima apapun itu asalkan aku bisa mengingat sebelum aku tiada."
Bukannya menjawab pertanyaan Yuju, Sinb malah mendekap tubuh itu semakin erat. Mata Yuju memejam hingga menjatuhkan air mata, ia merasakan apa yang namanya ketenangan. Mengusap-usap dada Sinb, ada hal aneh ketika berada dalam dekapan gadis ini.
"Kau sangat dingin," kata Yuju.
"Eonie lebih membutuhkan pelukan ini, jadi biarkan aku menghangatkan Eonie," balas Sinb.
Yuju hendak melepaskan diri, namun Sinb malah semakin kuat memeluknya. Pintu ruangan terbuka, Eunha datang bersama Dr. Park Jisoo. Melepaskan Yuju, membiarkan Yuju beranjak untuk menyapa dokter tersebut.
"Hallo~" sapa Yuju ramah.
Jisoo tersenyum tipis. "Sepertinya kau kedinginan, kau membutuhkan pakaian tebal supaya tidak sakit nantinya."
"Tidak, Sinb memberikan pelukannya yang hangat, jadi aku pikir itu cukup." kata Yuju terus terang.
Jisoo mengangguk-anggukan kepalanya, Eunha menoleh dan dibalas senyuman tipis dari Jisoo.
"Aku datang lagi karena harus memeriksa keadaan Umji," ucap Jisoo, ia pun menghampiri Umji.
Sinb duduk dengan kaki menyinglang, dia melipat kedua tangan di bawah dada dan dagunya sedikit terangkat angkuh. Eunha dan Yuju menoleh, keduanya mengernyit hingga menahan tawa melihat ekspresi Sinb.
"Apa-apaan kau ini, hah?!" tanya Yuju sambil melompat ke sofa memeluk Sinb.
Eunha menoleh ke arah Jisoo, seseorang yang diam-diam melihat kebersamaan itu. Memalingkan pandangannya, Eunha mendongak dan menahan air mata yang bisa jatuh kapan saja.
"Keadaannya lebih stabil dari sebelumnya, dia akan sadar sebentar lagi," kata Jisoo dengan senang hati.
"Terima kasih banyak," ungkap Eunha.
Jisoo menghela napas pendek. "Kalau begitu ... Aku pamit."
Eunha mengangguk.
"Yuju dan ... Sinb. Aku pamit," lanjut Jisoo ramah.
"Sampai jumpa Eonie~" kata Yuju dan Sinb bersamaan.
Sepeninggal Jisoo, Eunha langsung saja menatap dua orang yang tengah asyik bercanda. Dia berbalik, berjalan memasuki kamar mandi untuk menuntaskan sesuatu yang belum usai.
Sinb menyadari kepergian itu, dia yang semula begitu kuat melawan Yuju, malah terdiam sambil menatap pintu kamar mandi.
"Yak! Apa yang kau lihat?! Aku di sini, jangan melihat ke sembarang tempat!" kata Yuju tak suka.
