29

519 121 53
                                    




"Jangan pergi."

"Ini sebuah permintaan terakhir!"

"Jangan melangkah dari sana."

"Ini sebuah permintaan terakhir!"

"AKU BILANG JANGAN PERGI!!!"

Sinb memejamkan matanya, dia pun memberhentikan seluruh niat untuk meninggalkan ruangan ini. Salahkan Sinb, yang secara reflek masuk ke dalam ruangan saat mengetahui Umji telah membuka matanya.

"Kau pikir ... Kau bisa pergi dan datang begitu saja, hm?"

Sinb menunduk, untuk saat ini reaksinya tidak terlalu banyak. Dia hanya menunduk dan membiarkan Umji mengeluarkan segala hal yang menyesakkan dadanya. Eunha? Jangan tanyakan bagaimana dirinya, karena dia sedang diam dan tidak baik-baik saja.

"Aku tahu, aku tahu kau tidak akan pergi begitu saja, iyakan?"

Sinb belum mempunyai niat untuk membalas, sejak tadi ia hanya menjadi pendengar bagi Umji yang terus berbicara.

"Kau terikat oleh semua saudarimu, jadi ... Tidak akan aku buat siapa pun ingat lagi."

"Beristirahatlah, kau membutuhkan waktu untuk istirahat." kata Sinb pada akhirnya, ia pun berbalik siap untuk pergi.

"Jangan meninggalkan ruangan ini!"

Sinb mulai melangkah maju kembali.

"Ini perintah dari adikmu!"

Sinb tidak perduli, dia sungguhan menggapai pintu dan keluar dari ruangan. Begitu menutup pintu dan mengabaikan Umji, Sinb berhadapan dengan seseorang yang teramat sangat ia rindukan. Yaitu Sowon, gadis yang membawa tiang infusan itu kini berdiri di hadapan Sinb.

Seperti biasa, Sowon begitu acuh dengan sorot mata tajamnya yang seolah menyatakan ia tidak suka dengan kehadiran Sinb di sini.

"Sudah selesai kaburnya?" tanya Sowon.

"Kau baik-baik saja, 'kan?" Sinb balas bertanya.

"Ini dia yang aku tidak suka darimu, bukannya menjawab malah mengalihkan," oceh Sowon.

Sinb menatap mata Sowon dalam. "Tolong jangan terlalu menyusahkan, kau sudah cukup tua untuk mengerti keadaan."

"Tua?! Dasar bocah, kau pikir kau siapa, hah? Berani sekali menyebutku tua." Lagi, Sowon mengoceh.

"Sowon eonie ... Jika hari itu tiba, saat kau mengingat segalanya. Aku harap tidak ada masalah lain lagi, aku harap setelah kau mengingat segalanya, kau mau menerima keadaan itu."

Sowon menghampiri Sinb. "Sebenarnya kau ini siapa, sih? Kenapa selalu saja mengatakan hal-hal bodoh itu?"

"Aku ... Kim Sinb! Aku dengan bangga menyatakan kepada dunia, bahwa aku adalah adik dari Kim Sowon."

Sowon mendorong dada Sinb menggunakan telunjuknya. "Dasar pemimpi! Jangan terlalu banyak berhayal, aku tidak akan pernah sudi mengakui dirimu kepada dunia ini."

"Biarkan dunia menghukum semua kesalahan yang aku perbuat, tapi untukmu ... Tolong jangan hukum aku juga." pinta Sinb.

"Apa maksudmu?" Sowon bertanya tak mengerti.

"Jangan benci aku, mari kita berbicara lebih seru lagi dari sebelumnya. Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan, sebelum Tuhan mengambilku untuk selamanya." perjelas Sinb.

"Tu-tuhan?"

"Ya."

Sowon terlihat gelagapan. "Ka-kau? Kau sebenarnya sedang sakit, ya?"

SHADOW✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang