Kini para kakak sedang berada di kamar sang bungsu. Si pemilik kamar sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja, jantung Umji kambuh dan sekarang ia sedang istirahat. Namun yang menjadi permasalahannya adalah, Umji terus mengigau dalam tidurnya yang membuat para kakak khawatir tentunya.
Sowon berbaring disamping Umji, tangannya terus mengusap lembut dada kiri Umji. Sementara para kakak yang lain duduk dipinggir kasur Umji, menatap Umji dengan tatapan khawatir yang pastinya.
"Unnie.." lirih yang dalam mode mengigau itu.
"Kenapa hm? Unnie disini" ujar Yerin. Tangannya menggenggam tangan Umji yang juga sedikit bergerak. Tangan yang lebih mungil dari tangannya itu ia genggam erat dan sesekali ia cium.
"Apa sebaiknya kita tidak bawa Umji ke rumah sakit saja? Aku takut jantungnya semakin terasa sakit baginya" usul Yuju yang juga ada di kamar Umji.
"Umji akan menolaknya dan jika dipaksakan maka yang ditakutkan adalah emosinya juga bisa mempengaruhi jantung Umji nantinya, itu akan lebih bahaya" balas Eunha.
"SinB Unnie.." lirih Umji lagi. Dan seketika para kakak saling berpandangan, pikiran mereka semua sama kecuali Yerin yang bingung akan mempertemukan SinB dengan Umji atau tidak.
"SinB Unnie...hikss, s-sakitt" tangan Umji reflek memegangi dada kirinya yang sedang diusap-usap oleh Sowon.
"Kenapa? Dadamu sakit lagi? Katakan Umji-ah" bisik Sowon ditelinga Umji. Tangannya masih terus mengusap-usap dada kiri adiknya, berharap itu bisa mengurangi rasa sakit yang adiknya itu rasakan.
Umji tak menjawab, tangannya malah makin meremas hingga memukuli dadanya sendiri karena saking sesaknya.
Yerin langsung saja menjauhkan tangan Umji dan menggantinya dengan usapan lembut dari tangannya."Sakit hm? Unnie usap-usap ya biar sakitnya hilang?" Ujar Yerin lembut. Ia juga mengusap-usap dada kiri adiknya itu perlahan.
Sementara itu Eunha mengambil tempat di dekat kepala adiknya, tangannya mengusap-usap lembut kepala Umji dan sesekali mengecupnya.
Betapa beruntungnya si bungsu yang satu itu, mendapat perhatian penuh dari semua kakaknya. Sangat berbeda dengan bungsu yang satunya."Bukankah seperti ini yang SinB inginkan?" Celetuk Yuju tiba-tiba.
Yerin langsung menatap tajam Yuju, sekarang benar-benar bukan waktu yang tepat untuk memulai percakapan itu.
"Jangan memulainya lagi Yuju-yaa" ucap Yerin. Yuju langsung diam, ia hanya melihat apa yang para gadis lainnya lakukan untuk Umji.
.
.
"SinB-ah" panggil Yerin saat ia kembali ke kamarnya karena Umji sudah lebih tenang sekarang.
SinB yang dipanggil pun langsung saja menghampiri Yerin.
"Ada apa Unnie? Dan.. bagaimana keadaan Umji? Dia baik-baik saja kan?" Tanya SinB.
"Iya dia sudah lebih baik sekarang tapi yang jadi permasalahannya sekarang adalah, Umji terus mengigau menyebut namamu berkali-kali. Aku harus bagaimana SinB-ah? Apa iya aku akan mempertemukan kalian berdua? Tapi bagaimana kalau yang lain melihat mu? Dan jika Umji tidak bertemu denganmu maka aku takut dia akan terus seperti itu, aku juga tidak tega melihatnya seperti itu" Yerin menjelaskan semuanya lebih rinci hingga SinB dapat mengerti semua yang ia maksud.
"Eumm bagaimana jika aku akan menemuinya? Tapi dengan syarat dia harus bisa menutupi semua ini dengan rapat-rapat, aku juga tidak mau yang lain mengetahui keberadaan ku disini" ujar SinB menatap Yerin yang tampak mempertimbangkan saran darinya.
