12

526 132 44
                                    

Eunha terbangun dengan rasa pening dikepalanya yang membuatnya sedikit meringis sembari memegangi kepalanya.

Hingga setelah sedikit berkurang rasa peningnya, Eunha mendapati SinB yang tertidur pulas di sofa dengan posisi meringkuk seperti anak kecil. Sebenarnya memang menggemaskan tapi...

"Benarkah demikian SinB-ah?" Gumam Eunha tiba-tiba.

Eunha beranjak mendekati SinB dan sedikit mengguncang tubuh SinB agar SinB terbangun.

"Emmmhhh Unnie?.." ucap SinB yang sudah terbangun, tak seperti biasanya ia mudah dibangunkan seperti ini. Biasanya dulu mereka membutuhkan beberapa alat bantu untuk membangunkan si bandel itu tapi sekarang hanya cukup dengan tepukan di pundak sudah bisa membuat gadis bandel itu terbangun dari tidurnya.

Tunggu sebentar... Dulu?

"Sowon Unnie memanggil mu diluar" ucap Eunha. Nadanya terdengar sedikit dingin kali ini tapi sepertinya SinB belum menggubrisnya.

"Benarkah?" Tanya SinB memastikan dan Eunha mengangguk.

SinB pun langsung beranjak bangun dan berlari keluar untuk menemui Sowon. Tapi setelah ia sampai diluar, tidak ada siapa-siapa disana apalagi Sowon.

Brakkk

SinB berbalik dan mendapati pintu apartemen Eunha yang sudah tertutup rapat.

"Unnie? Unnie kenapa pintunya ditutup? Unnie?"

SinB mencoba memasukkan password yang ia tau tapi gagal berkali-kali.

"Yaa Unnie kenapa?" Gumam SinB yang masih berusaha memasukkan angka-angka yang sekiranya berhubungan dengan Eunha. Mulai dari angka kelahiran Eunha, maupun saudari-saudarinya yang lain hingga angka favorit Eunha yang masih tersimpan dengan baik didalam memori otak SinB.
Namun semua itu tak berhasil sampai pada akhirnya setetes air mata jatuh ke lantai, air mata yang bersumber dari mata cantik SinB.

Gadis bandel itu kini tertunduk dan terisak sendirian, Eunha tak kunjung membuka pintunya lagi. Dan kalaupun SinB ingin pergi kembali ke Sowon, pasti sama saja ada penolakan terhadap SinB.

"Unnie buka pintunya...hiks"

SinB tetap berdiri didepan pintu apartemen Eunha karena ia tak memiliki tempat lagi untuk pulang, sejauh ini hanya Sowon dan Eunha yang menerimanya dengan sangat jadi SinB merasa segan jika harus menumpang pada Yuju maupun Umji.

"SinB harus kemana lagi Unnie?...hiks"

SinB menghapus air matanya, ia mendongak menatap lekat pintu apartemen Eunha.

"A-apa i-itu juga kembali pada Eunha Unnie?..."

.

.

Jam kerjanya sudah berakhir, hari ini berakhir lebih cepat dari biasanya jadi untuk menghindari waktu suntuk nan sendirian di apartemennya maka Umji memilih untuk datang ke cafe milik Yerin.

Tring...

Bunyi menandakan bahwa pintu telah terbuka, Yuju yang sedang mencuci beberapa gelas itu seketika menoleh kearah pintu dan mengembangkan senyumannya saat mengetahui siapa yang datang.

"Sendirian saja, Yerin Unnie kemana?" Tanya Umji sembari mendudukkan dirinya di kursi kasir.

Terdengar helaan nafas panjang dari Yuju yang membuat Umji kembali menatap gadis itu penasaran.

"Kau sendiri kan tau, semenjak Sowon Unnie ingat kalau Yerin adalah adiknya itu Yerin langsung jarang sekali datang ke cafe jadi aku lebih sering mengerjakan semuanya sendirian tanpa Yerin Unnie. Mereka berdua selalu menghabiskan waktu bersama dan kau pun juga tau bagaimana Sowon Unnie memanjakan Yerin Unnie, selalu menjaganya setiap saat sampai-sampai makan pun Yerin Unnie disuapi oleh Sowon Unnie. Dan untuk urusan cafe, Yerin Unnie memang sering kelelahan maka dari itu mungkin saja Sowon Unnie melarangnya untuk datang dan melayani beberapa pelanggan karena ia takut adiknya akan kelelahan" jelas Yuju panjang lebar dan tentunya masuk akal karena itu memang benar.

SHADOW✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang