Setelah berjam-jam Sinb harus menetap bersama Yuju, menemani gadis itu hingga pada akhirnya dia terpejam. Sinb memutuskan untuk keluar dari ruangan, entah mengapa dia perlu untuk menemui yang lainnya.
"Yuju eonie, jika kau membutuhkan sesuatu, sebut saja namaku tiga kali." kata Sinb, ia mengusap punggung tangan Yuju lembut.
"Dan jika aku tidak datang juga ... Kau urus saja dirimu sendiri, hehe. Itu berarti suaramu tidak kedengaran," lanjut Sinb sambil terkikik.
"Tapi jangan khawatir, Eonie. Kau boleh memanggil namaku ketika kau kenapa-napa. Aku ... Akan siap menjadi penjagamu, sebelum waktu itu tiba."
Setelah memastikan Yuju sudah baik-baik saja, Sinb segera beranjak dan berjalan meninggalkan bangsal Yuju. Begitu membuka pintu ruangan, Sinb dikejutkan oleh sebuah pelukan tanpa izin. Tubuh yang tak siap itu dibawa masuk ke dalam ruangan, membuat punggungnya sedikit terkantuk pintu.
"Sinb yya ... "
Sinb terdiam dengan rasa terkejut sendiri, dia tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan gadis ini memeluknya lebih lama lagi. Pelukannya terasa begitu kuat, seolah tak ingin melepaskannya.
"Sinb yya ... " panggilnya sekali lagi.
Di belakang, Yerin dan Eunha masuk ke dalam juga, mereka menutup pintu. Sinb mempertanyakan apa yang sedang terjadi sebenarnya, dan dengan mengerti Eunha memberikan tatapan yang menyatakan bahwa Sowon telah mengingatnya.
Melepaskan pelukan itu dengan perlahan, kini Sowon beralih dengan memegangi kedua bahu Sinb. Dilihatnya Sinb yang begitu ia rindukan, seseorang yang terakhir kali diusir dari rumah dan setelahnya hilang dalam ingatan.
"Kenapa? Kenapa? Kenapa ini terjadi kepadamu?" Sowon mempertanyakan, memeluk Sinb dan menumpahkan rasa sesaknya. "Maaf ... Maafkan aku ... Maafkan Eonie yang terlalu keras selama ini. Maaf karena tidak mempercayaimu begitu saja, maafkan Eonie ... "
Hari paling menyesakkan tengah terjadi, yaitu ketika Sowon yang begitu keras luluh. Dia sempat ingin memaksakan diri untuk masuk ke ruangan dan memeluk Yuju-nya dan Sinb-nya, namun mendengar kabar bahwa Yuju sedang sensitif, dia pun menunggu di depan ruangan saja. Padahal, ini juga menjadi ruangannya.
"Adikku~ Kau yang paling berharga, kau yang paling kuat, kau yang paling tahan terhadap segala hal. Sampai kapan pun ... Sampai kapan pun kau akan menjadi adikku, bahkan jika itu di kehidupan yang akan datang kelak."
"Eonie ... "
Dan barulah Sinb menyadari semua yang sedang terjadi di sini, dia balas memeluk Sowon erat, menumpahkan rasa sesaknya di bahu kakak tertua. Momen haru ini membuat Eunha tak bisa menahan air matanya, sementara Yerin seolah menahan sesuatu yang ada dalam hatinya.
"Kalian terlihat sangat dekat," kata Yerin, ia meraih tubuh Eunha dan memeluknya.
"Kau adalah Eonie-ku, bodoh!"
"Benarkah?" Yerin bertanya tidak percaya, tapi dia tetap memeluk Eunha dengan penuh kasih sayang.
"Cepat buka ingatanmu, cepat kembalikan seluruh ingatanmu, memori dalam otakmu tidak hancur, 'kan?"
Yerin tertawa kecil. "Aku tidak bisa."
"Lepaskan Sinb-ku!"
Pelukan itu terlepas begitu mendengar seseorang berseru dengan suara beratnya. Yaitu Yuju, gadis yang sudah beranjak duduk siap mengambil Sinb dari dekat Sowon.
"Yuju yya!" pekik Sowon, ia melepas Sinb dan siap memeluk Yuju.
"HENTIKAN!" teriak Yuju tak terberantakan.
