"Maafkan Eonie."
"A-apa? Kenapa?"
"Maafkan Eonie karena merepotkanmu. Maafkan Eonie karena membuatmu berada dalam ketidaknyamanan seperti sekarang ini."
"Eonie," panggil Umji lirih.
Bibir Yuju menyungging seulas senyuman tipis, pandangannya sungguh teduh sekarang. Tangan kanan yang kurus itu terangkat, siap meraih wajah Sang adik.
"Umji yya, terima kasih karena bertahan di sini." ujar Yuju, menyapu lembut bibir mungil Umji.
Umji meraih lengan Yuju. "Jangan berbicara begini, jangan membuatku takut, Eonie."
"Tidak apa-apa, Eonie akan baik-baik saja, kok."
Umji menggelengkan kepalanya, ia lantas mengecup punggung tangan Yuju lamat. Kepalanya menunduk, bahunya gemetar, menandakan Umji tengah menangis.
"Jangan menangis~"
"Eonie berhenti seperti ini, jangan membuatku takut~ Eonie aku tidak mau kehilangan lagi~ Eonie, Umji mohon jangan membuat akhir yang menyedihkan untuk kedua kalinya~"
Ketika Umji menangis sesenggukan, ketika itulah tangan Yuju terasa lebih berat dari sebelumnya.
"Eo-eonie," panggil Umji.
Spontan Umji mengangkat kepalanya, dia melihat seseorang yang sedang terlelap begitu nyenyak. Hanya saja, ada yang janggal ketika ia terlelap seperti ini. Yaitu garis lurus yang hadir pada alat pendeteksi jantung, Umji menggelengkan kepalanya, ia menatap garis lurus itu dan kemudian menatap Yuju.
"Eo-eonie ... "
"Tidak ... Tidak ... Jangan ... Jangan bawa Yuju eonie, kumohon!!!"
"JANGAN BAWA DIA!!!"
"JANGAN BAWA YUJU EONIE DARIKU!!!"
"TIDAK!!!"
Darurat, tidak beberapa lama dokter datang bersama suster-susternya. Mereka langsung melakukan tindakkan, menggunakan alat pacu jantung itu sudah berusaha keras, bahkan sampai ke titik paling atas.
"Kenapa berhenti? Kenapa tidak dilanjutkan? Yuju eonie sudah baik-baik saja, 'kan?" Umji yang berlari dari kenyataan.
"Kim Yuju, telah meninggal pada pukul—"
"TIDAK!!!" jerit Umji tak tertahankan, ia spontan jatuh dan duduk berlutut di sana.
Pintu ruangan terbuka lagi, yaitu Sowon, Yerin, Eunha, dan Sinb yang datang. Mereka langsung saja menghampiri keberadaan Yuju, sebelum dokter menutup seluruh tubuhnya.
"Tidak mungkin," ujar Yerin tidak habis pikir.
"Yu-yuju ah," panggil Eunha gemetar.
Sowon melihat ke arah perlatan yang tercabut dari tubuh Yuju. Menoleh, menatap dokter yang hanya bisa berdiri.
"Yuju sedang berpura-pura tidur, ya? Dia sudah membaik dan peralatan itu dicabut karena dia akan pulang, bukan?" tanya Sowon, ia juga ikut berlari dari kenyataan.
"Maaf," sesalnya.
"A-apa? Maaf? Untuk apa kata maaf?" Sowon mengelak, ia segera saja meraih wajah Yuju dan menepuk kedua pipi itu. "Hei, ayo bangun! Adikku, ayo bangun! Jangan bermain-main!"
"Sowon eonie," panggil Yerin serak.
"Yerin ah!!!" Sowon meraih tangan Yerin dengan gemetar. "Ayo bangunkan dia! Ayo buat dia membuka matanya, ayo buat dia kembali lagi!"
