Hmmm, sepertinya coment mulai mengurang😏(눈‸눈)"Terimakasih, terimakasih karena kau juga mengingatnya" Eunha memeluk Umji dengan tangisnya.
Umji juga menangis sama seperti Eunha, ia menangis karena akhirnya kembali ke pelukan Unnie nya sendiri dengan ingatan yang sudah benar-benar pulih. Tapi juga ada sesuatu yang membuatnya semakin menangis, sampai detik ini SinB belum juga menunjukkan dirinya ke adik serta para Unnie nya yang lain.
"Eunha Unnie~" lirih Umji. Eunha melepaskan pelukannya menatap wajah Umji yang kini ada dibawah dagunya, tangannya juga mengusap wajah Umji yang basah.
"Kenapa hm?" Tanya Eunha dengan nada lembut.
"Maafkan aku karena tidak bisa mengingat secepatnya saat itu, sampai-sampai kau menderita sendirian menahan semuanya. Maafkan aku Unnie~ hiks" ucap Umji yang sesaat kemudian langsung menangis, Eunha juga kembali memeluknya dan menenangkan adik bungsunya itu.
"Tidak, bukan kau yang salah Umji-ah, semuanya memang takdir termasuk kejadian hari itu. Dan bukan aku yang tersiksa sendirian, tapi SinB. SinB sudah menunggu lama untuk ingatan kita bisa kembali. Kita harus menemui SinB, bagaimanapun caranya"
Umji mengangguk.
"Tapi kesehatan mu masih belum membaik, lebih baik kau istirahat dan biar Unnie yang cari ya?" Ujar Eunha.
Umji langsung menggeleng dan menahan Eunha yang beranjak untuk pergi.
"Tidak Unnie.. aku sudah baik-baik saja jadi biarkan aku ikut" ucap Umji dengan sangat memohon agar Unnie nya itu mengizinkannya untuk ikut bersamanya juga.
Eunha jadi tak tega melihatnya, ia mensejajarkan dirinya dengan adik bungsunya itu dan menangkup wajah imut itu.
"Aku ini Unnie mu, Unnie lebih mengerti bagaimana kesehatan mu sekarang. Jadi tunggu saja disini sebentar ya? Unnie akan segera kembali dan menemani adik kecil Unnie ini lagi" Eunha mencolek gemas hidung Umji dan setelah itu ia segera pergi.
Namun belum sempat Eunha membuka pintu, suara pintu terbuka pun membuat Eunha dan Umji menoleh ke sumber suara.
Cklekk
"Hai semua~" sapa gadis itu dengan raut wajah riangnya.
"SINB?!!!"
"Hehehe" dengan tampang tanpa dosanya SinB begitu mudahnya tertawa seperti itu.
Eunha menghampiri SinB berniat memukuli gadis itu, berani-beraninya sudah membuatnya terpuruk dalam kesedihan sampai beberapa hari.
SinB tetap tertawa nakal, menjadikan pukulan dari Eunha sia-sia."Aku hanya menenangkan diri Unnie, tenang saja. Aku tidak akan pergi sebelum semuanya selesai" ucap SinB. Menangkup wajah Eunha yang me-merah karena Unnie nya itu kembali menangis. SinB memeluk Eunha sampai Eunha sedikit lebih tenang.
"Kenapa kau pergi hah?! Berani-beraninya kau meninggalkan ku, bahkan kami semua yang ada disini!! Kau jahat! Kau jahat Kim SinB!!!" Eunha memukuli SinB beberapa kali, SinB pun memeluknya lebih erat lagi.
"SinB Unnie~" lirih Umji.
SinB mengalihkan pandangannya pada Umji, menatap adiknya yang kini juga menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Umji-ah" balas SinB.
Eunha melepaskan pelukan SinB.
"Temui adikmu itu, dia sudah sama seperti ku. Dia mengingat apa yang terjadi selama ini termasuk SinB Unnie kesayangannya" ucap Eunha.
