35

459 123 77
                                    



"Hallo dunia~"

"Apa kabar? Kudengar dirimu semakin tidak baik-baik saja."

"Hampir seluruh manusia berubah menjadi jahat, ya? Sampai lukamu begitu dalam dan entah bisa diobati atau justru tidak."

Yuju merentangkan kedua tangannya, dia tidak mau ke mana-mana selain datang ke jembatan ini. Menatap aliran air yang begitu menenangkan, ditambah suara sungai menambah kesan sejuk pada dirinya.

"Kau sedang berada dalam masalah, ya?"

"YA TUHAN!!!"

"Eh!!! Awas, hati-hati."

Yuju menepis tangan itu. "Kau siapa?"

Dia tersenyum. "Dokyeom."

"Kau ... Mau bunuh diri di sini?"

"Di waktu yang cerah begini, apa pantas seseorang berakhir?"

"Kenapa kau sok dekat sekali, kau penculik, ya?"

Dokyeom tertawa kecil. "Tidak."

"Minggir, pergi dan jangan dekat-dekat!" usir Yuju.

"Ternyata memang benar, ingatanmu hilang sepenuhnya. Yuju ah, segera pulihkan dirimu."

Yuju menarik tangannya yang hendak diraih oleh Dokyeom, dia tak suka saat orang ini bersikap sok akrab dengan dirinya. Andai Yuju mengingat, bahwa dia pernah kacau akibat kepergian Dokyeom.

"Pergi sana!"

"Kau harus segera mengingatnya, berbahagia kembali dengan saudari-saudarimu," kata Dokyeom, ia menatap lurus ke depan.

Sinb~

Sinb~

Sinb~

Yuju memanggil di dalam hatinya, dia ingat pesan dari Sinb apabila dirinya berada dalam bahaya. Dokyeom menoleh, mengernyit saat melihat Yuju yang menunduk fokus.

"Kau baik-baik saja?"

"Jangan mendekatiku!!!"

"Kau sakit?"

Yuju menatap Dokyeom sinis, kemudian dia melirik ke segala arah menantikan kehadiran Sinb. Matanya memerah, dia merasa sesak saat Sinb tak kunjung datang untuk memberikan bantuan.

"Ka-kau menangis?"

Yuju berbalik dengan kasar, dia menyeka air matanya dan berlari kencang. Dokyeom sudah memanggil Yuju, namun saat ia hendak mengejar, istrinya sudah lebih awal tiba, menghentikan segala niat untuk menjaga sahabat lamanya. Ya, sahabat.

.
.
.

"Yak!! Apa bidadari secantik aku tidak menarik lagi untuk kalian?!"

Sinb duduk dengan santai, mengibas-ibaskan telapak tangannya di depan wajah. Sementara itu, Sowon, Eunha, dan Umji sedang duduk di sofa lainnya.

"Tempatku masih luas, kenapa kalian memilih berhimpitan di sana?" tanya Sinb heran.

Sowon mengatupkan bibirnya, mereka menahan sekuat tenaga untuk tidak berbicara. Entah ada apa dengan mereka bertiga, sampai mengabaikan si manis Sinb yang tengah membutuhkan perhatian.

"Sowon eonie~"

Sowon hanya menoleh.

"Eunha eonie~"

Eunha pun melakukan hal yang sama.

"Umji yya ... "

Dan Umji tak menoleh.

SHADOW✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang