Bukan yang diharapkan

12.5K 1.1K 49
                                    

Setelah sholat Isya Risha langsung keluar rumah bersama sahabatnya karena Arya tidak mau mengajaknya jalan-jalan akhirnya ia mengajak tiga sahabatnya kecuali Gina yang tidak bisa ikut karena ada kesibukan.

Saat ini, mereka berempat ada di sebuah kafe, kafe yang baru saja buka namun ada banyak orang yang memilih nongkrong di kafe itu. Sudah hampir satu jam Risha ada di kafe itu. Menikmati waktu malam bersama sahabat sekaligus melupakan sejenak kesedihannya.

Tiba-tiba matanya tertuju pada seorang pria dan wanita yang berjalan. Risha tahu siapa pria itu.

"Itu kan Mas Arya? Pantes saja gak mau di ajak jalan kalau jalannya sama wanita lain. Tapi, siapa ya wanita itu? Apakah dia alasan Mas Arya tidak bisa menerimaku? Apakah dia alasan Mas Arya tidak menyukai ku? jika benar, itu artinya suatu hari nanti perceraian bisa saja terjadi jika Mas Arya memilihnya. Ya Allah, andai tahu seperti ini akhirnya aku gak mungkin memilih keluar, aku lebih memilih gak tahu dibandingkan tahu bahwa ada wanita lain yang Mas Arya cintai." Risha memejamkan matanya sambil tertunduk. Dadanya terasa sesak seakan tidak ada oksigen di sekitarnya.

"Risha, kamu kenapa?" tanya Radit.

"Ah, gapapa kok, Dit."

"Yakin? gue liat lo jadi aneh, Sha. Apa yang kamu pikirkan?"

"Gak ada. Kita pulang yuk, sudah malam."

"Ayo."

"Kalian duluan aja, gue mau bayarin dulu," ucap Radit

"Makasih, Dit."

"Semoga rezeki lo tambah luas."

"Aamiin."

"Kami duluan ya."

"Iya, hati-hati."

Risha, Riri dan Dinda pergi meninggalkan kafe.

"Oh iya Sha, lo tinggal di rumah baru ya?" tanya Riri

"Iya tapi Mama, Ayah masih tinggal di sana. Mau belajar mandiri."

"Rumah lo besar juga ya?"

"Biasa aja. Nanti kapan-kapan mampir ya."

"Kalau malam ini?"

"Gak boleh, sudah hampir jam sepuluh."

Sesampainya di depan rumah, Risha berpamitan dengan kedua sahabatnya lalu melangkah memasuki rumah. Langkahnya terhenti saat mobil Arya memasuki halaman rumah. Tidak lama kemudian sang pemilik mobil keluar dari mobil.

"Mas tadi sama siapa?" tanya Risha.

"Kamu melihat saya?"

"Iya."

"Baguslah. Kamu melihat wanita tadi?" tanya Arya seakan takut.

"Sayang sekali gak liat. Dia siapa? pacar Mas?"

"Dia sebenarnya wanita yang saya harapkan menjadi istri saya namun, ternyata kamu yang Allah pilihkan."

"Kenapa Mas gak nolak aja waktu orang tua Mas menjodohkan, Mas?"

"Mana bisa saya menolak permintaan Papa. Dan kamu, kenapa kamu malah menerima saya?"

Risha menarik nafasnya dalam-dalam.
"Karena aku sudah lama mengagumi, Mas! Aku sudah lama menyukai Mas. Bahagia, sangat bahagia saat Mas tiba-tiba datang ke rumah dan melamar ku. Namun, setelah apa yang aku harapkan tercapai aku kecewa, Mas. Aku sakit hati ternyata takdir ini begitu menyakitkan untuk aku hadapi. Aku menerima pria yang tidak sama sekali mengharapakan ku dan menganggap ku sebagai istri. Sakit Mas, sakit hati ini. Tapi aku akan berusaha untuk tetap bertahan, tetap kuat, tetap sabar menghadapi semua ini. Aku akan berusaha untuk mendapatkan hati, Mas! Namun, jika nanti Mas memintaku untuk berhenti berjuang aku akan pergi kok pergi untuk selamanya dan aku pastikan Mas tidak akan menemui ku lagi," ucap Risha dengan mata berkaca-kaca. Setelah mengeluarkan unek-uneknya ia pergi meninggalkan Arya yang terdiam karena ucapan Risha.

Risha Dan Misi (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang