Tiga hari sudah Risha menghilang, keluarga merasa kehilangan Risha, mereka sedih dan khawatir dengan keadaan Risha yang sampai sekarang tidak mereka ketahui keberadaannya. Tapi, mereka sudah tahu siapa dalang di balik hilangnya Risha. Arya dan orang tua Risha sudah melihat rekaman cctv dengan siapa Risha pergi, Radit menjadi buronan polisi, mereka sudah melaporkan kehilangan Risha ke kantor polisi.
Gina dan dua sahabatnya tidak menyangka, Radit nekat menculik Risha. Orang yang mereka anggap sahabat melakukan itu pada Risha. Lama tidak bertemu ternyata Radit jauh berbeda dari pria yang mereka kenal.
Arya sangat terpukul dengan keadaan, ia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada Risha. Ia merasa menyesal karena sudah meninggalkan Risha bersama Rina andai saja ia tidak pergi ke kantin mungkin keadaannya tidak seperti sekarang. Begitu juga dengan Rina, ia merasa bersalah di amanahkan untuk menjaga Risha ia malah gagal hanya karena pergi sebentar ke kamar mandi. Rina terus menyalahkan dirinya sendiri meskipun Arya berkata ini bukan salahnya, Arya tidak menyalahkan Rina.
"Arya, apa kata polisi?" tanya Ella yang sedari tadi menunggu mantunya itu datang dari kantor polisi.
"Ternyata Radit menjadi pasien rumah sakit jiwa, Ma tapi kemarin ia nekat kabur dan menemui Risha. Radit mengalami gangguan jiwa, sudah satu bulan lebih dia di rawat di RSJ."
"Astaghfirullah."
"Itu artinya Radit gila, Bang?" tanya Gina
"Iya, dia gila."
"Astaghfirullah ya Allah. Gina gak nyangka, lama gak ketemu ternyata selama ini dia di rawat di rumah sakit."
"Sampai sekarang polisi masih mencari keberadaan Radit. Di rumahnya pun tidak ada, kedua orang tuanya bercerai dan Radit memilih tinggal sendiri tanpa ikut salah satu dari mereka. Kemungkinan karena perceraian orang tuanya ia menjadi seperti itu."
"Ya Allah." Ella terhenyak mendengarnya. Anaknya dalam masalah besar, ia tidak tahu apa yang terjadi pada Risha sekarang.
Gina menghampiri Ella lalu memeluknya. "Kita doakan yang terbaik untuk Risha, Bu. Jangan sampai putus doa kita. Gina juga berharap semoga Risha secepatnya di temukan dengan keadaan sehat. Bang, gih sana mandi setelah itu makan, hari ini Abang gak makan."
"Iya. Arya ke atas dulu, Ma," ucap Arya yang di balas dengan anggukan kecil.
Arya melangkah menuju kamarnya. Seharian ia ada di luar ikut polisi mencari keberadaan Risha.
Sampai di kamar, Arya duduk di sisi kasur, pandangannya tertuju pada foto pernikahan mereka yang ada di atas meja. Ia mengambil foto itu lalu menatapnya dengan perasan sedih.
"Saya rindu, Sha. Kamu di mana? Akankah Allah kembali mempertemukan kita? Masih adakah kesempatan untuk kita tetap bersama." Air mata terjatuh di atas foto itu. "Maafkan saya jika saya belum bisa membuat kamu bahagia, saya harap, Allah kembali mempertemukan kita dan saya bisa membahagiakan kamu."
"Bang, polisi membawa Radit ke sini! Dia ada di bawah."
Arya mendongak menatap Gina. "Beneran?"
"Iya, Bang. Ayo sebelum di bawa ke kantor polisi."
Arya meletakkan foto itu di atas kasur lalu bergegas menuju lantai bawah.
Sampai di bawah Arya menatap tajam kearah Radit dengan perasan marah.
Bugh
"Dimana istri saya brengsek!"
"Bang, sabar Bang!" tegur Gina
"Pak Arya sabar. Cepat katakan, Radit!" ucap Polisi.
"Istri Anda hanyut! Haha ... Aku tidak bisa memilikinya dan Anda juga tidak bisa."
"Argh ... brengsek." Arya kembali meninju wajah Radit.
"Bang Arya! Sabar! Jangan kek gini, Gina tahu Abang marah tapi jangan kek gini. Radit, beritahu kami dimana Risha?" tanya Gina.
"Risha sudah tidak ada! Dia sudah meninggal, Gin! Dia hanyut!"
"Astaghfirullah ya Allah." Ella kembali menangis.
"Inalilahi." Gina tersentak kaget mendengarnya.
"Dan kemana kamu membawa Risha? Kemana kalian pergi?"
"Saya tidak akan menjawab! Pak Polisi cepat bawa saya pergi dari rumah ini!" ucap Radit.
"Pak Ben, bawa dia ke mobil!"
"Siap!" Radit di bawa pergi oleh polisi itu.
"Pak Arya tenang. Kasus ini akan tetap berlanjut, kami akan menanyakan hal itu pada saudara Radit. Nanti kami akan kabarkan jika sudah mendapatkan informasi dimana tempat Radit membawa Risha."
"Iya, Pak. Saya harap dia akan berkata jujur. Hubungi saya segera Pak jika sudah tahu tempatnya."
"Pasti, Pak. Kami permisi dulu."
"Terima kasih, Pak."
Arya memejamkan matanya, merasakan buliran air mata yang mengalir membasahi pipi. Risha istrinya sudah tidak ada, istrinya pergi meninggalkannya selama-lamanya. Kakinya terasa lemas, seakan tidak memiliki tenaga untuk tetap berdiri.
Gina dan Ella menangis sambil berpelukan. Berita itu kabar terburuk yang tidak ingin mereka dengar. Kenyataan pahit yang tidak bisa mereka terima.
Arya menatap sayu ke arah Ella dan Gina. Betapa hancur dan sedihnya perasaannya saat tahu istrinya sudah tidak ada lagi. Kini, Allah benar-benar memisahkan mereka.
"Mama? Arya? Ada apa? Kenapa kalian menangis? Gina ada apa?" tanya Rina menatap bingung kearah mereka.
"Risha, Kak ... kata Radit Risha sudah tidak ada hiks ... Risha hanyut terbawa arus," jawab Gina.
Rina terenyuh mendengar jawaban Gina. "Astaghfirullah ya Allah." Hampir saja Rina terjatuh namun dengan cepat Dimas merengkuh tubuhnya.
"Gak mungkin, gak mungkin Adik pergi hiks ... gak mungkin," ucap Rina terisak di pelukan Dimas.
"Baru saja Radit pergi bersama Polisi, Kak. Dia memberitahukan bahwa Risha hanyut."
Rina tidak mampu berkata-kata lagi. Ia menangis sejadi-jadinya di pelukan Dimas. Ia kembali kehilangan adiknya, dahulu Rini pergi meninggalkannya dan sekarang? Risha adik kesayangannya itu sudah pergi.
"Kenapa seperti ini akhirnya? Hamba tidak siap ditinggal pergi," lirih Arya.
"Kita harus cari jasad Risha, jika memang benar dia hanyut di sungai," ucap Gina.
"Ya, Abang usahakan akan menemukan Risha. Sebaiknya kita jangan beritahu keluarga yang lain sebelum kita menemukan Risha," ucap Arya.
"Mama setuju sebab, Mama tidak percaya, ini terlalu cepat, Mama gak mau kehilangan Risha tapi berita ini sungguh membuat dada Mama terasa sesak."
"Aku harap juga Risha benar-benar tidak pergi. Belum siap kehilangan Risha," ucap Rina terisak pelan.
Arya benci menangis, ia benci dalam situasi ini namun, keadaan lah yang membuatnya menangis, ia tidak bisa menahan air matanya bahkan untuk sekedar pura-pura tegar ia tidak bisa, berita kepergian Risha membuat dadanya terasa sesak.
Gak sabar mau cepat-cepat tamat!
.
.
Jangan lupa vote biar saya rajin up🙃
KAMU SEDANG MEMBACA
Risha Dan Misi (Tamat)
Teen Fiction15+ (romantis+comedy) Sinopsis Risha Syaqila, seorang wanita cantik berumur 21 tahun. Di umurnya yang masih dibilang muda, ia menikah dengan seorang Dosen yang menjadi incaran para mahasiswi, Dosen yang terkenal dengan ketampanan yang dimiliki. Kare...