Risha Hilang!

10K 711 25
                                    

Hari ketiga Risha di rumah sakit. Perlahan keadaannya mulai membaik, besok kemungkinan ia akan diperbolehkan pulang ke rumah. Risha tidak sabar ingin cepat-cepat pulang dan terhindar dari jarum suntik maupun jarum infus. Ia juga merasa bosan tidak ada yang bisa ia lakukan selain rebahan di atas brankar. Dan Arya, pria itu selalu setia menunggu Risha dan menjaganya, bahkan suaminya rela meninggalkan dua pekerjaannya demi menjaga Risha.

"Permisi," ucap Dokter dan suster memasuki kamar Risha.

Risha menghela nafasnya, jika ada suster di belakang Dokter itu artinya ia akan di suntik, hal yang menakutkan baginya meski sudah beberapa kali disuntik.

"Mukanya sudah tegang," ucap Hanum sembari terkekeh melihat ekspresi wajah Risha.

"Gimana gak tegang mau di suntik," ucap Arya melirik Risha.

"Tahan dikit ya, sakitnya cuma sebentar kok," ucap Suster mendekati Risha.

"Sudah makan?"

"Sudah, Dok tapi gak banyak," jawab Arya.

"Kalau gitu gimana mau cepat sembuh? Makan yang banyak agar badan kamu juga gak terasa lemas."

Risha mengangguk paham. Ia ketakutan, beberapa detik lagi obat jarum itu akan masuk ke tubuhnya.

"Aw ... sakit, Sus."

Suster terkekeh, seperti itulah Risha setiap kali disuntik dan tangan Arya yang menjadi korban karena Risha mencengkeram tangan Arya menyalurkan rasa sakit yang ia rasakan.

"Sudah kok, sakitnya cuma sebentar," ucap Suster.

"Terima kasih, Sus," ucap Risha.

"Iya. Kami permisi dulu."

"Iya."

Dua wanita itu melangkah pergi keluar kamar Risha.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

"Kirain sudah gak mau jenguk Sha lagi."

"Awalnya memang gitu tapi kasihan kamu kalau gak di jenguk oleh Kakak tersayang," ucap Rina.

"Kakak gak jenguk juga gapapa."

"Tapi kok ekspresinya kaya lagi marah gitu."

"Enggak," jawab Risha tanpa menatap Rina.

"Sudah makan, Ar?" tanya Rina menatap Arya.

"Belum."

"Ya udah sana makan, biar aku aja yang jagain Risha."

"Iya. Sayang, Mas ke kantin dulu."

"Iya, Mas. Makan yang banyak."

"Iya. Titip Risha ya."

"Iya, Ar," jawab Rina duduk di kursi.

"Sendiri?"

"Mas Dimas kerja."

"Kerja? Kok Bang Dimas kerja sih? Kakak masih ada waktu cuti kan?"

"Iya, tapi jam sepuluh nanti pulang kok ada masalah di kantor aja. Kenapa senyum-senyum? Ah, Kakak punya firasat buruk nih, jangan bertanya!" ucap Rina.

"Tau aja. Jadi, sudah di unboxing belum?" Risha mengedipkan matanya.

"Tuh kan, sudah Kakak duga. Ini nih yang buat Kakak males ke sini pertanyaan kamu buat Kakak kesal."

"Gimana rasanya Kak?"

"Ah, males bicara sama kamu. Kakak mau ke kamar mandi dulu!" Rina beranjak menuju kamar mandi.

Risha Dan Misi (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang