Balas Dendam

8.7K 627 13
                                    

Hai...hai... ada yang rindu?

Tanpa terasa, kini Gina sudah sampai di hari itu, hari yang ia nantikan. Dimana hari itu hari yang sakral baginya karena akan menjadi awal terbangunnya sebuah bahtera rumah tangga yang akan ia bangun bersama suaminya. Hari ini, hari akad pernikahan Gina dan di langsungkan dengan acara pesta pernikahan yang di gelar di halaman rumah. Halaman yang sangat luas itu cukup menampung tamu beribu-ribu orang.

Dekorasi pelaminan yang sangat indah, membuat orang-orang takjub melihatnya. Halaman rumah yang luas itu tertutup oleh tenda-tenda, seperti sebuah ruangan yang tertutup.

Para tamu undangan sudah mulai berdatangan. Beberapa menit lagi acara ijab kabul akan di mulai, mempelai pria sudah siap di depan penghulu, kini mereka sedang menunggu mempelai wanita memasuki ruangan.

"Aku nervous banget uyy..."

"Tenangkan diri kamu, jangan terlalu gugup."

"Ya Allah ya Allah ... seperti ini rasanya mau nikah."

"Gue jadi pengen merasakan," ucap Riri membayangkan bagaimana jika ia menikah nanti.

"Kak, sudah siap? tuh orang-orang sudah nungguin gak sabar mau makan," ucap Alana.

"Hahah ... gak gitu juga kali alasannya," ucap Dinda.

"Itu curahan hatinya, Din. Sebenarnya dia yang gak sabar mau makan," ucap Gina.

"Kakak tau aja. Iya nih, perut Al sudah keroncongan. Buruan turun, biar cepat nikah terus makan! kalau lama Al nih yang gantiin jadi pengantin."

"Mau ini." Gina menggenggam tangannya mengarahkan ke Alana.

"Ampun."

"Sudah siap kok. Ayo, Gin," ucap Risha.

Gina terlihat sangat cantik, baju gaun pengantin berwarna biru langit yang melekat ditubuhnya mempercantik tampilannya. Apalagi baju itu sangat cocok untuk Gina.

Mereka melangkah menuju ke lantai bawah. Acara akan segera di mulai dan Gina sudah tidak sabar.

Kehadiran mereka membuat para undangan riuh. Gina anak kedua Harto Malik itu sangat cantik, begitu juga dengan tiga orang yang mengiringi Gina, Risha, Riri dan Dinda terlihat sangat cantik. Sampai-sampai Arya tidak mengedipkan matanya menatap sang istri.

Gina duduk di samping Gema, Risha, Riri dan Dinda duduk tepat di belakang mereka berdua.

Gema menoleh ke arah Gina, ia kagum dengan kecantikan wanita yang ada di sampingnya.

"Mempelai pria, jaga pandangannya dulu. Sabar ya, sebentar lagi halal setelah itu bebas mau mandangin sepuasnya," ucap Pak penghulu.

Orang-orang terkekeh mendengarnya, tidak dengan Gina, ia merasa malu apalagi Gema menatapnya dengan tatapan yang sangat lekat. Ah, hatinya berdegup kencang.

Sebelum ke acara ijab kabul, mereka mendengarkan sedikit khutbah nikah. Memberikan sedikit nasehat dan bekal untuk mereka ataupun orang-orang yang belum menikah.

"Sudah siap?"

"Bismillah, siap!" jawab Gema.

"Bismillahirrahmanirrahim, Saudara Gema bin Ikmal saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Putri ku Gina Anin Malik binti Harto Malik dengan maskawin seperangkat alat shalat dan emas dua ratus gram tunai!"

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Gina Anin Malik Binti Harto Malik dengan mahar tersebut tunai!" jawab Gema dengan sekali tarikan nafas.

"Bagaimana? Sah?" tanya penghulu.

Risha Dan Misi (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang