Paksu sakit

12.5K 897 33
                                    

Risha baru saja sampai di kantor bersama sahabatnya. Pagi-pagi mereka sudah ada di kantor saat semua orang masih dalam perjalanan dan di rumah mereka terlebih dahulu sampai. Mereka harus mengikuti aturan kantor dan disiplin waktu.

Risha mengerutkan keningnya menatap setangkai mawar merah ada di atas mejanya. Ia langsung mengambilnya dan membaca surat itu.

"Selamat pagi, semoga hari ini lebih baik dari kemaren. A.R?" Risha meletakan surat yang ia baca tadi lalu mencium mawar itu. "Harum, tapi siapa yang mengirimnya? Apakah Mas Arya? Tapi inisialnya AR? Siapa AR?" Risha bertanya-tanya siapa pengirim bunga mawar itu.

Risha langsung duduk di kursinya dan meletakan mawar itu berusaha untuk tidak peduli karena ia yakin bukan Arya yang mengirim bunga itu.

Risha memainkan handphonenya. Melihat informasi-informasi yang ada di Instagram sebagai obat jenuh kala kesepian karena Vina juga belum datang. Hari ini Risha merasa kurang bersemangat karena tidak ada Arya, itu membuat moodnya kurang baik.

'Artis cantik ini menggugat cerai suaminya' Risha mengerutkan keningnya sambil membaca berita itu. Sebuah perceraian? Hal yang kini Risha sangat takuti. Maraknya perceraian sekarang membuatnya takut, sungguh ia tidak ingin itu terjadi meski ia pernah menginginkan perceraian itu namun, sekarang ia akan tetap kuat dan sabar menghadapi masalah-masalah yang nantinya akan menimpa rumah tangganya. Ia juga berharap ia bisa melewati semua itu sehingga tidak berakhir dengan perpisahan. Apalagi jaman sekarang para pelakor semakin merajalela, hadirnya orang ketiga kadang menjadi pemicu hancurnya rumah tangga.

"Kenapa muka lo tegangan gitu?"

"Aku lagi baca berita, artis cerai karena orang ketiga. Hem ... Aku jadi khawatir, sekarang pelakor semakin di depan."

"Tidak akan ada pelakor jika si prianya gak mulai duluan. Tapi gue yakin, suami lo gak bakalan tertarik dengan wanita lain kecuali kamu kurang memperhatikan dia, kurang menyayangi dia. Lo harus jaga sebaik mungkin suami lo kalau gak gue yang ambil eh," ucap Dinda.

"Beneran mau ambil?" tanya Risha.

"Kalau lo izinin."

"Kita baku hantam dulu." Risha melipat lengan bajunya.

"Ampun Nyonya Malik." Dinda memegang tangan Risha. "Gue bercanda kok. Sahabat apa yang menusuk dari belakang."

"Tapi sekarang banyak loh yang seperti itu. Namanya aja sahabat tapi merampas milik sahabatnya sendiri."

"Di tv?"

"Bukan hanya di tv, dunia nyata juga ada. Oleh sebab itu, kita harus pandai-pandai membedakan mana kawan mana lawan jangan sampai salah pilih. Orang yang kita percayai bisa berubah kapan saja jika ada sesuatu yang sudah membutakannya, termasuk cinta."

"Kalau cinta itu mah bisa membutakan banget. Sampai rela melakukan apa saja demi mendapatkan apa yang dia mau."

"Tuh kan. Semoga kita dijauhkan dari manusia yang sifatnya seperti itu."

"Ya semoga saja gak ada yang bermuka dua."

"Siapa yang bermuka dua?" tanya Gina.

"Bukan siapa-siapa. Sepi banget ya?"

"Iya, ini gara-gara si Riri yang mau cepat-cepat datang ke sini. Eh ternyata kita yang kecepatan."

"Riri mana?" tanya Gina.

"Di ruangan, lagi asik vc sama ayang Beb makanya gue tinggalin ke sini. Ruangan gue cukup seram, Beb."

"Serem gimana maksudnya?" tanya Risha.

"Horor, kemarin Ibu-ibu yang ada di ruangan gue cerita hantu. Katanya memang ada penjaganya."

"Hati-hati aja, apalagi kamu lemah bulu."

Risha Dan Misi (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang