Zayn Al Malik

12.5K 747 36
                                    

Satu jam lebih sudah waktu berlalu namun, tidak ada tanda-tanda operasi selesai. Di dalam sana Risha sedang berjuang mempertaruhkan nyawanya demi nyawa yang baru. Ya, begitu besar pengorbanan seorang ibu untuk anaknya, setelah lahir bayi mungil ke dunia, yang sudah pasti mengubah seluruh hidupnya, bertambah tugas dan tanggung jawab seorang wanita. Siang malam hanya menghabiskan waktu untuk menjaga anaknya. Banyak pengorbanan yang ia berikan kepada anaknya, susah-payahnya mengandung seorang anak didalam rahimnya selama 9 bulan hanya semata-mata demi sang buah hati.

Dokter keluar dari ruang operasi. Mereka langsung menghampiri Dokter itu.

"Gimana keadaan istri dan anak saya, Dok?"

"Meskipun Ibu Risha sempat mengalami pendarahan yang cukup parah, Alhamdulillah istri Anda selamat. Dan keadaan bayinya juga Alhamdulillah sehat, bayi Anda laki-laki," ucap Dokter itu sambil tersenyum.

"Alhamdulillah..."

"Terima kasih Dok sudah membantu."

"Iya, Pak. Saya permisi dulu, sebentar lagi Ibu Risha akan di pindahan ke ruang perawatan untuk sementara dia tidak sadar karena efek obat bius dan Putra Anda sedang di bersihkan nanti kami antar ke ruang Ibu Risha."

"Iya, Dok."

"Alhamdulillah, anak Mama selamat Ar, anak kalian juga selamat. Kamu jangan sedih lagi," ucap Ella.

Arya tersenyum sambil mengangguk pelan. Meskipun anaknya baik-baik saja, ia tetap mengkhawatirkan keadaan Risha. Ia tidak bisa menemani istrinya berjuang untuk anak mereka, keadaannya tidak seperti yang Arya inginkan, keadaannya berbalik arah dari yang ia harapkan. Namun, rencana Allah tetap ia terima dengan ikhlas, yang terpenting istri dan anaknya selamat sesuai dengan harapannya.

Risha sudah di pindahkan ke ruang inap. Mereka langsung memasuki ruangan itu. Terlihat Risha masih setia menutup matanya bahkan wanita itu tidak tahu bahwa ia sudah melahirkan.

"Ini anaknya, Pak."

"Adzan kan dia, Ar," ucap Harto mengusap bahu anaknya.

Arya mengendong anaknya untuk pertama kalinya. Wajah tampan anaknya mewarisi wajahnya, ia harap anaknya bisa menjadi lebih baik darinya.

Dengan suara yang gemetaran Arya mengumandangkan azan di telinga sang anak. Rasa sedih dan bahagia menjadi satu, bahagia karena hadirnya bayi laki-laki itu dan sedih karena Risha yang tak juga sadarkan diri.

"Ganteng banget cucu Nenek."

"Mirip Arya kecil kah, Mbak?" tanya Ella.

"Iya, Mbak persis banget. Tapi semoga sifat ayahnya gak nurun ke dia," jawab Linda.

Dua wanita itu tersenyum sambil menatap cucu mereka yang masih ada di tangan Arya.

Arya mendekati Risha. "Sayang, kamu gak mau bangun? Gak mau liat anak kita? Bangun sayang, dia sudah hadir, dia ingin bertemu kamu," lirih Arya menatap sayu kearah Risha. Air mata kembali membasahi pelupuk matanya, dengan cepat Arya menghapus air matanya.

Tiga jam sudah waktu berlalu namun, Risha belum membuka matanya. Arya  selalu setia menemani Risha di dalam bersama Ella dan Linda, sedangkan Harto dan Yuda, mereka kembali ke bekerja setelah hampir satu jam ada di ruangan itu.

Jari telunjuk Risha bergerak, Arya langsung berdiri dan menatap Risha, berharap istrinya sadar.

Mata Risha akhirnya kembali terbuka setelah lima jam lamanya ia tidak sadarkan diri.

"Alhamdulillah kamu bangun."

"Ma-mas?" Risha menatap Arya lalu beralih menatap Mama dan Bundanya. "A-anak kita?" Risha mengusap perutnya yang sudah mengecil, hal itu membuat memori ingatannya kembali.

Risha Dan Misi (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang