E K S T R A |•| P A R T 1

34.3K 2.6K 596
                                    

❇️ H A P P Y ||R E A D I N G ❇️

-

-

-

Gelap, sunyi layaknya tak ada kehidupan didalamnya. Kamar yang didominasi berwarna hitam khas laki-laki. Kamar yang biasanya terang kini menjadi gelap bahkan cahaya matahari tak diizinkan menerobos dalam kamar itu. Kamar yang biasanya diisi suara kini sunyi benar-benar sunyi.

Semua telah berubah, setelah dia pergi

Sosok laki-laki pemilik kamar yang biasanya terlihat dingin semakin dingin. Tatapan mata nya yang biasanya tajam kini kosong. Kantung mata yang menghitam menandakan bahwa dia tidak tidur belakangan ini.

Stef

Yah, laki-laki itu adalah Stef, Stefano Ewald Priatama. Putra sulung keluarga Priatama.

Stef tidur telentang, menatap langit-langit kamar, pikirannya berkenala mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Kejadian yang membuat hatinya merasakan sakit luar biasa, keadaan dirinya kacau tidak seperti dulu sebelum kejadian waktu itu.

Tok tok tok

Bunyi ketukan pintu kamar sudah terbiasa, hampir setiap jam namun dia hiraukan. Tidak memperdulikan keluarganya yang mengkhawatirkan dirinya.

"Stef tolong buka pintunya sayang," teriak mama Tian dari luar, dia cemas dengan keadaan putranya yang terus-terusnya mengurung diri didalam kamar.

Mama Tian memang memiliki kunci cadangan, waktu itu dia membiarkan putra nya untuk mengurung diri setelah pulang dari pemakaman. Tapi jika sampai sekarang putranya tetap tidak mau keluar, dia harus segera bertindak. Ini sudah berlebihan, terlebih lagi dia tidak tau Stef makan atau tidak yang dia tau di kamar Stef memang disediakan kulkas.

Cklek

"Stef." Panggil Tian seraya berjalan menuju kasur Stef setelah menutup pintu kamar.

Menyedihkan sekali!

Kata itu yang berada didalam benak Tian, Tian menatap nanar kearah putranya yang sedang melamun dengan pandangan kosong.

"Nak," panggil Tian lagi sampul menyentuh pundak Stef

"Pergi!" Titah Stef tanpa melihat dengan siapa dia berbicara

Air mata Tian lolos dari pelupuk matanya

"Ini mama sayang." Ucap Tian yang berusaha mencoba menyembunyikan suara tangisnya

"Makan ya sayang, mama suapin. Sudah berapa hari kamu gak makan." Pinta mama Tian berharap Stef mau makan

Stef tidak menolak atau pun menerima dia hanya diam dan melamun

"Stef mau apa supaya makan, coba kasih tau mama sayang."

"Cia,"

"Stef mau Cia, apa mama bisa kabulin permintaan Stef?" Ucapnya sambil menatap Tian. Sakit rasanya ketika netranya ber situbruk dengan wanita paruh baya yang telah melahirkan dan membesarkannya selama ini. Dulu dia selalu berusaha supaya wanita didepannya ini untuk selalu tersenyum tanpa adanya air mata, dia tidak mengizinkan wanita ini menangis. Dan sekarang apa? Dirinya lah yang membuat sosok wanita hebat didepannya menangis.

"..."

"Gak bisa kan?" Jawab Stef remeh ketika melihat keterdiaman mama nya.

"Sampai kapan Stef seperti ini Hem? Stef gak sayang sama mama yang selalu khawatir sama Stef." Ujar Tian menatap anaknya dengan pandangan sendu, Stef langsung memalingkan wajahnya. Cukup dia sakit karena kepergian Cia, tidak ingin melihat mamanya yang menatap dirinya dengan pandangan seperti itu sehingga menambah rasa sakit didalam hatinya.

"...."

"Jangan seperti ini sayang, kamu harus bangkit, gak selamanya kamu harus bersikap seperti itu. Ikhlaskan Cia."

"Ma!" Sentak Stef

"Sampai kapanpun Stef gak akan ikhlas!"

"Tapi sa--" belum selesai mama Tian berbicara tapi Stef memotong pembicaraannya karena dia tau arah bicara mama nya ini

"Cukup ma cukup, Stef gak mau denger apapun!"

"Dengarkan mama Stef, mama gak suka putra mama yang selama ini mama rawat menjadi seperti ini. Kemana perginya Stef yang dingin, kemana perginya Stef yang berwibawa, kemana perginya Stef yang peduli keluarga, kemana Stef yang dulu! Kenapa Stef yang dulu berubah. Mama dan papa tidak pernah mengajarkan putranya untuk menjadi pecundang yang hanya bisa menyakiti dirinya sendiri."

"Mama tanya sekarang, apa dengan kamu bersikap seperti ini bisa membawa Cia pulang? Enggak kan."

"Mama tau kamu sakit tapi bukan hanya kamu saja yang merasakan merasa kehilangan Cia, semua orang yang sayang dengan Cia ikut merasakan apa yang kamu rasakan. Kamu punya mama Stef, bagi kesedihanmu itu kepada mama jangan kamu pendem sendiri."

"Jika kamu terus-terusan seperti ini, mama yakin Cia bakalan kecewa sama kamu. Ayo bangkit, jangan hanya mengurung diri saja, itu semua gak akan ada artinya, percuma!"

TBC

Cukup atau kurang?

Mau berapa ekstra part?

Cia kemana, ada yang bisa tebak?

Mau liat keantusiasan kalian, kalau masih pada nungguin bakalan cepet up

Possessive (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang