Dome tengah duduk di taman Fakultas sendirian, tetkala Prof.Jane memanggilnya.
" Dome, tolong kau kirimkan laporan ini pada Prof.Piya di Fak.Tehnik".
"Fakultas Tehnik, Prof?".
"iya. Bisa kan?".
Pemuda itu berfikir sejenak.
Sebenarnya, ia malas pergi ke Fakultas tersebut. Takut jika ia sampai bertemu Pavel dan kedua sepupunya yang menurutnya menyebalkan.
Tapi,ia tidak mungkin menolak perintah Profesor nya kan?
"Khap. Bisa Prof".
Dengan berat hati, Dome menerima map tersebut. Membereskan barang-barangnya sebelum beranjak.
Namun, ia tak menyadari. Ada satu benda yang terjatuh. Sebotol kecil obat miliknya.
***
Di kantin Fakultas Tehnik。。。
Haaahhh....
Entah sudah berapa kali Pavel menghela nafas. Membuat dua temannya menatap bingung. Sesekali, pemuda berbadan kekar itu menghisap rokok nya dengan enggan."hei, Tampan! Kenapa wajahmu kusut begitu?". Tanya Bank.
"sepertinya dia butuh Omega lagi". Goda Leam.
"auww... Yang semalam masih kurang banyak?". Pavel menatap sebal dua temannya yang baru saja datang. Tapi sudah sibuk menggoda.
" sepertinya kalian mau mati cepat ya?!".
Leam dan Bank tertawa. Menggeleng kecil.
"habisnya... Wajahmu kusut sekali. Seperti sudah setahun tidak bercinta".
"kau benar,Leam. Tidak seperti Tuan Muda Pavel yang biasanya... Hahaha..".
Pemuda yang dimaksud mendengus. Kembali menghisap rokok sekali, sebelum membuangnya.
"hei! Kau mau kemana?".
Bank mencegah Pavel yang hendak pergi.
" FK. Mau ikut?".
"kau tidak bisa pergi sekarang Friend. Bagaimana kalau Prof. Mencarimu? Ingat! Kau ketua acara besok".
" cih!".
Ia kembali duduk. Ya... Besok, Fak.Tekhnik mengadakan kunjungan bersama MABA ke salah satu tempat bencana. Pavel, yang notabene adalah mantan Head Hazer, otomatis harus mengawasi adik tingkatnya.
Terkadang, menjadi seorang pemimpin sangatlah tidak menyanangkan.
" ada apa sih?". Leam bertanya.
Sosok yang ditanya hanya diam. Ia sendiri tidak mengerti, kenapa seharian ini ia selalu marah.
'apa karena aku tak mencium aroma itu?'. Batinnya.
Ya.. Aroma yang seolah sudah menjadi candu untuk Pavel. Aroma mint bercampur manisnya bunga mawar yang selalu membuatnya merasa tenang, tetkala berada di Fakultas Kedokteran.
Tiba-tiba, tubuh Pavel menegang. Ia berdiri. Menengok sekeliling. mencari sesuatu.
"ada apa, Pav?". Tanya Bank. Ikut menoleh. "Siapa yang kau cari?".
Tak ada jawaban. Pavel justru beranjak meninggalkan kantin dengan terburu-buru.
"Pav...!". Leam dan Bank mengikuti.
Mereka berkeliling. Ikut mencari sesuatu yang bahkan tak mereka ketahui apa itu.
" Dia di sini, Leam!". Ucap Pavel. Sambil terus mencari.
" Dia?".
" Siapa?".
Tubuh kekar itu berhenti. Berbalik. Menatap kedua temannya.
" aroma itu! Aroma itu ada di Fakultas Tekhnik". Tegasnya.
Leam dan Bank saling tatap. Tidak mengerti.
"aroma? Aroma apa?".
"kalian masih tidak menciumnya?".
Kedua sosok di depannya menggeleleng.
"TIDAK".
Jawab mereka. Serempak.Mendadak, angin berhembus. Membawa aroma, yang seolah hanya pavel yang bisa menciumnya.
Aroma yang sangat ia sukai, namun kali ini terasa lebih pekat dari biasanya. Hingga ia tak sadar telah menutup hidung. Karena terlalu menyengat.
"kalian masih tidak mencium aroma ini?".
Leam dan Bank kembali menggeleng. Mereka memang Alpha. Tapi bukan Alpha Dominan seperti temannya itu. Yang mempunyai indra dan kemampuan lebih tajam.
'aneh?!'.
Pavel bingung. Ia melihat sekeliling. Kembali mencari.
Hingga tatapannya jatuh pada sosok tak asing. Sosok pemuda yang tengah berdiri di ujung tangga. Sembari membenarkan kemejanya.
"siapa Dia?". Gumamnya. Bertanya.
Leam menoleh. Mengikuti arah pandangan Pavel.
"ohh... Itu P'Dome. Mahasiswa Fakultas kedokteran yang kemarin menjahit lukamu. Kau tidak tau?".
Ia menggeleng kecil.
"tadi, dia mencari ruangan Prof.Piya. Katanya sih mengantar berkas". Jelas Leam.
Pavel masih seeius menatap sosok itu.
Kemarin, ketika di obati, ia tak melihat wajah sang Dokter karena tertutup masker.
'apa mungkin? Tapi bukannya Dia seorang Alpha?'.
Batin Pavel bertanya. Antara penasaran, bingung, juga.... Tertarik.
***
Sementara itu...
Dome berjalan denga tenang, keluar dari Gedung Tekhnik. Sesekali senyum kecilnya terukir. Hingga membuat beberapa pasang mata melihatnya dengan tatapan kagum.
Si calon dokter yang tidak menyadari hal itu, masih saja bersenandung senang menuju mobilnya.
###
^yeeeaaayyyy... Bagaimana? Maaf jika kurang bagus ceritanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Love possesive (END)
RomancePavel tidak pernah tau kalau Dome, si Dokter adalah omega. Ia selalu mengira kalau pria berlesung pipi itu adalah seorang Alpha. Karena perawakannya yang tidak seperti kebanyakan Omega. Lalu, bagaimana jika ia harus terjebak dengan Dome yang sedang...