Part 2

1.2K 117 2
                                    

Tidak ada yang tau saat kedua sosok berbeda usia itu saling bertemu. Hampir setiap malam.

Tidak juga New sang Mommy. Bahkan para penjaga.

Phoom kecil selalu menyelinap dengan kaki kecilnya. Terkekeh saat melihat kedua orang tuanya tertidur pulas.

Ia melangkah menuruni tangga dengan hati-hati.

Membuka pintu perlahan. Sebelum menyelinap keluar.

Sosok nya yang kecil, berbaur dengan rimbunnya tanaman. Bersembunyi sesekali saat para penjaga lewat.

Pikiran mungilnya beranggapan kalau mereka adalah Superman, yang akan menangkapnya.

Dia dan Uncle Kris adalah monster.

Tok.... Tok... Tok...

" Uncle... Kis...".

Kris yang memang sudah menunggu di bawah temaram lampu, tersenyum saat melihat sosok itu. Ia segera membuka jendela berukuran 60×50 cm.

Mengeluarkan kursi kecil penyangga pot bunga. Membiarkan ponakannya naik. Sebelum menariknya kedalam, melewati lobang jendela.

Sesekali kegiatan mereka terhenti saat terdengar derap penjaga.

Kris mengikatkan tali pengikat kursi pada kaki meja. Agar dapat menariknya kembali nanti.

" Mommy sudah tidur?".

Sosok mungil itu mengangguk. Merogoh saku celananya.

" Phoom bawa pelmen buaannyyaaak... Tapi, kata kakek. Phoom tidak boleh makan banyak pelmen. Nanti cakit gigi".

Sang paman tersenyum. Mengangkat Phoom dalam gendongan.

" Kakek benar. Kalau Phoom sakit gigi, nanti siapa yang main sama Uncle?".

" Iya juga ya... Hehehehe".

Dua sosok berbeda usia itu beranjak. Menuju sofa.

" Tangan Uncle kenapa? Kok beldalah?".

Tanya Phoom saat melihat pergelangan Kris di perban. Sedikit ada noda merah di sana.

" Tidak apa. Tadi... Uncle digigit Nyamuk".

Bohongnya.

" Nyamuknya ngambil dalah Uncle?".

Pria itu mengangguk. Membuka perbannya. Sebuah luka kecil tercetak jelas di sana.

" Nyamuknya jahat...hiks....hiks... Tangan Uncle jadi luka... Hiks...hiks...".

" Tidak apa-apa, Sayang. Uncle baik kok. Hanya darah Uncle aja yang diambil".

" Ba...hiks... Banyak gak Uncle...hiks...... Darah yang diambil?".

Kris mengangguk. Mengusap lembut surai ponakan kecilnya.

" Banyak. Makanya, Phoom mau gak kasih Uncle darah Phoom. Biar Uncle nggak sakit lagi".

" Da... Darah Phoom...?".

" Iya. Mau gak?".

Bocah itu dengan polosnya mengangguk.

" Gimana caranya, Uncle?".

" Pake ini".

Kris mengeluarkan cutter kecil. Yang langsung ditatap ngeri oleh Phoom.

" Tapi Cakit, Uncle...".

" Nggak kok. Nanti, Phoom minum susu dulu, biar gak sakit".

" Benelan gak cakit?".

" iya, Sayang".

Love possesive (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang