15

1.1K 241 18
                                    

Jati mengesap kopi Kapal Api buatan sendiri, maklum mamaknya masih dalam mode pundung karena Jati belum juga membawakan calon mantu yang ia idam-idamkan agar terhindar dari nyinyiran tetangga yang semakin hari semakin minta dilempar bom molotof. Namun, bukan itu intinya, Jati si seniman sejati yang menyumbang tujuh persen isi gibahan ibu-ibu itu memilih untuk melakukan pekerjaannya di depan rumah. Alasannya adalah agar para tetangga melihat betapa seksinya dia ketika menyelesaikan lukisan yang digadang-gadang menjadi karya yang sepopuler milik Picaso, tapi jelas itu bukan alasan utama.

Jati bukanlah manusia yang peduli dengan ucapan tetangga yang tak ada akhirnya, Jati lebih peduli pada mimpinya yang digigit ular yang menurut primbon yang ia tanyakan pada Yohana itu artinya ia akan menemui seseorang yang seperti ular. Oleh karena itu dia memilih diam di rumah, bahaya jika ia bertemu siluman ular.

"BAA!!" Reflek Jati menumpahkan kotak cat minyaknya.

"Guenya diem ternyata ularnya datengin gue," gumam Jati melihat siluman ular yang ia maksud ada di sana berdiri dengan senyuman yang tambah membuat Jati yakin bahwa gadis itu memiliki rencana jahat, sejahat Sweaper yang ingin barang milik Dora.

"Lo ngapain?" Basa-basi sampah terlontar dari bibir Farah yang lagi-lagi membuat Jati harus berhati-hati.

"Gue sibuk! Jangan ganggu."

"Sibuk?"

"Iya."

"Ngewarnain rumput jadi oranye?"

"Iya," jawab Jati sekenanya lebih baik terlihat sibuk dibanding menjadi sasaran Farah yang seribu persen Jati yakini mendatanginya setelah membuat masalah.

"Gue bantuin, mana kuasnya? Di dalam?"

Farah baru ingin beranjak ke dalam rumah, tapi Jati menahannya. Bahaya hukumnya jika mempertemukan Farah dengan mamanya, gadis itu akan berubah menjadi bensin yang semakin menyulut mamanya untuk menyalahkan Jati untuk segala aspek kehidupan, bahkan bulu kaki sekalipun pernah mereka permasalahkan. Jadi, jelas menahan Farah adalah hal yang paling benar.

"Nggak usah, gue udah kelar ngewarnain rumput, lo ada urusan apa?" tanya Jati pelan, jangan sampai mamanya mendengar suara Farah.

"Ada bisnis, ayo bicara di dalam, ini bakal jadi pembicaraan yang suangaaaat panjang." Ini semakin membuat bulu kudu Jati meremang, bayangan dia yang pernah menjadi wanita kembali menghantuinya. Jangan sampai Farah menjadikannya bencong part dua, ia tak sanggup lagi memakai sepatu heels.

"Nggak, jangan di dalam. Kita ngomong di tempat lain." Jati menyeret Farah, sebelum semuanya semakin terlambat.

Farah tak begitu khawatir kemana Jati membawanya karena ia sangat yakin bahwa Jati belum bernyali besar untuk menyelakainya. Sekali lagi dalam circle setan mereka posisi Jati hanyalah babu atau sopir dan kadang pacar dadakan—hanya berlaku untuk Yohana, Jati ogah menjadi pacar Farah. Itulah kenapa Farah membiarkan Jati menyeretnya sampai di warung kopi yang penuh dengan bapak-bapak kurang kerjaan.

"Duduk, gue pesenin minum. Kalo ada bapak-bapak ngajakin lo main gaplek jangan mau ntar lo ketagihan, mereka gampang dibegoin." Perkataan Jati malah membuat Farah penasaran dan berniat ikut bermain gaplek jika para bapak-bapak itu mengajaknya.

Namun, nyatanya sampai Jati datang dengan Marimas mangga dan juga kopi Kapal Api, tak ada satu bapak pun yang mengajak Farah main gaplek.

"Nih, minum. Abis itu langsung pulang." Farah mencureng, tujuannya belum selesai malah disuruh pulang.

"Bisnis kita belum usai ya Bambang!" Jiwa negosiasi Farah sudah hilang sejak Jati mengusirnya.

"Kita nggak ada bisnis apa pun."

✔️ This Girl is Little Bit CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang