10

1.3K 297 38
                                    

Yohana sekarang merasa berada dalam posisi yang menghimpitnya. Ini pertama kalinya dia melakukan kudeta pada persahabatannya dengan Farah yang mungkin akan membuatnya membayar dengan harga mahal nantinya.

Jika itu makanan Yohana tak akan keberatan, tapi bagaimana jika nanti farah tak membantunya untuk mendekati Yongki? Bisa gagal kisah cintanya.

Namun, saat ini juga ia tak bisa tak menghiraukan tantenya yang serupa mak lampir jika marah. Intinya posisi Yohana sekarang maju kena mundur kena.

"Tante, ehm Hana pulang aja ya, masih ada kerjaan." Yohana mencoba memberi alasan agar ia segera kabur karena sejujurnya ia juga tak mengerti kenapa tantenya meminta bertemu dengan Farah, hanya saja menurut insting binatangnya itu bukanlah hal yang baik.

"Kerjaan apa? Rebahan? Kamu kan pengangguran." Ah benar Yohana pengangguran, harusnya ia mencari alasan yang lain.

"Ini lambung Yohana bermasalah Tan, kayaknya Hana hamil deh."

Tantenya menatap Yohana dengan wajah yang terus mempertanyakan kenapa alasan Yohana semakin tak bisa dicerna otaknya.

"Maksud Hana bukan hamil. Nggak! Hana nggak hamil! Maksudnya sakit banget serasa kayak orang hamil." Kan benar, anak itu memang sulit mencari alasan saat terdesak dan lapar, dia hanya pintar saat kenyang. Namun, tak mungkin juga dia makan dulu baru mencari alasan, nanti Farah keburu datang.

"Kamu kan nggak pernah hamil, gimana caranya tahu kalo hamil itu sakit? Tante happy-happy aja tuh pas hamil, berasa ratu. Udah nggak usah banyak alasan! Duduk aja, pesen makanan yang kamu suka tante yang bayar."

Yohana menelan ludahnya, haruskah ia menulis sepuluh ribu kata refleksi diri untuk minta maaf kepada Farah? Ah tidak, Farah tak akan membacanya, Farah tak suka membaca.

"Oke, pikirin solusinya nanti aja, kalo Farah beneran marah," gumamnya.

Mata elangnya menyapa sosok gadis dengan jas hujan dan face shield yang baru saja masuk ke dalam restoran. Aneh, tapi Yohana tak kaget karena itu adalah sahabat tercintanya.

"Tuh anak kenapa coba? Lagi syuting atau lagi stres? Perasaan di luar lagi nggak ujan," komentar Layla membuat Yohana meringis.

"Itu Farah Tante." Seketika ekspresi Layla yang menatap aneh Farah langsung berubah, wanita separuh baya itu langsung melambai dan memanggil nama Farah dengan girang.

Farah sendiri sudah mempersiapkan mental, lagi pula dia sudah pernah dilabrak, selain itu dia juga menguasai jurus berkelit, mencakar dan akting jadi bisa diperkirakan semuanya akan aman.

"Tante, yang ngajak saya makan pake nomornya Om Jeffar ya?" Layla agak kaget karena Farah memanggil Jefar om, tak mungkin jika anak di depannya itu masih SMA kan apalagi itu teman Yohana.

"Iya, silahkan duduk." Farah duduk di depan Layla dan sekilas melirik Yohana yang langsung menunduk.

"Jadi gini Farah. Mungkin kamu nggak tau, tapi Tante udah jodohin Jeffar sama beberapa wanita pilihan Tante."

"Om Jeffar nggak suka sama mereka semua. Tante kelewatan kalo tante maksa Om Jeffar."

Oke intro sudah dimulai tinggal siap-siap disiram air terus bakal dapet duit, batin Farah

Namun, Farah salah. Tak semua yang ada dikehidupan nyata sesuai dengan sinetron, contohnya Layla yang kini malah tersenyum.

"Iya, makanya sekarang Tante mau ngelakuin yang terbaik untuk Jeffar dengan menjodohkannya dengan kamu."

"APA?!" Farah reflek bangun dari duduknya.

Ini tak sesuai ekspektasinya.

"Jangan dong Tante, harusnya Tante marah soalnya saya bikin Jeffar ngaku ke pasangannya kalo dia gay. Harusnya Tante marah terus nyiram saya pake air, sia-sia dong saya pake jas hujan sama face shield kalo Tante nggak nyiram saya." Sampai di sini Layla tahu bahwa circle Yohana lebih dari sekedar aneh.

"Kamu mau Tante siram?" Farah menghela napas kemudian melepas fase shield dan tudung jas hujannya.

"Nggak jadi deh Tan," tolak Farah, dia sudah terlanjur syok dengan tawaran mama Jeffar.

"Jadi, kamu mau jadi calon mantu Tante?" Farah langsung menggeleng secara anarkis.

"NO. Nggak mau."

"Kenapa? Jeffar itu paket lengkap, ganteng, kaya, mapan, perhatian, romantis, setia lagi, coba mana ada cowok yang kayak gitu. Ini Tante tawarin secara gratis lho nggak bayar."

Demi Tuhan sekarang Farah dan Yohana seolah sedang mendengar sales Tupperware yang mengungkapkan keunggulan barangnya.

"Saya nggak suka cowok yang sempurna Tan." Serangan dari Farah tak mengendurkan niat Layla.

"Ah Jeffar juga nggak sempurna, dia masih suka salah bedain gula sama garam, ehm dia juga ceroboh banget, hpnya sering jadi korban. Apalagi Han, bantuin Tante dong!"

"Kok Hana sih?" Yohana protes karena terus dilibatkan dalam percakapan tak sehat itu.

"Kamu kan keponakan Tante, gimana sih!" Yohana menghela napas.

"Jefar, workholic, suka ngupil, kalo pake kaos suka yang bolong-bolong, kalo makan seleranya kayak anak kecil, suka ngerokok diem-diem, dia juga pernah nonjok orang, dia preman, dia pernah pup nggak disiram," ucap Yohana mengarang bebas. Siapa suruh dia mencari kekurangan Jeffar, dia saja tak pernah memperhatikan sepupunya itu. Dia sibuk memperhatikan Yongki.

"Gimana? Jefar banyak kekurangan kan?" Farah mengangguk.

"Tapi, saya bisa nerima tawaran Tante."

"Kenapa?" Farah menoleh ke arah Yohana dan memberikan senyum misterius yang membuat bulu kudu Yohana meremang, menurut pengalaman, sebentar lagi Farah akan menyerat namanya.

"Saya, Yohana dan Jati itu sahabat sejati Tante, saya nggak bisa menjalin hubungan kalo Yohana sama Jati masih jomblo. Saya punya jiwa korsa Tan, jomblo satu jomblo semua."

"Kok kamu jomblo sih Han?" Tuh kan benar, Yohana kena imbasnya.

"Ya jomblo juga hak seluruh warga negara lho Tan. Di undang-undang juga nggak ada peraturan kalo jomblo itu dilarang! Kalo Tante maksa Hana buat pacaran berarti tante melanggar hak asasi Yohana sebagai manusia."

Farah tersenyum kecil, sedikit terhibur dengan dua orang wanita di depannya.

"Apa yang dibilang Hana bener tante. Saya menolak karena sebenarnya ini bukan masalah sepele, saya yakin Tante ingin yang terbaik untuk Om Jeffar. Tapi, kalo menurut saya, Tante juga harus denger pendapat Om Jeffar karena dia yang menjalankan."

Layla agak tersentuh dengan omongan Farah yang tampak begitu peduli pada perasan Jefar dan cara penyampaiannya yang terdengar sangat dewasa, bahkan Yohana sendiri agak kaget mendengar Farah bisa berkata bijak hingga ia pikir Farah baru saja kesurupan kancil.

Sayangnya, kita tak boleh berekspektasi lebih pada Farah.

"Jadi, bisa kita nggak bahas Om Jefar dan pesen makan Tan? Tante yang traktir kan."

Ternyata segala pernyataan yang bijak itu hanyalah kedok agar ia segera mendapatkan makanan. Dasar Farah memang parah.

-o0o-

Lebih pendek dari biasanya, tapi nggak apa-apa semoga tetep menghibur. Udah mulai menentukan kapal belum kalian nih? Atau kalian lebih suka Farah menjomblo hingga akhir?

Aku kayaknya up ini sering banget ya, tapi gapapa lah aku lagi suka sama Farah soalnya hehehe.

✔️ This Girl is Little Bit CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang