Jam setengah tujuh Kuntoro sudah berada di depan rumah Yongki dengan koper di tangannya dan juga Yohana yang terlihat masih ingin memejamkan matanya berkat maraton drama yang ditontonnya. Misi mereka kali ini adalah membawa semua barang Farah keluar dari rumah dan memindahkannya ke rumah Kun. Hal iu tentu bukan tanpa alasan, rumah Yohana terlalu horor untuk Farah sedangkan rumah Jati tak akan bisa karena keberadaan Farah akan mengganggu ketenangan keluarga. Sementara jika Farah tinggal di rumah Johnny maka Kun tak akan tenang. Jadi, paling aman jika memindahkan Farah ke rumah Kun.
"Dobrak aja kali Bang?" tanya Yohana yang masih malas menunggu.
"Jangan kalo rusak kamu mau ganti?" tanya Kun dengan harapan Yohana tak berulah.
"Mau, ntar gue ganti pakai daun pisang."
"Itu pintu, bukan pepes yang kamu tutup pakai daun pisang." Tentu Kun akan protes.
"Tapi, itu sama-sama daun Bang. Daun pisang sama daun pintu, udah cocok mereka sama-sama satu spesies satu family." Yohana berlagak pintar dengan mengatakan klasifikasi makhluk hidup padahal dia anak IPS.
"Udah nggak usah banyak omong. Ketuk lagi." Sikap Kun kepada Yohana agak berbeda ketika dia bersama dengan Farah padahal kedua gadis itu memiliki jenis kegilaan yang sama.
"Iya, iya. Tapi, Abang rekam gue pas lagi ngetuk pintu ya." Alis Kuntoro naik, untuk apa dia harus merekam adegan mengetuk pintu. Mereka bukan selebgram yang selalu melaporkan kegiatan mereka pada netizen.
"Buat apa?" Akhirnya Kun menanyakan apa yang ada di otaknya.
"Buat bukti. Udah rekam aja." Meskipun diawali dengan desahan tak ikhlas, Kun tetap menjalankan keinginan Yohana. Lelaki itu mengambil ponsel pintarnya dan merekam adegan pengetukan daun pintu by Yohana.
"Udah?" tanya Yohana.
"Udah sana cepet!" Yohana mengambil napas panjang kemudian mengetuk pintu kayu rumah Yongki kemudian disusul sebuah teriakan maha dahsyat dari Yohana.
"YONGKI! HALOO! KALO NGGAK BUKA PINTU FIX JADI COWOK GUE!" teriak Yohana.
"GUE HITUNG SAMPAI TIGA. KALO NGGAK DIBUKA PINTUNYA BERARTI HARI INI KITA JADIAN. SATU ... DUA ... TI--yah dibuka." Pintu dibuka oleh Yongki yang tampak baru bangun.
"Yah, nggak jadi punya pacar, deh," gumam Yohana.
"Ada apa sih, pagi-pagi udah ribut di rumah orang?"
"Aku mau ambil barang-barang Farah," jawab Kun terlihat begitu dingin dibandingkan biasanya.
"Dia nginep tempat lo?"
"Kenapa kamu tanya? Khawatir atau sekedar memastikan Farah masih hidup?" pertanyaan Kuntoro sudah bisa digolongkan dalam kalimat ketus, bahkan dalam hati Yohana bertanya-tanya apa itu benar Kuntoro yang hangat dan lembut atau jin yang barbar yang merasukinya.
"Gue nggak perlu khawatir soalnya Farah pasti ke rumah lo."
"Nggak. Semalam Farah nggak kerumahku. Dia ketempat orang lain."
"Siapa?"
"Buat apa kamu tahu?" Lagi-lagi Kun menjawabnya dengan ketus.
"Lo kenapa sih? ketus banget. Lo nggak suka Farah pergi dari sini?"
"Iya aku nggak suka, apalagi setelah tau alasannya adalah Wenda." Yongki berdecak. Entah kenapa begitu mendengar nama Wenda, sahabatnya itu tak suka.
"Kenapa sih? Gue cuma mau mereka berdua akur. Bagaimanapun mereka itu saudara, mereka nggak bisa selamanya diem-dieman. Apa gue salah?"
"Salah!" Yohana menimpali.
"Gue nggak ngomong sama lo." Yohana mencibir. Dia tak suka Yongki yang seperti itu, tapi karena Yongki sedang tampan-tampannya jadi dimaafkan.
"Salah. Mereka nggak seharusnya bersama. Jadi, karena kamu mau wenda tinggal di sini, maka Farah yang akan pergi. Sekarang minggir aku harus ambil barang Farah. Ayo Han."
"Kenapa Hana ikut?" tanya Yongki, ia sebenarnya takut jika Yohana dan Wenda akan saling jambak-jambakan seperti yang pernah terjadi dulu.
"Duh, Kak Gebetan masa gitu aja nggak paham. Kalo nggak ada gue siapa yang masukin pakaian dalam Farah? Menurut lo Bang Kun mau jadi makhluk mesum? Nggak dong. Jadi, minggir karena calon pacar kakak mau masuk." Yongki menyingkir untuk memberi jalan masuk kepada Yohana. Sementara itu Yongki masih menahan Kun yang ingin masuk.
"Sebenernya apa yang terjadi antara Farah sama Wenda?"
"Bukan hak aku buat cerita dan Farah sendiri nggak mau itu diceritain. Sekarang minggir." Kun mencoba menggeser Yongki, tapi lelaki itu masih tak ingin pergi karena masih menyimpan satu pertanyaan penting.
"Kenapa lo peduli banget sama adek gue. Lo suka sama dia?" Kun menatap Yongki tepat pada matanya.
"Iya, aku suka sama Farah."
-o0o-
Seperti dugaan Farah, Kun benar menemuinya. Gadis itu memang selalu biasa membaca kebiasaan Kun meskipun lelaki itu tak menyuruhnya.
Kali ini Kun membawanya ke sebuah restoran jepang, padahal biasanya Kun anti dnegan makanan yang katanya tak matang itu. Namun, kali ini lelaki itu membuat pengecualian. Begitu dia menemui Farah dia langsung mengajak Farah ke sushi tei.
"Gimana keadaan kamu?" tanya Kun, seolah Farah habis sakit parah meskipun tak bisa dipungkiri otak Farah sedang sakit parah.
"Kepikiran, bahkan aku susah buat tidur ataupun makan. Aku sama sekali nggak punya napsu makan."
Tak bisa tidur? Yang benar saja, Kun mndapat kabar dari Johnny bahwa Farah sudah tidur bahkan kurang dari jam sepuluh. Tak memiliki selera makan apanya? Sudah jelas sekarang dia memakan sushi dengan lahap.
"Itu yang kamu bilang kurang berselera makan?" Farah mengangguk dengan mulut penuh makanan.
"Ini sebenernya aku lagi memaksakan diri Bang. Aslinya aku sama sekali nggak napsu makan." Kun mnghembuskan napas lega, setidaknya Farah masih ingat makan. Sekarang saatnya menanyakan hal penting kepada Farah.
"Kenapa nggak ke rumah aku, tapi malah ke rumah Johnny?" Farah berhenti makan dan tersenyum ke arah Kun yang tampak masih khawatir.
"Karena aku nggak mau ganggu Bang Kun. Aku tau Abang lagi sibuk sama Stela buat proyek kalian. Kalo aku dateng pasti bakal ganggu kalian berdua." Kun lega karena itu artinya dia tak kalah dari Johnny. Ia pikir Farah memilih Johnny karena mereka lebih dekat dengannya.
"Kalau itu alasannya, abis ini kamu tinggal sama aku." Farah tersedak dengan omongan Kun.
"Kenapa?" tanya Farah seolah tak mengerti maksud Kun.
"Karena kalian nggak dekat. Bukannya kamu jadi canggung kalau tinggal sama dia?" Kata canggung sepertinya kurang pas, apalagi mengingat dia dan Johnny saling berinteraksi bahkan dia juga menyuapi si tiang listrik. Jadi, tori canggung tak masuk akal.
"Kami nggak canggung kok. Sumpah. Tadi pagi aja aku sempet nyuapin dia." Kun mendesah, ternyata hubungan Farah dan Johnny lumayan dekat.
"Kamu lebih suka tinggal di sana?"
"Iya. Rumahnya gede, nyaman ada PS 5 lagi mantap pokoknya tinggal ditempat orang kaya." Tentu saja itu jenis jawaban yang akan diberikan Farah. Tak mungkin gadis itu mengatakan bahwa ia mnyukai Johnny karena nyatanya Fraah lebih menyukai rumah Johnny ketimbang Johnny sendiri.
"Aku bakal beli PS 5. Kamu tinggal di rumahku aja ya."
"Fasilitasnya apa aja?" tanya Farah seolah ia sedang mewawancarai bapak kos.
"Kamu boleh makan semua makanan di kulkas." Senyum Farah terbit. Ini adalah hal yang selalu ia harapkan.
"Oke deal." Ya memang semudah itu merebut hati Farah. Ada makanan abang sayang, tak ada makanan abang kubuang.
-o0o-
![](https://img.wattpad.com/cover/246339413-288-k464118.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ This Girl is Little Bit Crazy
General Fiction"Saya peringatkan ya Om, saya jago taekwondo sabuk i-" "What you said? Om?" "Iya." "Don't call me Om." "Why?" "Itu buat kamu kedengeran seperti baby sugar saya."